Part 23

6.2K 251 1
                                    

Vote!

***

Wajah Yana menegang, ia memang pernah melakukannya. Namun itu sekedar untuk membantu Juna mencapai pelepasannya, bukan?

Apa-apaan permintaannya..

"Ah Juna, ayolah.. sudah malam, jangan bercanda-"

Juna mendekatkan juniornya tepat didepan wajah Yana, membuat gadis itu mendelikkan matanya. Lelaki itu menyeringai, menatap wajah Yana dari atas, ia merasa yang menguasai permainan. Tengkuk Yana terasa capek menahan kepalanya yang terus mendongak. Ia lalu menunduk dan mengalihkan pandangan.

"Ya sudah, tidak ada maaf." Ucap Juna dengan nada merajuk.

Gadis itu merasa galau, ia bingung. Seorang dom bisa saja mengoral subnya, namun itu termasuk kejadian yang tidak ingin diulang Yana. Ia merasa tidak menyukai kegiatan itu.

"Hah.. kalau-"

"Fine." Kata Yana mengiyakan. "I'll do that, sekali ini aja.."

Sudut bibir lelaki itu tertarik ke atas. Ia merasa puas atas jawaban Yana. Dan gadis itu kembali mendongakkan kepalanya, ia mensejajarkan wajahnya dengan kejantanan milik Juna.

"Shh," Juna mendesah tertahan saat Yana menyentuhkan ujung lidahnya dengan ujung junior Juna.

Tangan Yana mulai memainkan pelan batang Juna. Dihisapnya ujung juniornya perlahan, dibantu tangannya yang mulai mengocok dengan cepat. Tangan satunya menahan paha Juna dengan mencengkramnya agar tidak terlalu memasukkan miliknya lebih ke dalam mulut Yana. Tentu Juna tidak menggubris cengkraman kuat itu. Ingin sekali ia meremas rambut Yana lalu mendorong miliknya lebih dalam. Tapi ia masih bisa menahannya.

Kembali Yana menjilati pucuk juniornya, membuat Juna susah payah menahan keinginannya itu. Ketika kembali Yana menghisap pucuknya. Juna sudah tidak sabar. Ia memegangi kepala belakang pacarnya dengan sedikit memasukkan jarinya diantara rambut Yana. Belum dua detik pergerakan Juna, ia sudah mendorong badannya dan tangannya berlawanan arah. Membuat Yana tersedak.

"Uhuk.. mhh," Yana memberontak berusaha mendorong paha Juna.

Mulut Yana terasa penuh, ia memejamkan matanya kuat saat merasa kejantanan Juna menerobos tenggorokannya. Yana kesulitan bernafas, ia tidak mendapat sedikit jeda dari keganasan Juna.

"Shh yes," gumam Juna diantara kenikmatannya.

Lelaki itu mempercepat gerakan tangan yang membuat kepala gadis itu maju-mundur. Yana merasa kejantanan pacarnya kini lebih menegang dibanding sebelumnya. Cengkraman pada paha Juna diperkuat Yana untuk membuatnya segera berhenti, tapi malah membuat Juna semakin liar.

"Mmhh!!" Pekik Yana karena mulai kehabisan nafas.

"Ahh yes.." Juna masih melanjutkan kegiatannya.

Tenggorokan Yana seakan menolak benda asing itu, ia ingin muntah. Sungguh ia tidak suka mengoral. Tangan Yana mulai mencakar-cakar paha Juna untuk menghentikan kegiatannya.

"Ahh.." Juna pelepasan.

"Mmhh!" Yana memejamkan matanya sungguh erat, ia meredam amarah sekaligus mualnya ketika merasakan cairan kental tersembur dalam mulutnya. Tangan Juna tidak berubah, malah lebih menekan kepala Yana. Gadis itu meronta hebat, ia ingin mengeluarkan cairan itu segera, dari mulutnya.

Setelah dirasa puas, Juna melepaskan kepala Yana. Dengan cepat Yana memuntahkan cairan itu pada lobang bathub. Saat melihat pacarnya terbatuk, Juna baru sadar dan membantu Yana dengan memijat juga menepuk-nepuk punggungnya. Yana mengumur mulutnya yang dirasa aneh.

"Maaf.." ucap Juna lirih.

Yana menggeleng, "i'm okay, udah puas kan?"

Dibalas anggukan Juna, namun ia masih merasa bersalah membuat Yana merasakan keganasannya tadi. Gadis itu berdiri, tanpa memandang Juna.

"Sudah kan? Pergilah, saya mau mandi"

Kakak.. marah ya?

Bersambung...

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang