Pria dengan seragam loreng berjalan menyusuri sebuah pedesaan yang letaknya ada di bawah kaki gunung. Matanya tidak pernah berhenti untuk melihat tempat yang sudah lama ia tinggalkan selama ia di tugaskan di jakarta.
Ya, menjadi salah satu bagian dari anggota angkatan laut merupakan kebanggaan tersendiri untuk Juna. Apalagi ketika melihat orang yang ia kenal.
Juna melengkungkan senyumnya, kemudian menghampiri mereka yang menoleh ke arah pria berbadan kekar, mereka membaca name tag yang terteradi seragamnya.
Juna
"Dia? orang yang pernah ku hina dulu? sekarang sudah pulang dengan seragam itu?"- batinnya. Seakan tidak percaya kalau pria yang ada di hadapannya itu memang benar Juna.
"Apa kabar, pak kepala desa yang terhormat?"- sapa Juna. Kepala desa itu melirikan matanya ke arah lain, ia tidak menggubris pertanyaan Juna
Sama halnya dengan Juna, ia melirikan matanya pada beberapa orang yang duduk di sebelah kepala desa, Juna tersenyum tanpa menyapa mereka.
Kemudian ia membalikan badannya, kembali menyusuri jalan bebatuan yang ia lewati. Tempat kelahirannya benar-benar berubah.
Tatapannya tertuju pada sebuah saung yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Saung yang memiliki banyak kenangan masalalu yang tidak bisa Juna lupakan sampai sekarang.
Kala itu, ketika Juna dan temannya sedang bermain di saung itu. Pak kepala desa datang tiba-tiba, ia memarahi Juna
Sepertinya, pak kepala desa menaruh curiga pada Juna, karena Juna dan temannya di kenal sebagai anak nakal di desanya.
"Anak kecil seperti kau berani mencuri? mau jadi apa kau, kalau dari kecil saja sudah terlatih jadi pencuri. Kau ingat pesan saya, orang macam kau itu tidak akan sukses"- kira -kira begitu katanya.
Juna hanya bisa meringis ketika kepala desa berbicara hal menyakitkan seperti itu. Ia memang nakal, tapi bukankah kesuksesan seseorang tidak di lihat dari nakal atau tidaknya dia di masalalu?
Satu-satunya jalan agar Juna bisa membuat mulut kepala desa itu diam adalah dengan cara membuktikan padanya kalau Juna tidak seperti apa yang mereka bilang.
Dan sekarang, impian Juna sudah terwujud. Ia berhasil membuktikan pada dan orang yang membencinya, kalau anak nakal seperti Juna bisa sukses dengan seragam loreng yang melekat pada tubuhnya sekarang.
Langkah Juna terhenti di sebuah rumah, di dalam sana banyak sekali kenangan masa kecilnya. Juna dan ketiga adiknya. Ia melangkahkan kakinya dan megetuk pintu itu.
Seorang wanita paruh baya yang usianya sekitar empat puluh lima tahun menyipitkan matanya ketika ia melihat seorang pria gagah memakai seragam berdiri di depannya.
Wanita itu mendongakan wajahnya ke atas, karena tubuh pria itu sangat tinggi. Tingginya saja mungkin hanya sampai pada bahu Juna
"Ibu..."-lirih Juna, kemudian ia memeluk ibu dengan erat. Menumpahkan kerinduannya pada ibu, mengingat kalau Juna tidak pernah datang ke kampung halaman
Terakhir kali ia berkomunikasi dengan ibu, sekitar satu minggu yang lalu, itu juga hanya lewat video call, dan mendengar kabar kalau ibu sakit adalah kenyataan pahit yang tidak ingin Juna dengar.
"Juna, apa kabar?"
"Baik. Bu, Juna baik"- kata Juna. Kerinduannya pada wanita yang sudah melahirkan Juna seakan sudah terbayar lunas ketika ia masih bisa melihat ibu ada di depannya sekarang.
"Abang..."- seorang gadis kecil yang usianya sekitar dua belas tahun datang menghampiri ibu yang memeluk Juna.
Juna melepaskan pelukan itu, kemudian ia memeluk adiknya. Waktu berjalan begitu cepat, Saras tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik. Mata dan hidungnya persis seperti Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romance"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...