25. Tingkah Ajaib Si Guru Olahraga

113 28 0
                                    

Damn!

Mentari berkedip dua kali menatap sosok di depannya.

"Ada apa? Kayaknya ada yang gak beres," tebak Alan yang langsung tepat sasaran.

"Sip. Tumben nih lebih peka!" batin Mentari.

"Lan, lo pulangnya dijemput gak?"

Salah satu alis milik Alan naik, "Gue hari ini bawa motor. Kenapa emang? Tante Mala gak bisa jemput?" tanyanya.

Mentari mengangguk usai menghela napasnya, "Gitu deh," ujarnya. "Terus gue pulangnya gimana dong, ya? Gue pikir lo dijemput sama Tante Dewi, tadinya gue mau nebeng." Ia semakin menyesal menolak tawaran Lala tadi.

Alan terdiam selama beberapa saat sebelum lelaki itu kembali berujar, "Lo gak bisa naik angkot atau angkutan umum lainnya gitu? Taksi atau apa kek."

"Bukan gak bisa, tapi gak biasa," ralat Mentari.

"Oke, berarti mulai sekarang lo harus terbiasa." Alan menatap kedua mata Mentari dan berusaha meyakinkan gadis itu. Ia kemudian menarik salah satu tangan Mentari namun dengan cepat segera ditepis oleh gadis itu dan ia pun kembali bergerak mundur memasuki lobi.

"Lo gila?! Gue— gak bisa!" Mentari menatap Alan enggan.

"Ya terus mau sampe kapan lo di sini? Nunggu sampe malem? Nyokap gue juga sekarang lagi kerja jadi percuma kalo gue suruh ke sini. Gue juga kan bawa motor, kalo lo maksa ikut sama gue, ntar gue yang kena kalo ending-nya kayak waktu itu."

Mentari menatap matahari yang semakin condong ke barat. Gadis itu menelan ludah, lalu mengeratkan tali yang ada pada topi jaketnya. "Oke, gue naik taksi—"

"Ada apa ini?"

"Mampus!" Mentari menolehkan kepalanya ke belakang dan menatap horor Chandra di sana.

"E-enggak kok—"

"Ibunya enggak bisa jemput."

Kedua mata Mentari membulat. Gadis itu menatap Alan dan mengutuk kalimat yang baru saja keluar dari bibir lelaki itu.

"Sialan lo, Alan, dasar gak peka!" Mentari mulai malas lagi dengan kelakuan Alan dan mengutuk lelaki itu di dalam hatinya.

"Terus kamu pulangnya gimana?" tanya Chandra pada Mentari.

Mentari berkedip beberapa kali, "Nu-nunggu taksi." Ia membuang pandangannya ke arah lain. Gadis itu berharap Chandra akan langsung pulang setelahnya, atau nasibnya akan benar-benar berakhir dengan mengerikan.

"Bisa Bapak anterin dia pulang?" ujar Alan dengan kedua tangan yang sudah berada di depan dada.

Lagi-lagi Mentari dibuat terkejut dengan kalimat ajaib lain yang dilontarkan oleh Alan. Kenapa lelaki itu seperti hobi sekali membuatnya terkejut?

Alan dan Chandra menatap satu sama lain selama beberapa saat, membuat atmosfer di sana menjadi agak berbeda dari sebelumnya.

Mentari menatap kedua lelaki itu secara bergantian. "Gak usah deh, ma-masih bisa naik taksi kalo nggak angkot," ia tertawa renyah seraya menarik-narik pelan seragam Alan.

"Bahkan tanpa kamu suruh pun, saya bakal nganterin Mentari pulang," balas Chandra dengan wajah tenangnya.

Kedua netra milik Mentari seketika melotot menatap Chandra. Apa telinganya sedang bermasalah?

"Tunggu di pos security. Saya ngambil mobil dulu di parkiran," ujar Chandra. Entah sadar atau tidak, lelaki itu kini bergerak merapikan topi jaket milik Mentari dan bahkan menurunkan bagian lengan jaket gadis itu hingga benar-benar menutupi seluruh jemari tangannya. Ia lalu menarik pelan lengan Mentari agar pergi lebih dulu ke pos security.

Heliophobia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang