Seorang gadis masih mengenakan seragam lengkap baru saja keluar dari supermarket dengan menenteng plastik berisi beberapa minuman di dalamnya.
Gadis itu sudah kehausan, kemudian langsung membuka satu pembeliannya itu untuk meredakannya.
"Aish~"
"Ah gigit sajalah~" lirih gadis itu dengan terpaksa.
Setelah bungkusnya terbuka, gadis itu segera melahapnya dengan tak sabar. Karena sudah sore dia kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Kali ini ia akan berjalan kaki saja mengingat jarak rumah dengan sekolahnya hanya beberapa meter.
Tanpa gadis itu sadari ia sudah di ikuti oleh seseorang di belakangnya. Memakai pakaian serba hitam hingga masker dan topi hitam untuk menutupi wajahnya dari orang-orang.
Srek!
Suara itu mampu membuat Gadis yang sedang melahap Ice creamnya terhenti.
"Eoh?"
Menoleh ke kanan kiri namun tidak ada orang disana.
Srek! srek!
"Nugu-ya?"
Hening.
Deburan angin yang begitu dingin menerpa kulit mulusnya. Membuat bulu kuduk gadis itu merinding.
"S-siapa disana?" Lirih gadis itu sekali lagi.
Puk
Merasa ada yg menepuk bahunya gadis itu berbalik dan...
"Aaaaaaaaaa--Ssstt, diamlah!"
"Hmpppp Hmmpp Hmmpp"
Seseorang itu langsung melepaskan tangannya begitu menyadari ia membungkam mulut gadis itu terlalu kencang.
"Ah, mianhae~" sesalnya.
"Siapa kau?!"
"Bukan siapa-siapa"
Mata gadis itu memincing.
"Wae?"
"Kau ingin menculikku ya?"
Matanya membulat mendengar ungkapan gadis di depannya.
"Ya! Siapa yang mau menculikmu?!"
Wanita itu mendesah prustasi kemudian...
"Kau---"
Srek
"Ice creamku~"
"Pulanglah."
Gadis itu meredam marah begitu semua barang pembeliannya diambil oleh wanita di depannya. Begitu pun ice cream yang ada di genggamannya.
"Pulang sebelum aku menyeretmu"
"Kau--"
"Apa? Mau apa? Kau tidak mau pulang? Baiklah kalau begitu--"
"Yaa, Baiklah aku pulang."
Gadis itu benar-benar kesal dengan wanita baju hitam di depannya."Dasar aneh!"
"Yak! Jangan mengataiku!"
Karena merasa takut gadis itu mempercepat langkahnya meninggalkan wanita itu.
"Huh~"desah wanita itu begitu gadis itu pergi.
Aku harus memastikan nya pulang terlebih dahulu.
***
"Ibu!"
Gadis itu berhambur memeluk erat tubuh ibunya.
"ada apa?" tanya sang ibu.
"ada yang mengikutiku, bu." lirihnya di pelukan sang ibu.
"Siapa?"
"Tidak tahu. Dia sangat aneh"
"aku...aku takut, Bu"
Sang ibu menghela napas lalu berkata. "Sudahlah, mungkin hanya iseng"
"tapi, Bu..."
"tidak ada tapi-tapian. Sekarang pergilah ke kamarmu"
Gadis itu mendengus. Nampaknya sang ibu tidak ada khawatir-khawatirnya sama sekali. Mau tak mau ia menuruti perintah dari sang ibu.
"Baiklah"
"Ada apa lagi?" Tanya sang ibu ketika anak bungsunya berbalik.
Gadis itu nampak mencari kesekeliling dan kembali menatap sang ibu.
"Bu, kakak mana?"
Sang ibu memutar bolanya malas. Suka sekali anak bungsunya mencari sang kakak. Padahal jika mereka bersama mereka sering sekali ribut.
"Bu?" Panggil gadis itu lagi.
"Kakak tidak ada sayang. Dia masih sekolah"
"Yahh, padahal aku--"
"Apa mau apa?! Tidak ada pergi-pergian ya! Sekarang kamu pergi ke kamarmu dan langsung mandi, cepat!" kesal sang ibu karena sudah tahu anak bungsunya pasti mau mengajak kakaknya keluar tanpa memperdulikan isi perut mereka.
"Ish! Ibu!"
Dengan menghentak-hentakan kakinya gadis berusia 14 tahun itu berjalan ke kamarnya yang diatas.
"Jangan mendumel terus!"
"Iya!"
Begitu sang anak sudah tak terlihat wanita itu menghembuskan napasnya pelan lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Kau menakutinya bodoh!" Ucapnya begitu panggilan itu tersambung.
"......."
"Ya. Dia mengadu padaku tadi"
"......"
"Jangan lakukan itu lagi!"
"......."
"Kau ingin menegur atau menakutinya, hah?!" Kesal wanita itu.
"......"
"Yasudah, Eonnie tutup panggilannya"
"......"
"Iya, Eonnie yang akan menegurnya"
"......"
Tut
Cirebon, 5 April 2022.
Note:
How about the Story?Jangan lupa vote & komen gaesss
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PARENTS
Fanfiction"Ibu!" Gadis itu berhambur memeluk erat tubuh ibunya. "ada apa?" tanya sang ibu. "ada yang mengikutiku, bu. dia sangat aneh" lirihnya di pelukan sang ibu. "aku takut, Bu" Sang ibu menghela napas lalu berkata. "sudahlah, mungkin hanya iseng"