35

620 39 5
                                    

sambungan.

"Hari bisa dengar aku enggak sebentar saja"

"Maaf pak. Kalau bapak mau cerita, aku tidak ada waktu. Aku mau membereskan meja meja buat less besok. Bapak pulang aja"

"Ok Hari, biar cepat beres beresnya aku juga bisa mengaturnya. Apa yang bisa aku bereskan" Katanya. "Ini meja, kecill Har. Nih....!!! Bangku?? Nih...aku bereskan semua" Dia mengangkat meja sendiri, mendorong dan mengaturnya. Bangku bangku diaturnya. Aku lunglai dan duduk bersandar di dinding.

"Kau pikir, dengan alasan mengatur meja ini aku bisa kau usir begitu saja? Hatimu mungkin sudah tertutup untuk aku. Tapi setidaknya kau bisa mendengar keluhanku" katanya.

Dia ikut duduk disampingku nafasnya masih satu satu karena lelah membereskan meja dan bangkunya.

"Aku begitu menderita Har. Hampir tiap hari aku datangi nasi padang tempat kamu makan, berharap kau ada disana.  Lewat jalan yang sering kau lalui, aku lakukan demi bertemu dengan kau...ta..pi...uhh..ukkhh...kau tak pernah a...dddaaa...."Tangisnya pecah. "Ribuan kali aku menelponmu....ribuan kali ku kirim WA tidak pernah kau buka.....Ku coba untuk mendatangi lessmu tapi Rudi tidak pernah mau meberitahu. Masih kau bilang Rudi itu kekasih bagiku Har?. Dia ingin aku hancur. Dan alamatmu aku tau dari Keyla. Bodohnya aku tidak pernah kepikiran untuk bertanya dimana kamu. Tadi iseng iseng aku telponan dengan Keyla, menanyakan keadaanmu, dia memberitahu aku Har. Bukan Rudi."

"Maaf pak kalau aku salah duga"

"Hari...." Dia memegang tanganku. "Aku, Brava tidak menjalin hubungan dengan siapa siapa. Aku bisa bersumpah, demi apapun yang kau mau Har, hanya kau yang di hati ini" dia mengambil tanganku dan meletakkannya di dadanya "Disini Har. Hanya kau" Dia menangis dan meletakkan kepalanya di pundakku.

Tiba tiba Bowo hadir di depan pintu dan melihat kami.

"Bowo...." kataku dan bangkit dari dudukku.
Bowo tidak menjawab. Dia menuju motornya dan melajukan motornya dengan kencang.

"Ya Tuhaaaan. Semoga Bowo tidak apa apa" doaku. Dia pasti kecewa melihat Pak Brava bersender di pundakku.

Bukankah sudah ku katakan, bahwa kami hanya berteman? Atau sebagai Abang Adek?

Apa gara gata tadi naik motor aku memeluknya dan menggigit punggungnya?  Bowo....

Brava mendekatuku.

"Siapa dia Har."

"Siswaku pak. Masih kelas 3 SMP."

"Kau ada hubungan sepesial dengan Muridmu Hari?. Secepat itu"

"Bisa enggak, bapak tidak membahas soal pacaran. Kepalaku mau pecah ini. Disaat aku sudah tenang kalian bikin aku semraut"

"Hari. Kau tidak jatuh cinta kan sama dia"

"Pak Brava yang terhormat, dengan siapapun aku jatuh cinta itu bukan urusan bapak. Yang aku inginkan sekarang bapak boleh enggak meninggalkan aku sendiri"

"Enggak mau. Aku mau tidur disini. Mana kamarmu" katanya dan berdiri menuju kamarku.

"Gila ya, disuruh pergi malah masuk kamar. Dengar gak sih, kepalaku mau pecah" kataku menyusulnya. Dia malah tiduran.

Mau gua tonjok takut dilaporkan, mau gua seret malu sama tetangga. Uhhhhhhhfff......

"Pak Brava, aku mohon dengan sangat, tinggalkan saya sendiri pak. Bapak sudah tau tinggal aku, tentu bapak bisa datang kapan aja bapak mau" mohonku.

"Ok Aku akan pergi. Turuti permintaan aku kalau kamu menginginkan aku pergi"

"Apa pak. Jangan minta yang tidak bisa aku penuhi pak"
Dia berdiri dan berjalan kehadapanku.

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang