Hari ini adalah hari menyebalkan. Ketika Juna bertemu dengan sosok yang tidak pernah ingin ia lihat itu ternyata ada di depan mata.
Apalagi ketika dia mencoba untuk mengganggu Almeera. Walaupun kebenarannya tidak seperti apa yang Juna pikirkan soal Daniel.
Tapi tetap saja, ia tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang ada di masalalu Almeera dan juga dirinya.
Hari ini, Almeera kembali melihat sisi lain Juna. Ia marah ketika Daniel menyapa Almeera saat mereka bertemu di tempat kopi.
Almeera dan Juna berada di dalam mobil sekarang. Tidak ada percakapan atau canda tawa seperti biasanya, melihat ekspresi Juna seperti menahan emosi, Almeera tidak berani untuk mengajak pria itu bicara
"Jadi itu orangnya"- kata Juna tiba-tiba "Kenapa kamu tidak bilang kalau ada mantan kamu di sana?"
"Memangnya aku tau kalau dia akan datang dan menyapa aku seperti itu? lagi pula, aku dan dia juga sudah tidak ada hubungan apa-apa, kan?"
Benar. Harusnya Juna membantu Almeera untuk melupakan Daniel, seperti yang pernah Juna bilang pada Almeera. Kalau ia akan menerima semua hal tentangnya, bahkan masalalu Almeera
Tapi tidak tau kenapa, trauma masalalu Juna tidak pernah hilang dari ingatannya. Juna takut kalau orang yang ia cintai akan di rebut orang lain, apalagi orang itu berasal dari masalalu
Juna tidak menjawab. Ia selalu menyimpan amarahnya sendiri, tidak mau berbagi. Mungkin Juna tau kalau ia akan membuat Almeera merasa sedih jika ia melampiaskan amarahnya di sini
Almeera tau beberapa hal tentang Juna. Perihal Juna yang pernah hampir menghabisi nyawa seseorang di pantai yang ada di tengah kota jakarta, hanya karena ia tidak bisa menahan amarahnya.
Tapi Almeera tidak bisa melihat dari sisi buruknya saja. Di balik itu, Juna adalah orang yang baik. Dan Almeera tidak mau menghakimi masalalu Juna
"Kenapa?"- lirih Almeera. Ia melihat banyak hal yang di sembunyikan Juna. Walaupun Juna tidak pernah memberi tau Almeera, tetapi ia bisa melihat dari raut wajah Juna
"Saya gapapa"
Almeera mendesah "Jawaban yang aman. Kalau kamu ada masalah, jangan di pendam sendiri"
"Dan saya sudah terbiasa memendam semuanya sendiri"
"Kalau begitu, coba ceritakan sedikit. Kan gak semua masalah yang di pendam sendiri itu baik"
Juna menggelengkan kepalanya "Tidak. Dari dulu, saya tidak pernah menceritakan masalah saya pada orang lain"
"Tapi kan aku ini Almeera. Bukan orang lain yang kamu maksud"
"Sudahlah, jangan di bahas"
"Kamu tau, kak? luka yang kamu pendam terlalu lama di dalam hati, perlahan akan menjadi busuk nantinya. Dan kamu mau luka itu menjadi busuk di dalam hati kamu?"
"Tidak, Almeera. Bukan seperti itu, kamu tidak akan pernah memahaminya"
"Bagaimana Almeera bisa memahaminya, kalau kamu saja belum cerita"
Ada banyak sekali masalah yang Juna hadapi sekarang. Bukan tentang Daniel saja, tapi ada beberapa masalah lain juga yang mengganggu pikirannya.
"Saya bilang, saya tidak papa, Almeera"
"Ya sudah kalau gitu"- Almeera pasrah dengan jawaban Juna. Daripada suasana menjadi semakin panas, lebih baik Almeera menutup mulutnya
Juna menghela nafasnya "Saya tidak suka menceritakan masalah saya pada orang lain. Saya tidak suka dengan solusi yang di berikan oleh orang itu, karena kalau ada yang memberikan saya solusi, lalu kemudian saya mengikuti ucapannya, dan tidak berhasil. Saya akan membenci orang itu"
"Tapi kan kamu gak tau, mungkin saja solusi orang lain itu benar. Kadang, kita tidak harus melulu mengikuti kemauan diri kita sendiri, kan?"
Percakapan Juna dan Almeera pada malam ini baru saja mematahkan prinsip Juna untuk menyimpan semua masalahnya sendiri. Ternyata berbagi cerita dengan orang lain itu tidak seburuk apa yang ia pikirkan
Perasaannya lega, apalagi ketika Juna tau Almeera berhasil menjadi pendengar yang baik.
Doa ku sederhana.
Semoga akan ada banyak tawa yang menghiasi hari-hari kita.
Semoga akan ada banyak kebahagiaan yang mampu menutup goresan luka dan ego kita berdua. Dan juga semoga senyum itu akan tetap abadi dan Amerta.
Almeera.
Sebenarnya masih ada banyak doa yang selalu aku semogakan untukmu.
Perihal kamu yang selalu aku bicarakan pada tuhan di setiap malam.
Hanya saja, masih belum bisa ku suarakan sekarang.
Karena katanya, penyelam lautan cinta yang paling mulia adalah ketika kita menjadi akrab dengan doa dan membuat doa itu menjadi rahasia.
Ingat ya, nanti akan ada gambaran doa apalagi yang akan aku aminkan selanjutnya.Almeera memetik satu tangkai bunga mawar dengan asal. Tapi sebelum itu, ia sudah lebih dulu meminta izin pada penghuni pohonnya. Karena takut ada yang marah nantinya.
Almeera memegang bunga mawar itu tanpa takut, padahal kalau di liat-liat, jumlah durinya di tangkainya cukup banyak. Tetapi ntah kenapa Almeera begitu menyukai bunga mawar.
Karena menurutnya, bunga mawar itu sangat cantik, dan juga mahal. Tidak sembarang orang berani menyentuh bunga mawar, karena duri yang ada pada tangkainya bisa melukai jari siapa saja
Almeera menyelipkan bunga mawar itu di gantungan mobil Juna. Juna melihatnya, tetapi ia tidak menghentikan langkah Almeera
"Kamu suka bunga mawar?"
Almeera mengangguk "Sangat"
"Kenapa? duri yang ada di tangkai bunga mawar kan bisa melukai jari siapa saja"
"Memang"
"Jadi, apa alasan kamu menyukainya?"
"Bunga mawar cantik, walaupun banyak durinya, dan itu bisa melukai siapa saja. Tapi, kenapa kamu hanya lihat dari sisi buruknya saja?"
Juna mengerutkan dahinya "Maksud kamu?"
"Bunga mawar itu adalah bunga mahal. Kamu perhatikan dia baik-baik, walaupun dia sangat cantik. Tetapi, tidak ada sembarang orang yang berani menyentuhnya"
Juna terdiam. Ia mengerti apa maksud Almeera. Dan perlahan, gadis itu mampu mengubah pola pikir Juna yang selalu menilai semuanya hanya dari sisi buruknya saja.
"Kamu ingat kamu pernah memberikan aku kalung ini"- katanya. Seraya mengeluarkan kalung liontin jangkar yang pernah di berikan Juna
"Ya. Lalu kenapa?"
"Kata kamu waktu itu. Saya memberikan kalung ini supaya kamu bisa ingat terus sama saya, jadi kalau nanti kita jauh, atau saya sedang di tugaskan oleh komandan, dan kamu merindukan saya, kamu bisa ingat saya lewat kalung ini, ingat kan?"
Juna mengangguk "Iya. Saya ingat"
Almeera tersenyum. Tangannya memegang bunga mawar yang menggantung di sana.
"Bunga mawar ini milik kak Juna. Walaupun nanti bunganya kering dalam waktu singkat. Tapi kak Juna akan menemukan bunga mawar dimana saja. Jadi, kalau nanti kita jauh dan kamu merindukan Almeera, kamu bisa ingat Almeera lewat bunga mawar"
"Tapi, kita tidak akan pernah jauh, Almeera. Akan seperti ini terus, saya dan kamu. Kita berdua"
"Kak, kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di depan sana, kan?"
"Memangnya kamu mau kemana? mau pergi jauh dari saya?"
Almeera menggelengkan kepalanya "Kamu lupa ya, kalau kamu seorang tentara? kamu bisa saja mendapat tugas dari atasan kamu tiba-tiba. Almeera cuma takut kalau kamu gak sempat pamit sama Almeera. Makanya Mira bilang kalau kamu merindukan Mira, kamu bisa ingat Mira lewat bunga mawar"
Benar. Satu hal yang paling Juna takuti adalah berpisah dengan Almeera dengan jarak yang jauh. Tidak bertemu dengan Almeera dua minggu saja, rasanya seperti dua tahun
Dan satu lagi, hal yang paling Juna takuti adalah ketika ia mendapatkan tugas di papua. Kalau saja Juna mempunyai hak untuk tidak pergi ke papua, pasti ia akan lebih memilih untuk menetap di sini, bersama dengan Almeera
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romance"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...