Part 26

4.6K 254 1
                                    

Segitu kuatnya papa ingin anaknya menikah? Bathin Yana.

Mungkin dengan kondom, artinya bisa membuat Yana terpancing untuk menikah dengan Juna. Dan untuk Juna, itu adalah kode keras untuk segera melamar Yana. Lelaki itu juga tidak mau menunda terlalu lama, namun kemampuannya dalam mengurus perusahaan masih terbilang pemula. Ia takut tidak bisa menjadi suami yang ikut andil dalam perusahaan dan hanya bermanja di rumah.

"I- iya.." jawab Juna dengan ragu. "Maaf"

"Hey it's okay babe." Yana memeluk badan pacarnya. "Abaikan benda itu, lebih baik kamu coba presentasi di event besar yang kerjasama dengan perusahaan Dirgantara ya?"

"Tapi.. nanti kalau gagal-"

Yana menggeleng, "makanya, sekarang saya ajarin."

Akhirnya Juna berani menunjukkan wajahnya dari bantal, ia tersenyum gembira. Dibalas dengan ciuman hangat Yana yang kini bersarang dibibir Juna.

***

Hufft..

Aku harus siap.

Juna meremat kertas berisi rangkuman presentasinya.

Proyek ini harus berhasil.

...

"Selamat pagi, saya Juna perwakilan dari perusahaan AXA akan menjelaskan tentang-"

Blablabla~

Pria paruh baya yang merupakan Bos Dirgantara itu tentu mendengarkan presentasi Juna dengan baik. Namun manik matanya selalu menuju Yana. Melihat pacarnya terus ditatap, rasa kesal Juna meraung. Namun ia harus tetap profesional.

"Sekian dari saya, silahkan dari pihak Dirgantara jika ingin berpendapat," tutup Juna.

Semua memberi tepuk tangan, disangka bahwa pihak sana menyukai proyek kerjasama ini.

"Saya akan menerima proyek ini, dan akan memberikan benefit sekitar 90% pada perusahaan AXA, namun-" kalimat itu digantung oleh lelaki berjas hitam sambil memainkan jam tangannya, dia adalah Azura penerus perusahaan Dirgantara. Iya, rapat besar ini dihadiri ayah dan anak perusahaan Dirgantara.

Azura Dirgantara, apa maunya? Bathin Yana.

Yana memainkan pulpennya, ia merasa tidak nyaman jika ditatap anak dan juga ayahnya secara bersamaan. Sesekali sang anak melirik ayahnya. Ia masih menggantung kalimatnya, yang membuat satu ruang menatapnya penuh tanya. Sang ayah hanya memberi anggukan kecil.

"-biarkan saya mengencani bos perusahaan AXA, Nona Yana."

Sontak para pegawai Yana melotot tidak terima, terutama Abi dan Juna. Sebagian orang hanya saling pandang, tidak mengerti. Sebagian tersulut amarah dan ingin membuka suara. Dengan sigap, Yana mengangkat tangannya keatas, membuat satu ruangan kembali hening.

"Tolong profesional Tuan Azura, dilarang membawa hal pribadi ke dalam urusan kantor." Tegas Yana.

"Nona Yana~ ayah anda sendiri yang menyarankan hal ini." Ucap Azura dengan suara menantang.

"Tolong pikirkan lagi, ini menguntungkan anda. Lagipula tujuan anda menekan proyek ini dengan alasan, jika tidak.. kenapa asistenmu yang maju untuk presentasi?" Celoteh ayah Azura menunjuk Juna dengan tatapan meremehkan.

Brak!
Yana menggebrak meja, membuat semua orang terkesiap.

"Rapat selesai. Saya akan pikirkan tawaran kalian." Gertak Yana sambil berdiri dan melenggang pergi. "Permisi tuan sekalian."

Juna melotot tanpa arti ke arah Azura yang melambai ria ke arah Yana, lalu Juna pergi mengekori gadis itu.

"Kak.. tapi-"

"Diam. Nanti kita bicarakan lagi." Juna terdiam melihat Yana yang tersulut emosi.

Bersambung...

(30 vote for next part!)

3 vote lagi? Nih udah ada di draf


Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang