Seorang pria gagah memakai seragam lengkap dengan senjata miliknya, berdiri di depan puluhan anggota militer yang memegang senjata masing-masing
Tatapan Juna lurus ke depan. Hari ini, ia di pilih sebagai ketua pelatihan khusus untuk pasukan yang ingin di tugaskan di papua
Perasaannya campur aduk, antara senang dan tidak. Juna senang karena tidak di pilih untuk ikut serta dalam penyelesaian misi di papua
Tapi, di satu sisi juga ia merasa sedih karena Juna harus tetap tinggal di jakarta dan kali ini, bahkan Juna yang menjadi ketua dari pasukan khusus itu
"Perhatikan. Target kalian sudah ada di depan mata"- katanya dengan lantang
Para pasukan bersiap untuk menembakan peluru pada target. Kemudian Juna menghampiri salah satu juniornya yang terlihat tidak fokus
"Erwin!"
"Siap"
"Kalau saat pelatihan seperti ini saja tidak bisa fokus. Bagaimana nanti pada saat menjalankan misi. Kau ingat, pilihanmu hanya dua. Senapan kau yang mengenai target, atau senapan target yang menembus tubuhmu"
Erwin terdiam. Ia berusaha untuk terlihat baik di hadapan Juna karena Juna adalah pemimpin latihan ini
"Siap, komandan"
Tiba-tiba suara ponsel seseorang berbunyi. Tapi sepertinya sumber suara itu bukan berasal dari ponsel Juna.
"TIDAK ADA HANDPONE SAAT PELATIHAN!"
"SIAP"- jawab mereka dengan lantang
"Handpone siapa itu"- tanya Juna. Menatap puluhan pasukan yang berdiri di depannya satu persatu
"Siap. Saya, komandan"
Juna menoleh ke sumber suara "Kau lagi? kau ini sebenarnya kenapa?"
"Siap. Salah, istri saya meninggal pada saat melahirkan anak kami, komandan. Anak kami selamat, istri saya tidak. Saya sedang menunggu kabar tentang kapan dia akan di makamkan"
Juna diam seribu bahasa. Seorang ayah yang jauh dari keluarganya, seharusnya bahagia karena anaknya telah lahir ke dunia dengan selamat, tapi kabar buruknya adalah perempuan yang ia kira akan menjadi teman seumur hidupnya, ternyata telah tiada
"Jawab telfonnya"
"Siap. Salah, saya akan matikan ponsel ini"
"Jawab telfonnya"- kata Juna kekeh
"Siap. Salah"
"INI PERINTAH"- jawab Juna lantang. Erwin sudah tidak bisa lagi memendam air matanya, pria itu memberi hormat pada Juna, kemudian ia pergi menjawab telfon dari keluarganya.
Pelatihan kembali berlangsung. Tanpa satu anggota yang baru saja mendapatkan kabar duka. Juna berdiri tegak
"Semuanya. Kita berdoa, setelah itu mengheningkan cipta untuk pahlawan hebat yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan bayinya"
***
Almeera menghubungi Juna, meminta Juna menemuinya setelah ia selesai bertugas.Hari ini Esmeralda bilang kalau ia akan pergi dengan keluarganya. Oleh karena itu Juna mengiyakannya permintaan Almeera, mereka berdua berada di dalam mobil Juna sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romance"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...