Hari sudah malam, Juna mencari tempat makan di sekitaran sini. Tetapi ia tidak menemukannya, restoran halal sudah tutup.
Juna menepikan mobilnya pada lahan kosong. Ia turun dari mobil, tapi melihat Almeera tidak kunjung keluar dari mobil, membuat Juna menghampiri kursi sebelah pengemudi.
Juna mengetuk kaca mobil, tapi Almeera tidak mendengarnya. Juna melihat Almeera sibuk memasukan semua barang-barang miliknya ke dalam tas.
Juna membuka pintu mobil "Kamu mau di dalam mobil terus?"- katanya. Ia langsung mendapat tatapan sinis dari Almeera
"Kamu tidak lihat aku sedang apa?"- ketusnya. Ya, sedang memasukan bedak dan lipstick ke dalam tas.
"Ayo"- lanjut Almeera. Ia keluar dari mobil, dan melihat Juna mematung di tempat "Kamu ini mau berdiri terus atau bagaimana?"
Menyebalkan. Almeera membalikan ucapannya . Juna bahkan tidak bisa marah. Wajahnya terlalu menggemaskan, sayang jika di rusak dengan amarahnya
"Sini tas kamu. Biar saya yang bawa"- pekik Juna. Ia kira Almeera akan menolaknya, tetapi ia lupa kalau ini kan Almeera.
Almeera dengan senang hati membiarkan Juna membawa tasnya. Juna menggandeng tangan Almeera. Hal-hal kecil seperti ini yang tidak pernah Almeera temui pada orang di masalalunya
Menyebalkan, saat kami berjalan dan melihat para pedagang sudah hampir menutup seluruh toko mereka. Jadi sekarang, harus makan apa?
"Semuanya sudah tutup"- kata Juna
"Ya sudah, ayo balik ke mobil"
"Loh. Kamu tidak mau ke pantai dulu?"
Almeera menggelengkan kepalanya. "Tidak, buat apa?"
Baru kali ini Juna mendengar penolakan "Tumben. Biasanya kamu gesit ketika mendengar nama pantai"
"Masih ada besok, besoknya lagi, dan ada besoknya lagi"
Juna menghela nafasnya. Juna juga tidak tau apakah ia akan mempunyai banyak waktu dengan Almeera nantinya. Mengingat kejadian Erwin pagi tadi, memuat Juna memiliki trauma tersendiri
"Kalau tidak ada waktu lain, bagaimana?"
Almeera bergantian menggandeng tangan Juna, mereka berdua berjalan ke parkiran.
"Kita masih punya banyak waktu nanti, tidak ke pantai sekarang juga tidak papa, kan?"
"Ya. Almeera, saya tanya kalau besok sudah tidak ada waktu lagi, bagaimana?"
"Kamu ini bicara seakan mau pergi jauh saja"
"Tidak, saya tidak akan pergi sebelum berpamitan dulu padamu. Apa kamu lupa, ya?"
"Tidak, aku tidak lupa. Aku masih ingat, katamu waktu itu saya tidak akan pergi meninggalkanmu, tanpa berpamitan dulu denganmu dan saya tidak akan pernah meninggalkan kamu, kecuali ketika saya mencintai perempuan lain begitu, kan?"
Aku sendiri tidak tau kapan waktunya akan tiba, kapan aku meninggalkan kamu, tapi semoga semesta selalu berpihak pada kita. Hanya itu doa yang selalu aku aminkan saat ini. Tidak ada lagi, selain kamu, selain cinta aku untuk Almeera.
Mereka berdua sudah di dalam mobil sekarang. Almeera membuka kaca, ia melihat dua bunga mawar yang ada di depannya.
Ketika Almeera mengarahkan tangannya, ia berniat untuk memetik bunga mawar itu. Juna melihatnya "Hei. Jangan suka asal memetik bunga seperti itu, apalagi di tempat seperti ini"
Yah. Telat, Almeera sudah lebih dulu memetik bunga mawar. "Aku sudah izin pada penghuninya. Mas Juna, jadi tenang saja"
Juna tersenyum "Apa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/307566178-288-k219756.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romance"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...