4•dendam

311 16 0
                                    

Juna melirikan matanya pada arloji di tangan kiri. Jam sudah menunjukan pukul setengah tiga malam.

Ia menunggu seorang pria yang menantangnya. Tapi tidak ada hasilnya. Pengecut yang tidak punya nyali seperti Tegar seharusnya merasa malu.

Juna bangkit, meninggalkan pantai losari. Ia berjalan ke lahan kosong milik angkatan laut, dan melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

Ketika ia sudah sampai di depan pintu rumahnya, pesan baru saja masuk di ponselnya. Sepertinya berasal dari Tegar. Tunggu, dari mana Tegar bisa mendapatkan nomor telefon Juna?

Juna menghubungi seseorang

"Hei. Dek, kau dimana?"

"..."

"Ada berapa anggota yang jaga di sana?"

"..."

"Kau kirimkan anggota ke tempat yang aku beri tau"

"..."

"Ndak usah banyak-banyak. Kau kirimkan tiga saja sudah cukup"

"..."

"Oke"

Juna memutus sambungan telfon itu sepihak. Ia duduk manis sembari menunggu kabar dari adik letingnya yang berjaga di pantai tadi.

Juna membuka pintu rumahnya. Ibu dan Saras sudah tidur karena hari sudah hampir subuh

Juna mengganti pakaiannya, kemudian ia menaruh tubuhnya di atas kasur. Tatapannya tertuju pada foto berukuran 4x6 yang ada di sampul handpone milik Juna.

Foto Almeera dengan seragam putih dan dasi abu-abu dengan latar berwarna merah. Rambut Almeera terurai dan di selipkan ke belakang telinga

Juna tau kalau senyum di foto ini palsu. Mengingat kalau Almeera jarang sekali menunjukan senyumnya

Mungkin Almeera tau kalau senyuman itu mempunyai daya tarik

Buktinya saja ada pada Juna. Ia belum selesai memandangi foto Almeera, iamelirikan matanya pada wallpaper handponenya, foto Juna yang merangkul bahu Almeera.

Hari sudah hampir pagi, Juna memandangi foto Almeera sampai ia lupa mengabari pujaan hatinya itu, tapi sepertinya Almeera sudah tidur

"Juna"

"Juna"

"Abang"

Seseorang menggoyangkan tubuh Juna. Ia membuka matanya perlahan, melihat ibu ada di depannya "Ada yang cari kau di bawah"

"Siapa bu?"

"Kau lihat saja sendiri"

"Ya, bu. Nanti Juna turun"

Ibu mengangguk, kemudian ibu pergi. Pria itu melihat jam di ponselnya, dan jam menunjukan pukul sembilan pagi.

Juna berjalan ke toilet, setelah itu, ia menuruni anak tangga rumahnya. Melihat seorang pria dan seorang wanita paruh baya sedang duduk membelakanginya.

Matanya tertuju pada seorang perempuan yang sedang menundukan pandangannya

"Juna"- kata wanita paruh baya itu. Ia bangkit, tersenyum, lalu memegang pundak Juna seakan tidak percaya kalau yang ia lihat di depannya adalah pria yang hampir menikah dengan anaknya dulu

"Apa kabar?"

"Baik"- jawabnya "Ada apa ibu cari saya?"

"Begini, Juna. Ibu dan bapak datang kemari untuk meminta maaf atas perbuatan Indah dulu, mungkin karena Indah berulah waktu itu, Indah menggagalkan rencana kalian untuk ke jenjang yang lebih serius"

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang