49. Kemungkinan Terburuk

68 23 6
                                    

"Dokter tahu aku sama Alan?" Mentari bertanya bahkan ketika ia baru saja menginjakkan kakinya di ruangan milik Erwin.

"Duduk dulu. Kita ngobrol santai aja, ya. Saya juga lagi gak ada pasien kok." Erwin lagi-lagi hanya menarik kedua sudut bibirnya. Ia berjalan ke balik sebuah meja yang ada di sana lalu mendudukkan tubuhnya di kursi yang biasa ia tempati.

Mentari mendudukkan tubuhnya di kursi yang berseberangan dengan Erwin, sesekali kedua matanya berkeliling ke sekitar.

"Dokter tahu aku dan Alan?" Mentari mengulangi pertanyaannya tadi saat tak kunjung mendapatkan jawaban.

Kepala Erwin mengangguk, "Tentu saja saya tahu Alan. Dia pasien saya," ujarnya. Ia menatap perubahan raut muka gadis yang duduk di hadapannya.

"Pasien?" Mentari membeo. Ia berusaha keras memutar otaknya dan menggali satu per satu memorinya, berusaha menemukan sebuah kalimat yang sepertinya berhubungan dengan ucapan Erwin barusan.

"Soal saya yang bisa tahu kamu, Chandra cukup sering cerita."

Mentari terdiam setelahnya. Chandra, katanya. Itu artinya ...

"Dokter ayahnya Pak Chandra?" Kedua pupil mata milik Mentari melebar.

"Oh, kayaknya Chandra udah cerita ke kamu, ya."

"H-hm. Gak begitu banyak, tapi tetep aja aku kaget. Berarti selama ini, aku sama Alan selalu pergi ke rumah sakit yang sama tapi kami gak pernah ketemu."

"Mungkin karena jadwal saya dan Wira berbeda. Yang saya tahu, Alan memang sebelumnya pernah menemui Wira beberapa kali. Kayaknya sebelum dia pindah sekolah, atau mungkin beberapa tahun lalu, ya? Pokoknya agak lama, saya lupa." Erwin tertawa pelan.

Dokter yang duduk di hadapan Mentari saat ini, adalah ayahnya Chandra sekaligus dokter yang menangani alzheimer milik Alan yang tak lain adalah sosok yang sempat dibicarakan oleh Chandra sewaktu di lab.

Jika saja Mentari tahu lebih awal tentang hal itu, mungkin saja ia dan Alan bisa pergi bersama ke sana, mengingat mereka berkonsultasi dengan orang yang hampir sama, hanya saja Mentari tak memiliki kepentingan khusus dengan Erwin yang merupakan neurolog.

"Kondisi Alan sudah sempat membaik dan dia rutin meminum obat dari saya. Tapi akhir-akhir ini, dia memang jarang datang ke sini padahal sudah beberapa kali saya peringatkan agar tidak terlalu santai dengan kondisinya. Karena bagaimana pun, penyakit yang dideritanya itu tak bisa disembuhkan."

Kedua bahu Mentari perlahan semakin merosot. Ia termenung, berusaha mencerna kalimat yang keluar dari mulut Erwin  "Ma-maksud Dokter?"

"Asal kamu tahu, Mentari, alzheimer milik Alan itu tak bisa disembuhkan. Mungkin, ada kesempatan untuk dia sembuh tapi kemungkinannya sangat kecil karena saat ini belum ada satu pun pengobatan yang benar-benar bisa membuat seorang penderita alzheimer sembuh total. Penyakit ini mungkin sebagian besar menyerang para lansia, namun tak jarang juga menyerang orang-orang yang berusia muda karena alasan tertentu. Seperti Alan, misalnya. Anak itu sudah memiliki gangguan kognitif sejak lama dan kondisinya semakin parah saat ada sebuah endapan protein yang terdapat di dalam otaknya dan itu sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikirnya. Menurut keterangan ibunya, mendiang ayahnya mengalami hal serupa dan faktor genetik itu kemungkinan besar yang jadi salah satu penyebab gangguan kognitif itu berasal, karena Alan memang tak memiliki trauma berat sebelumnya." Erwin menjelaskan. Di depannya, Mentari tampak mendengarkannya dengan saksama namun fokus yang terdapat pada kedua mata miliknya memudar secara perlahan.

"Nasib kamu sebagai seorang pengidap heliofobia mungkin masih bisa dibilang beruntung, karena fobia itu perlahan bisa disembuhkan. Namun, keberuntungan itu saya rasa itu tak berpihak kepada Alan. Sebagai seorang dokter saraf, saya sendiri menyayangkan karena tak bisa menyembuhkan Alan sepenuhnya. Saya hanya memberikannya obat dan beberapa tes laboratorium maupun fisik, serta memberinya masukan untuk membuatnya semangat bertahan. Obat yang saya berikan itu memang hanya bisa meredakan gejalanya, namun selama dia dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu memberinya semangat, dia pasti akan mendapatkan kekuatan."

Heliophobia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang