Yana membuka matanya cepat, ia melihat ke sekelilingnya sembari terengah. Matanya dikucek ketika sinar matahari sudah memancar dari luar jendela.
"Cuma mimpi.." gumamnya.
Tangannya diregangkan, melepas malas. Sekali lagi ia mengucek matanya agar dapat melihat jelas. Ini di rumahnya. Bukan di kapal lagi. Ia mendengus kesal. Tiba-tiba suara pintu terketuk. Juna datang dengan sepiring nasi goreng hangat. Ia masuk dengan senyum ceria.
"Kakak~" sapa Juna. "Morning.."
"Morning darl~" sahut Yana. "Rajinnya bikin sarapan buat kakak?"
"Iyaa dong. Eh kok keringatan kak?" Tanya Juna sembari mengusap keringat di kening Yana.
"Em.. saya mimpi itu.." Yana mengalihkan pandangan.
Juna menyeringai, "lagi? Tadi malam ngigau itu juga kan, makanya sampai terbangun?"
Yana mengangguk, mengiyakan pertanyaan Juna. Sang suami hanya terkekeh pelan.
"Masih belum move on dari malam pertama?" Ledek Juna. "Yah~ karena baru pertama mungkin ya.."
Yana mengerucutkan bibirnya. "Kalau aja gak ada klien penting, pasti bisa puas disana berhari-hari."
Pria itu mengangguk setuju. "Abi kerjanya gak betul itu, masa baru sekali ... itu udah balik rumah~ ya nggak, kak?"
Wanita itu menggigit bibir bawahnya. "Berhenti meledek, Juna. Lagian kamu punya dendam pribadi apa ke Abi, hm?"
"Hehe~ sorry, mommy. Nanti malam mau lagi?" Ajak Juna.
"Gak ah, masih sakit." Yana menggeleng cepat.
Juna kembali menyeringai. "Yang minta buat dilanjutin malam itu siapa? Padahal awalnya minta berhenti?"
Dengan gemas, Yana mencubit lengan Juna. Membuat pria itu meringis sakit.
"Jahat.. sakit tau!" Cebik Juna.
"Nanti ambil box di pojok kamar bawah ya?" Yana mengubah topik.
"Buat?"
"Isinya sex toy." Jawab Yana.
"HAH?!" Juna terkejut.
"Saya kesal karena sakit, susah duduk. Sedangkan kamu? Ck, pokoknya harus adil." Jelas Yana.
"Y--ya tapi.."
"Ambil box, atau tidur di luar hm?" Ancam Yana.
Bibir Juna membentuk kerucut. Ia tak berani melawan, kini ia menciut. Kesal dengan diri sendiri, akhirnya ia beralasan.
"Juna disuruh Jia ke kantor untuk bantu administrasi.." elak Juna.
Pria itu menunduk, karena ia ditatap tajam oleh istrinya.
"Siapa istri kamu?" Tanya Yana.
"Kakak.." sahutnya.
"Dan, siapa yang berhak merintah kamu saat ini?" Yana menarik rahang Juna.
"I.. it's you. Mommy.." lirih Juna.
"Good boy." Yana mengelus kepala Juna.
Pria itu tertunduk malu, ia tak tau apa sebab ia tiba-tiba menciut.
Yana menyingkap selimut di hadapannya. Memperlihatkan paha mulusnya yang memantulkan sinar matahari. Bersinar bahkan Juna tau bahwa istrinya belum mandi sejak kepulangannya kemarin.
"Selesai ngurus kantor. Tubuh kamu saya yang nguasai, paham?" Gertak Yana.
"Of course.. mommy," Juna menarik kaki istrinya.
Ia mulai mencium lembut kakinya. Membuat pemilik kaki itu tersenyum puas. Sesekali Juna menjilat kakinya layak anak anjing. Kembali Yana mengelus kepala Juna. Memberinya apresiasi.
"Mommy?" Juna mendongak, menatap Yana.
"Hmm?"
"Wanna fuck?" Kata terakhir itu membuat Yana mendelikkan matanya.
Wanita itu tak menyangka suaminya akan bertanya demikian. Manik mata Yana menuju bawah perut Juna. Benar saja miliknya telah menjunjung tinggi.
"Fine." Yana mengiyakan.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Malesub [END]
Romance⚠️ 1821+ Area. NON LGBT. Takdir mempertemukan femdom dengan seorang lelaki cantik. Timbul keadaan dimana ada balas budi yang harus dituntaskan lelaki itu. Tanpa sadar mereka yang telah jatuh cinta. Sayangnya si lelaki bukanlah seorang masokis sepert...