8° H

95 12 0
                                    

Malam indah dengan pemandangan kota malam Jakarta adalah malam terkutuk bagi Rychell. Malam ini ia akan menjadi tunangan dari anak Stanley. Tunangan yang tidak pernah ia inginkan.

Ia berharap dirinya bisa menghilang tiba-tiba nanti. Kenapa rasanya ia tidak rela untuk menjadi pendamping hidup seorang Ales?

Dihadapannya kini, orang itu. Orang yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Orang dengan wajah datar juga menatap dirinya dengan tatapan kosong. Maybe melamun.

"Baiklah kita mulai," suara Farrey membuyarkan lamunan kedua sejoli itu.

"Ayo Cale, pasangkan cincinnya nak" instrupsi Evanny membuat Ales meraih tangan Rychell dengan agak kasar, tapi tak terlihat oleh kedua orangtua dari belah pihak.

Rychell mengepalkan tangannya yang sebelah diatas pangkuannya sendiri. Oh gitu, baiklah kalo itu yang Ales mau.

"Giliran kamu Chell," ucap Rayma dengan nada yang dilembut-lembutkan.

Dengan hati yang berat, gadis itu meraih tangan Ales dan mengambil cincin dari kotaknya. Kemudian, ia memasangkan cincin yang telah terukur namanya didalam cincin itu.

Tepukan tangan menggema diruang tamu kediaman keluarga Mackenzie itu. Buru-buru Rychell menjauh dari tangan Ales dan beralih memainkan handphonenya. Sementara Ales hanya diam tak berkutik dan masih menatap kosong kedepan.

"Akhirnya, Chella akan jadi mantu mama!" Seru Evanny dengan semangat dan tersenyum bahagia bercampur haru.

Rychell hanya diam tanpa memperdulikan ocehan-ocehan dua pasang paruh baya itu. Gadis itu ingin kembali kekamar dan istirahat, terlalu malas berada di keramaian seperti ini.

Padahal cuma enam orang diruang tamu tersebut.

"Chell, mama mau bicara sebentar sama kamu," ucap sang mama sambi tersenyum dan mengisyaratkan Rychell agar mengikuti dirinya.

Rayma berdiri dan berjalan dahulu menuju dapur, diikuti Rychell yang tampak suram dan jenuh.

"Dengar, meskipun kamu bentar lagi berkeluarga, kamu harus tetap belajar dengan keras. Jangan buat nama orangtua kamu malu, mengerti?!"

Rychell memutar bolamatanya sambil berdehem.

"Lusa kamu bakal pindah, jadi besok kemas baju-baju kamu!"

Rychell melotot tak terima. "maksud mama?!"

Rayma mengangguk seakan tak mau dibantah.

"Kamu harus seatap sama Ales samai hari-H kalian nikah,"

Kedua tangan Rychell mengepal. "Rychell gamau!"

Kemudian gadis itu berbalik dan berjalan meninggalkan sang mama. Apa maksud ucapan sang mama? Pindah? Seatap dengan bocah bermata sinis yang ditutupi dengan wajah polosnya itu?

Cih, lebih baik Rychell tinggal dikampung daripada harus seatap dengan lelaki yang memiliki wajah menyebalkan itu!





°°°°°





Emang ya. Kalo udah kena virus mager, bawaannya pengen tidur mulu. Males ngapa-ngapain, gak ada mood buat ngapa-ngapain.

Itulah yang dirasakan Rychell pagi ini. Udah hampir setengah tujuh, ia belum beranjak dari ranjangnya juga. Ucapan mamanya kemarin, membuat dirinya malas keluar kamar.

"Rychell bangun! Ales udah nungguin dibawah tuh!"

Rychell menutup kedua telinganya menggunakan bantal yang ia pakai. Ales, Ales, Ales! Itu aja terus!

"Rychell kalo kamu gak turun dalam waktu 10 menit, kamu tau apa akibatnya!" Ancam mamanya dengan nada tajam dari depan pintu kamar Rychell.

Rychell masih bergeming. Serius, dirinya lelah. Lelah dengan semua yang ada. Percuma berduit, tapi kebahagiaan tidak ada. Ada solusi untuk maslaah Rychell?





|Halte|





Suasana dalam mobil keren dengan warna hitam itu sangat tenang. Kedua orang yang ada didalamnya sama-sama sibuk sendiri. Hanya suara lagu yang terdengar dari radio mobil tersebut.

Lelaki dengan wajah manis dan pipi chubby itu fokus berkendara dengan kecepatan sedikit diatas rata-rata. Sementara gadis disebelahnya fokus sama benda persegi panjang pipih ditangannya.

Rychell melirik kedepan dan mematikan handphonenya. "turunin gue disimpang depan,"

Tanpa berkata apapun, lelaki itu hanya menurut dan berhenti tepat didepan halte simpang. Padahal jarak sekolah masih jauh, tapi gadis itu memilih untuk diturunkan dihalte.

Wow.

Gadis itu membuka safety belt-nya dan hendak membuka pintu. Namun pintunya malah terkunci membuat gadis dengan rambut yang diikat Cepol asal itu mendengus.

Gadis itu menatap lelaki disebelahnya. "buka"

Lelaki itu beralih menatap Rychell, "what?"

Rychell mengepalkan tangannya.

"Gue yakin Lo gak tuli! Buka!" Gertak gadis itu, namun lelaki tadi tampak tidak takut sama sekali.

Rychell memejamkan matanya sejenak lalu kembali bicara.

"Gue gamau anak-anak sekolah curiga sama gue dan lo!"

Lelaki dengan nama lengkap Calesto Aksa Stanley itu mengangguk samar dan paham apa maksud gadis itu.

"but not here," lelaki itu kembali menjalankan mobilnya membuat Rychell melotot.

"Lo gila?! Gue gamau yang lain tau soal perjodohan gila ini!" Bentak Rychell membuat telinga Ales berdengung.

"Siapa yang mau kasih tau mereka soal itu?"

"Trus kalo bukan itu apa! Lo mau bawa gue kesekolah terang-terangan, apa namanya kalo bukan pengen mereka tau hah?!" Cukup. Kesabaran Rychell habis. Ganjalan dihati atas ucapan mamanya tadi malam membuat dirinya semakin marah dan terus kesal!

Ales menginjak pedal remnya membuat Rychell menatap kearah depan. Tunggu dulu. Ini kan...?

"Setidaknya gue udah jalanin perintah nyokap, sekarang turun" Ales menekan tombol buka kunci yang ada di dinding pintunya.

Rychell membuka pintu dan turun. Ia membanting pintunya dan menatap kearah lain. Ia masih kesal, tapi dirinya harus bisa menahan amarahnya. Jangan sampai ia lampiaskan pada teman-temannya nanti.

Jendela kursi penumpang turun dan terlihat wajah Ales disebelahnya.

"Gue tunggu disini, nanti siang." Lalu mobil itu kembali jalan dan kaca jendela tadi kembali tertutup.

Sialan!

Lebih baik ia ditinggal dihalte simpang tadi. Ales malah menurunkannya dihalte dekat komplek perumahan temannya yang bernama Seryn. Entah apa gunanya. Memang komplek Seryn, karena saat Rychell berdiri ditrotoar menunggu kendaraan umum datang, Seryn datang dengan mobilnya. Tidak, bukan dia yang bawa. Tapi supirnya.

"Chell? Lo ngapain disini? Ini kan komplek rumah gue, kok bisa disini?"

Rychell mengangkat kedua bahunya, "semedi! Dianter sama setan bermuka iblis tadi!" Sungut gadis itu membuat Seryn tersenyum. Ini pertama kalinya, Rychell ngomong lebih dari dua kata padanya

"Mau bareng? Bentar lagi masuk," Seryn melirik arloji dipergelangan tangannya.

Rychell menatap Seryn dengan tatapan heran. Setelah dirinya bersikap datar, Seryn ingin membantunya?

Hebat.



















SURREPTITIOUS°

SURREPTITIOUS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang