Sekarang tersisa Juna, Almeera, Adnan, dan Azrul. Karena Zatira pergi meninggalkan tempat kopi ini. Ia bilang kalau ada urusan.
Suasana canggung. Azrul masih membujuk Adnan agar pria itu mau mendekatkan Almeera dengannya.
Kata Azrul, ia menyukai Almeera karena Almeera cantik, dan wajahnya enak di pandang. Itu kata Azrul ya, bukan kata ku.
Belum juga beraksi, Adnan sudah di tatap sinis oleh Almeera. Membuat ia mengurungkan niatnya untuk memperkanalkan Azrul dengan Almeera.
Almeera dengan Juna. Bagaimana dengan mereka? mereka hanya sibuk dengan urusan masing-masing, tidak-tidak. Dari tadi hanya diam, tapi tidak ada dari mereka yang memulai topik pembicaraan.
Adnan menggeser kursinya agar lebih dekat ke arah Azrul. Ia juga memberi kode pada Almeera agar gadis itu mengobrol dengan Juna. Ya, setidaknya basa-basi, atau sekedar nanya kabar gitu?
Almeera tersenyum. Ia menarik nafasnya perlahan, kemudian "Apa kabar?"
Almeera. It's that you?
Kamu berhasil mengalahkan ego kamu untuk mengajak Juna bicara lebih dulu? hebat Almeera, hebat.
Ego perempuan memang besar, tapi kalau kamu kira perempuan hanya memikirkan dirinya sendiri, itu salah.
"Saya baik, kamu sendiri gimana?"
"Menurut kamu, baik atau tidak?"
Juna tidak mengerti maksud dari ucapan Almeera. Sementara Almeera mengeluarkan senyumnya. Sejujurnya, ia tidak ingin merasa canggung dengan Juna.
"Kamu harus selalu baik tanpa saya, Almeera"
Enak sekali kalau bicara, memangnya dia pikir setelah kejadian kemarin, Almeera akan melupakannya begitu saja?
"Ya. Saya rasa juga seharusnya memang begitu"- balasnya "Jadi, gimana?"
"Apanya yang gimana?"
Almeera memberanikan diri untuk menatap mata Juna. Walaupun sebenarnya ia ragu kalau Juna akan menerima ucapannya dengan baik.
"Kita"
Juna tersenyum. Lagi-lagi hal itu yang di bahas oleh Almeera. Juna menunduk, ia tidak bisa melihat mata Almeera. Juna menjadi lemah.
Esmeralda dan Almeera. Ia mencintai Almeera, tapi ia mengingat pernikahan Juna dan Esmeralda yang sudah dekat.
Tidak ada yang bisa di ubah sekarang. Kalau saja waktu itu, sebelum Juna ingin melakukan pengajuan pernikahan, ia dan Almeera mengalah untuk ego mereka masing-masing. Mungkin saja semuanya tidak akan serumit ini
Walaupun sulit, tapi setidaknya Juna bisa berjuang bersama sama dengan Almeera. Juna kira, Almeera marah dengannya, dan ia mungkin sudah tidak ingin melihat wajah Juna lagi.
"Ya. Saya tau kalau saya sudah pamit kemarin. Saya mengucapkan kata-kata perpisahan"- ujarnya. "Saya salah"
Juna menoleh
"Padahal saya sudah tau kalau kamu akan menjadi milik orang lain dalam waktu dekat. Saya sudah tau kamu kamu memiliki tunangan. Dan bodohnya saya, ketika saya tau itu semua, saya masih mencintai kamu"
"Kamu gak salah, Mir. Saya yang salah"
"Kenapa begitu?"
Juna menatap Almeera, begitu juga sebaliknya. "Kenapa baru sekarang, Mir? waktu itu, saya tunggu kamu sebelum saya ingin melakukan pengajuan pernikahan"
Almeera mengerutkan dahinya. Juna bahkan tidak memberi tau Almeera kapan dia melakukan pengajuan. Padahal mereka sempat bertemu saat itu. Tetapi Juna tidak memberi tau apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romantizm"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...