46. Obrolan Rahasia

78 23 1
                                    

Mentari memasukkan sunscreen miliknya ke dalam tas usai mengoleskannya ke kedua tangan dan kaki. Ia menatap ke luar jendela sejenak lalu menelan ludah dengan susah payah.

"Lo mau ke mana, Tar?" Lala yang tengah asyik menonton drama Korea itu sampai menjeda kegiatannya dan menatap teman sebangkunya yang tampak berniat pergi ke luar kelas.

"Gue mau nyari Pak Chandra. Lo kalo mau ke kantin, duluan aja. Kabarin gue juga, ntar gue nyusul." Mentari menutup resleting tasnya dan pergi dari sana.

Lala manggut-manggut dan gadis itu kembali menekan tombol play hingga adegan seru yang dilihatnya tadi berlanjut lagi. Namun belum mencapai detik ke sepuluh, Lala kembali menjeda video yang ditontonnya dan termenung.

"Pak Chandra?" Lala mengerutkan dahi, lalu menatap ke arah pintu kelasnya. Gadis itu dengan cepat beranjak dari bangkunya dan berlari keluar, namun Mentari sudah menghilang dari pandangannya.

"Apa gue salah denger, ya?" Lala memiringkan kepalanya dengan kedua alis yang bertaut satu sama lain. Rasanya aneh sekali mendengar Mentari berkata seperti tadi. Mencari Pak Chandra, katanya? Dia pasti sedang bermimpi buruk.

"Apa Mentari tadi salah makan, ya?" batin Lala. Ia mendadak tak tenang jika ternyata Mentari memang berniat mencari Chandra hanya untuk memukuli wajah guru olahraganya itu. Lala menelan ludahnya kasar dan memasukkan ponselnya ke dalam salah satu saku rok yang ia kenakan.

"Gue harus cepet. Apa mungkin kemaren terjadi sesuatu ya, pas mereka berdua nyari Alan?" Lala bermonolog. Kedua kakinya bergerak menuruni satu per satu anak tangga menuju ke lantai dasar. Mendadak ia menyesal karena kemarin tak ikut mencari Alan, terlebih membiarkan Mentari satu mobil bersama dengan Chandra.

Namun sebelum ia benar-benar mencapai lantai dasar, ia justru berpapasan dengan Alan yang terlihat pergi ke suatu tempat.

"Alan!" panggil Lala hingga si pemilik nama menghentikan gerakan kakinya dan menoleh ke belakang.

"Alan ... punya alzheimer."

Lala menghentikan langkahnya saat mereka berdua sudah berhadapan. Sekarang ia tahu alasan kenapa Alan cukup sering salah memanggil namanya akhir-akhir ini. Jika dirinya tahu lebih awal tentang kondisi lelaki itu, ia mungkin tak akan memarahinya.

"La?" Alan melambaikan tangannya di depan wajah Lala hingga gadis itu terkesiap pelan.

"Eh? I-iya, sori. Lo ... lihat Mentari gak? Dia tadi ke luar kelas tapi gue gak sempet nyusul." Lala berujar.

"Mentari?" Alan menggelengkan kepalanya. "Sori, ya, gue harus pergi."

"Lo mau ke mana?" Lala memberanikan diri untuk bertanya.

"Gue mau ketemu Pak Chandra, ada hal yang perlu gue omongin. Ya udah, gue cabut dulu, ya!" Alan tersenyum tipis dan pergi dari sana.

"Pak Chandra, katanya. Tadi Mentari juga ngomong hal yang sama, kan? Kenapa mereka berdua tiba-tiba nyariin Pak Chandra?" Lala bergumam. Ia masih menatap punggung Alan yang sudah menghilang di salah satu koridor, lalu perlahan berjalan mengikuti langkah lelaki itu. Mungkin dengan begitu, ia akan tahu perihal hubungan ketiga orang itu.

***

Chandra menatap ke sisi kanan kirinya saat ia melihat salah seorang murid perempuan yang berteduh di bawah salah satu pohon cemara yang ada di tepi lapangan. Lelaki itu menunjuk wajahnya menggunakan telunjuk, namun gadis di depan sana sudah buru-buru memberi kode dengan tangan agar ia mengikutinya.

Beberapa murid yang masih berada di lapangan melayangkan protes pelan saat Chandra berpamitan dari sana. Lelaki itu berjalan mengikuti langkah Mentari yang berjarak beberapa meter di depannya.

Heliophobia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang