55° C"

80 14 1
                                    

"mama ga tega sama Chella pa"

Stanley yang tengah sibuk dengan ponselnya mendongak, "kenapa?"

Wanita paruh baya itu menghela pelan. "Dia lagi hamil pa, dia takut keluarganya tau dan menggugurkan kandungannya"

Sang suami meletakkan handphonenya diatas nakas dan menghampiri istrinya yang berdiri dihadapan jendela. Ia memeluk istrinya tersebut dari belakang dan mengecup pipinya lembut.

"Ada Ales yang bakal jagain istrinya, kamu jangan khawatir ya. Tujuan aku nikahin mereka biar Ales bisa dewasa, oke?"

Evanny tersenyum mendengarnya. "oke, tapi kamu tau kan Cale itu sekarang ada dimasa pubertas, masa-masa labil"

Tak dapat dipungkiri, Evanny memang sangat protektif perihal putra tunggalnya itu. Tak segan dulu dirinya mengekang anaknya sendiri. Tidak main keluar, sekolah antar jemput, bahkan menyuruhnya untuk belajar mengulangi materi yang diberikan. Tak jarang juga Ales sakit karena kelelahan, walaupun dikasi keringanan untuk hari Minggu bersantai.

Tapi satu hari tidak full 24 jam untuk Ales beristirahat. Karena malamnya ia kembali berkutat dengan buku.

Namun hal itu sirna saat Ales mengenal sosok gadis yang ia jumpai disekolah menengah pertamanya. Gadis itu bernama Raqeel. Kakak tingkat yang terkenal pintar, ramah, dan mudah bergaul. Hanya saja sifatnya sedikit arogan, namun hal itu tidak membuatnya dibenci banyak orang.

Cukup lama mereka menjalin hubungan. Sekitar dua tahun, hingga anniv yang ke dua tahunnya itu ia memutuskan hubungan. Bukannya tanpa sebab, Ales sadar sekarang ia memiliki tanggung jawab. Ia tak bisa membagi rasa sayangnya kepada oranglain, karena memang tidak seharusnya begitu.

Awalnya ia shock begitu mendengar dirinya akan dijodohkan. Padahal kedua orangtuanya tau, ia sudah memiliki seorang kekasih. Dan orangtuanya juga tau jika dirinya sangat menyayangi gadis tersebut. Namun keputusan Stanley tidak bisa diganggu gugat oleh Ales, dan dirinya dipindahkan ke Jakarta dua Minggu kemudian.

Dijakarta ia disekolahkan disekolah yang sama dengan istrinya itu. Ia ingin segera menikahi gadis itu dan ingin segera menceraikannya agar bisa kembali pada gadisnya. Namun, semua rencananya itu gagal begitu ia melihat gadisnya untuk pertama kali dikoridor. Ia jatuh pada tatapan itu. Tatapan datar dan menusuk, wajah lempeng dan terkesan sarkas. Sangat badass namun dibalik itu semua, ia bisa melihat sisi keimutannya.

Oke, balik ke cerita. Stanley melepas pelukannya dan berdiri disebelah sang istri. Ia menatap keluar jendela berusaha menerawang apa yang digambarkan langit malam ini.

"Tapi Ales bukan tipikal orang yang ceroboh, dia itu logis dan mampu berpikir sebelum bertindak walaupun disaat terjebak dalam hal-hal yang mendesak"







°°°°°







Sedari tadi Rychell tidak berhenti mual diwastafel cuci piring. Hal itu tentu membuat Ales sedikit khawatir. Pria itu senantiasa menunggunya sembari memijit tengkuk gadis tersebut.

"Kerumah sakit aja yuk" ajak pria itu ketika Rychell mematikan kran dan mengelap mulut dengan tisu yang ada di meja pantry

"Ngapain? Aku gapapa kok, gausa alay"

"Tapi kamu ga keliatan baik kaak"

Rychell menghela pelan dan menatap Ales. Hendak, berbicara lagi tapi sudah dipotong lelaki itu duluan.

"Plis, kali ini dengerin aku"









|Perihal tanggungjawab|










SURREPTITIOUS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang