"Seulgi-ya, apa tidak bisa?"
"Eonnie, pikirkan keputusamu!" balas Seulgi menahan kesal.
"Seulgi please~"
"Eonnie maaf"
Joohyun menghela napas pasrah.
"Mommy" panggil Yerim membuat Joohyun bergegas bangkit lalu menghampirinya.
"Kenapa sayang?" Tanya Joohyun lembut.
"Appo~" keluhnya dengan tidak nyaman hingga harus memiringkan tubuhnya
Mendengar suara lemah Yerim membuat Seulgi yang ada disana ikut khawatir.
"Eonnie, biar aku yang panggil dokter" Seulgi bergegas pergi keluar memanggil dokter.
Sementara Joohyun mencoba menenangkan sang anak yang meringis.
"Sayang ini Mommy"
Yerim yang Mendengar suara Mommynya menatap Joohyun walaupun pandangannya tidak terlalu jelas. Yerim melepas pelan genggaman tangan Joohyun kemudian meremas dadanya yang terasa sakit hingga menembus punggung.
"Bertahan ya"
"Remas saja tangan Mommy" cemas Joohyun berhasil memindahkan tangan Yerim kembali.
Tak lama Seulgi dan dokter datang dan langsung menyuntikan cairan pereda nyeri pada infusan Yerim.
"Kemana dokter Taeyeon?" Tanya Joohyun.
"Dia sedang ada operasi, sementara saya yang menggantinya"
Joohyun mengangguk. "bagaimana? Apa putriku baik-baik saja?"
"Dia mengalami gejala umum dari sakitnya dan anda harus terbiasa dengan itu"
"Apakah Putriku harus dirawat lagi?"
Joohyun bertanya karena sebelumnya Taeyeon mengatakan hari ini Yerim diperbolehkan pulang.
"Saya tidak bisa memastikan, tunggu dokter Taeyeon yang memutuskan, saya permisi"
"Ah, baiklah. Terimakasih" Ucap Joohyun membungkuk.
"Eonnie, You okay?" tanya Seulgi.
Joohyun yang sudah sangat lelah hanya berdehem saja dan memilih kembali duduk di samping ranjang. Yerim, dia sudah tertidur lagi setelah dokter menyuntikan obat.
Seulgi mendekat kemudian mengelus bahu Joohyun seolah memberikan kekuatan untuk sahabatnya.
"Maaf, aku sempat memaksamu, eon" sesalnya begitu mengingat pembicaraan.
"Kalau mau, aku bisa usahain--"
"Gwenchanayo" potong Joohyun tanpa memaksa.
Seulgi menatap sendu. Sebenarnya dia merasa iba, namun bagaimana lagi.
*
*
*
"Maafin kakak ya?"
"Tidak masalah kak"
"Terimakasih"
Joy memeluk Yerim sebagai pertanda bahwa memang mereka sudah berdamai.
"Kakak tidak ikut?" Yerim merenggangkan pelukannya.
Joy mengangguk dengan wajah penuh penyesalan karena tidak bisa ikut mengantar Yerim walaupun hingga parkiran.
"Maaf ya, kakak ada urusan sebentar sama ibu" Jawab Joy sembari melirik ibunya.
"Baiklah, tidak apa-apa kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PARENTS
Hayran Kurgu"Ibu!" Gadis itu berhambur memeluk erat tubuh ibunya. "ada apa?" tanya sang ibu. "ada yang mengikutiku, bu. dia sangat aneh" lirihnya di pelukan sang ibu. "aku takut, Bu" Sang ibu menghela napas lalu berkata. "sudahlah, mungkin hanya iseng"