69. Menghilang Secara Perlahan

97 19 0
                                    

Usai mengucapkan terima kasih, Mentari pun keluar dari ruangan Wira dengan raut wajah yang sedikit lebih berwarna dari biasanya. Perlahan, kondisi fobianya semakin membaik dan semakin sedikit obat yang ia telan.

Hasil pemeriksaan kali ini rencananya akan Mentari ceritakan pada Alan dan ia juga berencana akan lebih sering mengantar lelaki itu ke rumah sakit.

Tepat di salah satu koridor, tak sengaja Mentari melihat Alan yang tampak bersama dengan Erwin keluar dari sebuah ruangan. Mentari baru saja hendak memanggil tapi segera diurungkan saat melihat Dewi menangis di luar dengan ditenangkan oleh seorang pria yang kemungkinan besar adalah calon suaminya nanti.

Perlahan Mentari menurunkan kembali lengannya saat ia melihat ruangan tempat mereka keluar. Ia mempercepat langkahnya dan berhenti di depan ruangan yang merupakan lab itu. Terdapat sebuah simbol peringatan akan radioaktif di bagian pintu, membuat Mentari kian termenung di sana.

Apa yang Alan lakukan di dalam ruangan mengerikan seperti itu? Lalu kenapa mamanya sampai menangis?

Mentari menatap ke arah Alan pergi tadi. Senyuman yang semula tersungging di permukaan bibirnya sudah menguap pergi.

"Tapi, Tar. Alan akhir-akhir ini jadi lebih pendiem, ya? Gue liat beberapa kali dia jadi sering menyendiri. Selama liburan kemaren, lo sering berantem sama dia?"

Kedua tangan Mentari mengepal kuat di masing-masing sisi tubuhnya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya dengan hal-hal menyenangkan sebelum Alan benar-benar pergi tapi kenapa yang ia rasakan justru sebaliknya?

Di saat kondisinya perlahan mulai membaik, kenapa Alan justru seperti sebaliknya? Semakin hari Mentari semakin tak tenang. Ia tak mau semuanya berakhir mengerikan dan ia tak mau menghilang dari ingatan lelaki itu.

"Lo udah janji sama gue, Lan," lirih Mentari dengan pandangan yang sudah mengabur.

***

Selama pelajaran berlangsung, Mentari tak bisa benar-benar fokus pada materi yang sedang dijelaskan. Ia bahkan sesekali memijat pelipisnya ketika rasa pening itu melanda kepalanya.

Setelah pertemuan tak sengajanya dengan Alan di rumah sakit, Mentari belum bertemu dengan Alan lagi. Bahkan sudah dua hari lelaki itu tak berangkat ke sekolah dan setiap kali ia berniat menjenguknya, Dewi selalu meminta maaf dan mengatakan kalau Alan sedang beristirahat.

Entah istirahat apa yang wanita itu maksud sampai-sampai tak menerima tamu yang berniat membesuk anaknya seolah anaknya itu tengah menderita sebuah penyakit aneh yang mudah menular pada siapa saja.

Alan juga tak ada menghubunginya sama sekali dan ponsel lelaki itu tak bisa dihubungi. Bahkan bunga matahari milik Alan sempat layu beberapa kali hingga terkadang Mentari yang harus menyiramnya. Lelaki itu bahkan sampai lupa memindahkan bunga miliknya ke dalam tanah karena terlalu sibuk beristirahat. Sejujurnya Mentari ingin memindahkannya sendiri, tapi akan lebih baik jika ia melakukannya bersama dengan Alan. Maka dari itu, ia akan menunggu setidaknya sampai kondisi Alan membaik.

Saat waktu istirahat tiba, Mentari lebih memilih untuk berdiam diri di kelas hingga Lala terpaksa pergi ke kantin sendirian karena Mentari bahkan tak mau ia belikan sesuatu untuk mengisi perutnya. Lala sampai menyuruh Mentari ke UKS karena merasa khawatir menatap wajah pucat Mentari semakin menjadi tapi lagi-lagi sahabatnya itu menolak.

Jika Chandra masih ada di sana, mungkin tak hanya Mentari yang akan kena omel, melainkan Lala juga.

"Alan sudah gak berangkat dua hari. Apa mungkin emang terjadi sesuatu, ya?" gumam Lala. Ia mendudukkan tubuhnya di bangku yang masih kosong usai memesan makanan.

Heliophobia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang