44•tinggal sendiri

218 8 1
                                    

Almeera membuka pintu ruang tamu, ia memasuki rumahnya, kemudian menaiki anak tangga dan berjalan menuju ke kamarnya

Langkahnya terhenti ketika Almeera melihat pintu kamar bunda terbuka walaupun hanya sedikit. Ia memindik di balik pintu, melihat bunda mengemas pakaian, dan barang-barang milik bunda

"Bunda mau kemana?"-batin Almeera

Bun, yang aku lihat dari balik pintu adalah seorang wanita hebat yang tidak pernah menunjukan air matanya di depan anak-anaknya.

Bun, yang aku tau, walaupun bunda selalu menyembunyikan air mata bunda, aku selalu tau kapan bunda menangis, walaupun aku hanya mendengar rintihan pelan dari balik pintu ini, bun

Almeera menghapus air matanya, dia mengeluarkan senyum dan berjalan masuk ke dalam kamar bunda

"Bundaaaa"

Almeera tau bunda menghapus air matanya, mungkin karena bunda tidak ingin terlihat lemah di hadapan anaknya

Tapi, bun. Bukankah terlihat lemah itu tidak apa? sebab kita tidak harus selalu menyembunyikan luka, kan?

Bun, yang ku dengar dari mereka. Katanya seorang ibu selalu rela melakukan apapun demi masa depan anak-anaknya.

Tapi, bun. Apakah seorang anak itu bisa rela kalau ia melihat seorang ibu yang melahirkannya selalu menyembunyikan menangis di balik senyumannya?

"Loh. Bunda mau kemana?"

Bunda menoleh, lalu tersenyum "Tebak, bunda mau kemana?"

Almeera menghela nafas gusarnya, ia duduk di samping bunda, tangannya melingkar memeluk bundanya. Ia menaruh wajahnya di atas pundak bunda

"Huh. Pasti bunda mau pergi lagi, ya?"

"Benar. Anak bunda ini selalu tau, ya. Kapan bundanya akan pergi"

"Tapi, bun. Memangnya gak bisa ya, perginya nanti saja?"

Bunda tersenyum, kemudian menoleh ke arah Almeera, seakan meminta Almeera untuk tidur di atas pangkuannya

"Nak. Bunda harus pergi ke bangka belitung untuk menyelesaikan pekerjaan bunda"

Bangka belitung? orang yang aku kira akan pergi ke sana, dia justru malah ada di sini. Tapi orang yang aku sayang yang lain, justru malah ingin pergi ke sana

"Almeera sayang, gak papa ya bunda tinggal sendirian?"

Almeera mengangguk terpaksa. Aaliyah jarang ada di rumah, walaupun dia sesekali pulang, tapi rasanya sama saja. Selalu sendirian.

"Bunda kapan berangkat?"

"Besok pagi"

Setelah mendengar kabar itu, bunda meminta Almeera beristirahat. Almeera mengangguk, ia memeluk bunda sebelum pergi

Aku menutup rapat pintu yang sudah mulai koyak, berulang kali di hantam oleh ombak besar, namun dia masih tetap kokoh.
rumah yang aku buat sendiri, rupanya masih ingin berdiri, dia masih mampu bertahan.
hanya saja, beberapa dinding yang terlalu lapuk segera menuju hancur.

Rumahku yang malang, hangat mu kini berubah menjadi dingin seperti malam.
Teduhmu dulu, kini sudah di terpa oleh hantaman badai tanpa ampun

Butiran air dan cengkraman badai dari luar mulai masuk melalui celah-celah yang mulai sudah mulai runtuh.

Bun, rumah kita yang dulunya adalah bangunan yang paling kokoh, seiring berjalannya waktu dia mulai hilang.

Anak perempuanmu kini berdiri di ambang pintu, menatap kenangan masalalu yang perlahan mulai sirna di makan oleh waktu dan kebencian

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang