Part 22

6.2K 274 5
                                    

VOTE!

***

Pikiran Juna seakan sehabis berjalan jauh. Ia masih terlihat linglung saat Yana menunjuk kejantanannya dengan raut wajah kebingungan. Serpihan ingatan saat di hotel, dimana Yana menggoda junior milik Juna langsung dengan vaginanya. Tanpa sadar kejantanannya kembali mengacung tinggi. Membuat Yana cukup terkesiap dan terkekeh pelan melihat pacarnya.

Tentu saja seorang Yana tidak akan berhenti menggoda pacarnya, tanpa basa basi ia langsung menyentuh milik Juna yang mengacung walau keberadaannya tenggelam dalam air bathub. Tangan kiri Yana mengusap lembut junior Juna.

"Shhh," Juna memegangi bibir bathub sambil mendongak, menahan desah akibat rangsangan Yana.

"Udah saya bilang, jangan teasin-" omongan Juna terpotong. "Ahh fuck.." umpat Juna ketika Yana meremat twinballs Juna.

"Jaga lisanmu, atau perlu saya hukum mulut nakal yang terus mengumpat itu?" Ancam Yana dengan nada menekan.

"I'm ahh.. sorry," kaki Juna menegang.

"Shh stop it, sebelum saya ingin hngh.." tanpa mendengar permintaan Juna, gadis itu malah mempercepat gerak kocokan pada junior Juna.

"Mmhh"

Tangan kanan Yana menarik penyumbat bathub, air pun terkuras habis. Terlihat cairan precum milik pacarnya membasahi tangannya.

"Such a naughty boy, huh?" Yana melepas kocokannya tiba-tiba membuat Juna mendesah kecewa.

"Please, babe.. please touch me again.." Juna memohon.

Yana hanya menyeringai, ia bangun dari duduknya dan menatap pacarnya penuh tatapan intimidasi.

"Mo.. mommy please ahh," Juna menggigit bibir bawahnya karena terkaget mendapat rangsangan baru dari pacarnya.

Kaki kanan Yana menekan pelan junior pacarnya. Dirasakan kejantanan pacarnya itu mengeras lebih dari sebelumnya. Juna mendongak, ia menatap Yana dengan tatapan sendu. Yana terenyuh melihat pacarnya yang memelas. Ditarik kakinya dari junior pacarnya, ia menatap Juna dengan tatapan lembut.

"What's wrong, babe?" Tanya Yana sambil jongkok dihadapan pacarnya.

Juna hanya menggeleng pelan sambil memeluk tubuh gadisnya. Terdengar sedikit isakan pada suara Juna yang membuat hati Yana terkikir sakit.

"Kakak.. jangan gitu, Juna takut.." lirihnya pelan.

Yana hanya terdiam, dan mengangguk.

"Kakak bukan sadisme kan.. Juna.. hiks," Juna tak kuasa menahan takutnya terhadap pacarnya sendiri.

"Baby, i'm sorry.." Yana hanya bisa meminta maaf, ia tak tau bahwa perbuatannya begitu menakutkan di mata pacarnya.

"Juna gamau maafin." Tegas Juna, dibalas dengan tatapan Yana yang mulai panik.

"Fine.. fine, kamu mau sesuatu?" Tanya Yana mengajak Juna untuk bernegosiasi.

Juna menyeringai, ia langsung berdiri tepat dihadapan Yana dan membuat juniornya terombang-ambing. Aura dominan Juna menguar, Yana pun menggeleng kepalanya pelan untuk memfokuskan diri agar tidak ciut.

Yana.. harus profesional.

Suasana begitu canggung bagi Yana, namun terasa menjadi kemenangan di mata Juna. Yana ingin ikut berdiri, namun tangan Juna menahan pundak pacarnya sehingga ia kembali terjongkok.

"I want you," Juna memulai bicaranya.

"Mhm?" Yana memastikan bahwa kata itu masih berlanjut atau tidak.

Juna menggeleng pelan, "just.. suck my dick."

Bersambung...

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang