Almeera berjalan memasuki tempat kopi biasanya. Ia bersama dengan Adnan dan Zatira. Namun langkah kaki Almeera terhenti ketika ia melihat seorang pria yang ia kenal sedang duduk bersama seseorang
Dia di sana? pria itu menunduk, sementara Almeera menghela nafas gusarnya. Zatira melihat aura gelisah di wajah Almeera, tubuhnya gemetar, seperti melihat makhluk halus di depannya.
"Mir, lo kenapa?"- kata Zatira. Ia mengecek suhu tubuh di dahi Almeera. Tapi suhu tubuhnya normal.
Zatira menatap lurus ke arah yang sedang di perhatikan oleh Almeera. Benar saja dugaannya, makhluk halus bernama Juna sedang duduk seraya menyesap kopi dengan tenang.
Tatapan yang semula datar mulai berubah, bibir yang lurus kini melengkung dengan sempurna. Tapi kenapa rasanya sangat jauh dengan pria itu.
Zatira menggenggam tangan Almeera, mereka berdua saling bertatapan sebelum genggaman Zatira semakin erat "Tarik nafas, mari kita buktikan pada Juna kalau Almeera bisa hidup tanpa Juna"
Almeera tersenyum, begitu juga dengan Zatira. Ia menggandeng tangan Almeera sampai ke kursi kosong di depan Juna. Haruskah Almeera bertemu dengan pria yang menggantungkan perasaannya, apalagi di akhir hubungan yang belum lama selesai
Setelah menangis seharian di dalam kamar kemarin, kata-kata perpisahan yang selalu terbayang di pikiran gadis itu. Mengingat kalau Juna sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.
Aku menyembuhkan luka lama ku dan sudah setengah sembuh. Namun kini, luka itu kembali basah, walaupun aku mencoba untuk melawan trauma itu, bahkan kamu pernah berhasil menyembuhkannya, walaupun hanya sebentar.
Juna, kamu tau? kini aku jatuh pada jurang trauma yang sangat dalam. Bukan, bukan karena kamu yang salah. Namun hatiku yang salah karena sudah menjatuhkan cinta ku pada orang yang salah.
Dan bodohnya, ketika aku tau kalau kamu akan menjadi milik orang lain, aku memilih untuk terjun dan berenang dengan bebas di lautan yang memang seharusnya aku tidak boleh menginjakan kaki ku di sana.
Juna, aku sudah melepasmu kemarin, dan kamu pun mengiyakannya. Kata ku kemarin, aku pergi, ya? bahagia selalu.
Tatapan mata itu, sesekali aku melihatnya, tapi ntah kenapa aku tidak bisa melupakannya. Aku lemah, Juna. Lemah dengan tatapan itu
Apalagi saat tatapan mata kita bertemu. Maaf, aku harus acuh, melirikan mata ku ke arah lain. Agar aku tidak menatap matamu lagi.
Kopi hitam, seperti biasa. Kamu menyukainya, kan? dan itu, kentang goreng yang selalu menjadi menu kita setiap kali ada di tempat ini. Tidak, kamu tau aku tidak suka kentang goreng di sini. Aku hanya menyukai kentang goreng di fleur saja.
Sepertinya kamu ingin menjauh dari ku ya? perihal tempat duduk kita yang jaraknya tidak sedekat dulu.
Oh ya, siapa pria yang ada di sebelahmu? dia temanmu, tapi rasanya aku belum pernah melihat dia. Jadi, mari kita berkenala dengan temanmu
"Mbak"
Almeera diam. Matanya masih menatap Juna sekilas
"Mbak"
Masih tidak ada jawaban. Almeera menoleh ketika Zatira menyenggol tangannya. Ia menoleh ke arah teman Juna.
"Kalau mbaknya kelahiran tahun berapa?"
Hal apa yang sedang di bicarakan oleh mereka? kenapa tiba-tiba pria itu menanyakan kelahiran Almeera. Gadis itu tidak menjawab, ia justru melirikan matanya ke arah Juna
Hoodie berwarna merah maroon menutup setengah wajahnya. Tapi Almeera bisa lihat kalau ia sedang menatap temannya dengan sinis
Juna melirikan matanya ke arah Almeera. Ingin tau Almeera menjawab pertanyaan temannya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romantizm"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...