25

765 43 12
                                    

Sesampai di kantor, aku memasuki ruanganku. Sama seperti tadi pagi, pak bossku sudah duduk dibangku dengan lemas.

"Pak boss" seruku ketika membuka pintu dan menemukannya disana.

"Kamu pacaran sama Mas Rivaldi ya Hari" wajahnya mendung.

"Saya tidak pacaran. Ketemu aja jarang"

"Aku sudah tau semuanya. Dia yang cerita."

"Apa juga bapak tau bahwa dia bisa berbuat semaunya walaupun didepan saya. Dia certia gak?" Pak bossku diam

" Apa itu dinamakan pacaran. Setiap dia suka seseorang, akan mengejarnya. Apa saya tahan seperti itu kelakuannya? Itu namanya pacaran?. Sama seperti bapak. Bapak menyukai seseorang, tapi membiarkan orang lain hadir didekat bapak"

Aku menuju pintu ingin pergi meninggalkannya.

"Hari....jangan pergi"

"Saya sudah bilang, bapak akan tau tentang saya dan bang Valdi. Tapi itu bukan sebenarnya. Dia berbohong. Karena saya tidak menerima dia karena kelakuannya" aku terdiam sejenak. "Dan saya yakin, dia akan merayu bapak untuk dijadiakan pelampiasan nafsunya. Saya ingatkan ke Bapak,  kalau bapak tidak suka sama dia, bapak harus menghindar. Tapi kalau suka, lanjutkan. Dengan demikian saya sudah terhindar dari 2 pria yang menginginkan saya"

"Aku ingin tau sebenarnya dari kamu Har. Aku benar benar..."
Dia tidak melanjutkan kata katanya.

Aku keluar dari ruanganku meninggalkannya.

Bingung sama itu orang. Gak jelas banget. Cemburu tapi gak tau apa yang dicemburukan.
Pacar bukan kenapa juga cemburu. Mumet jarene sirahku.

****

Tak tentu arah entah kemana, untuk menyibukkan diri, tapi  less belum mulai. Mau telpon pak Rudi? Aku tidak mau menjadikan dia pelarian. Bowo? Aku sudah mencoba untuk menjaga jarak dengan tidak bisa nya menerima tamu di kostanku.

Ingat Bowo, ingat Mall dan bioskop. Maka dengan ojol, aku pergi kesana.

Karena tidak ada tujuan, pikiranku ke kuliner. Iseng iseng lah. Akupun menaiki eskalator menuju kulineran.

Duduk santai menyantap mie bakso, ku ambil hp ku dan kubatakan janjiku untuk menemani Om Rudi jalan jalan.

"Maaf Om, Hari tidak bisa memenuhi permintaan Om. Hari ada pertemuan di perusahaan konsorsium. Tidak tau waktu selesainya"

"Wahhh....biar Om tungguin ya"

"Jangan Om. Nanti Hari kabari kalau sudah selesai" bohong demi ketenangan gak papa.

"Hari...Om ingin sekali kita bisa bincang bincang"

"Lain hari ya Om."

"Besok pagi, Om jemput. Kasih alamatmu"

Tidak kubaca lagi. Dan kuteruskan menyantap bakso di mejaku.

Saat melayangkan pandanganku ke sebelah barat, aku melihat 2 mahluk yang satunya aku kenal. Bowo sedang di rangkul oleh sorang bapak bapak. Langsung kuambil hp pemberiannya dan ku potret dengan zoom.

"Kudapatkan kau Bowo" kataku

Untuk tidak kehilangan jejak, makanku tidak kuteruskan guna mengikuti mereka. Lama juga aku seperti orang sinting, kadang bersembunyi mengindari penglihatan mereka.

Dasar lagi kasmaran, mereka seakan tidak perduli sekitarnya.

Bioskop. Bowo dan pacarnya masuk ke dalam bioskop dan membeli tiket. Seteah mereka masuk, aku ikutan beli tiket dengan melihat nomor tiket untuk bangkunya. Aku pilih dibelakang mereka.

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang