16° P

74 11 0
                                    

Canggung. Itulah yang dirasakan Rychell dalam mobilnya Ales, meskipun tak kentara, tapi percayalah kalo Rychell benar-benar deg-degan. Takut diapa-apain sama Ales.

Namun pria disampingnya hanya diam dan fokus pada jalanan. Sesekali ia melirik spion atas dan melihat tunangannya melakukan pergerakan kecil, seperti orang gelisah.

But, itu tak peduli bagi Ales. Siapa Rychell hingga harus ia perhatikan? Ia menambah kecepatannya agar cepat sampai disekolah.





°°°°°




"Pertama hitung dulu yang sejenis, variabel sama variabel, konstanta sama konstanta"

"Setelah itu baru dapet hasilnya,"

"Sampai disini, paham?"

Anak kelas 10IPA2 itu cengo menatap angka-angka dipapan tulis. Banyak dan ribet. Pikir mereka begitu.

"Erlan, kamu paham?"

Yang dipanggil langsung menoleh dan mengangguk saja. Padahal daritadi ia tak memperhatikan, terlalu malas katanya.

"Ada yang mau ditanyakan? Baiklah kalo tidak ada, kerjakan halaman 30 sampai 31,"

Ales menatap buku yang ada di mejanya. Cukup mudah, tapi dirinya malas. Bagaimana dong?

"Ayo-ayo cepat kerjakan! Ales, kenapa kamu ngelamun?"

Lelaki itu mendongak kemudian menggeleng samar. Lalu pria itu membuka buku tulis dan meraih pensilnya.

"Hitung dengan teliti, sembilan tambah lima masa lima belas?"

Zuma memperhatikan angkanya lagi lalu terkekeh kaku. "iya Bu, maap"

Bu Ella kembali berjalan mengelilingi meja murid-muridnya. Sampai ia dimeja Ales dan Gale, dirinya memperhatikan dua murid itu.

Ia mengangguk samar melihat Ales yang begitu cepat mengerjakan, tanpa berpikir berapa angkanya. Lalu ia kembali berjalan dan duduk di mejanya sendiri.

"Siap gak siap, bunyi bel harus kumpul!"




°°°°°





"Gimana ya, bukannya gue gamau. Tapi kita temenan aja, bokap gue paling tau soal gue. Jadi kalo gue punya cowok, pasti dia tau"

"Kan bisa backstreet."

Gadis dengan wajah putih itu mengulum bibirnya, "backstreet pun, bokap bakal tau dari reaksi gue. Sebenarnya ya, kita sleepcall aja dia curiga. Untung gue bisa akting, jadi gue dikira tidur."

"Coba kalo nggak, bisa abis lo sama gue diamuk bokap"

Wajah lelaki dihadapannya terlihat biasa aja, tapi siapa tau dalam hatinya? Gadis itu tau, sangat tau. Lelaki dihadapannya sangat sedih, karena sudah lama lelaki itu menyukai dirinya.

Tangannya meraih tangan pria dihadapannya, "don't be sad, kita bakal bersama diwaktu yang tepat"

Lelaki itu tersenyum simpul dan mengangguk. Lalu menarik tangan gadis itu dan memasukkannya kedalam pelukannya.

"I'll be ready to wait until the world is destroyed,"

"Thanks Kenzo, udah ngerti keadaan gue"

"No problem,"




°°°°°




"Galen sedih kak,"

Rychell mengernyit mendengar ucapan pria dihadapannya. "why?"

Wajah lelaki itu tampak suram dan seperti tidak ada niatan hidup.

SURREPTITIOUS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang