3•cerita lama

367 16 0
                                    

Suara gebrakan membuat pak Hartono diam tidak berkutik saat melihat wajah Juna penuh amarah.

"Bapak ingat dengan saya gak"- kata Juna, ia mengepal tangannya, Juna tidak merasa kesakitan karena menggebrak meja itu, tapi tangannya merah

"Maaf, kamu ini siapa?"

Juna mendekatkan tubuhnya ke arah pak Hartono, menatap lurus kedepan. Tatapan Juna sama seperti menatap musuh yang ada di hadapannya

"Bapak gak ingat, kalau bapak yang sudah menghambat proses saya untuk membuat berkas pendaftaran waktu itu?"

"Apa bapak lupa, bapak bicara halah, kamu ini paling hanya sampai pintu pendaftarannya saja. Orang seperti kamu tidak akan bisa masuk ke dunia militer. Lihat, tampangmu lusuh begini. Sudahlah, kubur saja cita-citamu dalam dalam. Seperti itu, apa bapak lupa?"

Juna melihat dari raut wajah pak Hartono seperti mencoba meningat kejadian yang baru di ceritakan oleh Juna.

Ia mungkin memang sudah lupa. Tetapi Juna tidak akan pernah melupakan wajah dan nama orang-orang yang dulu pernah menghinanya

Salah satu alasan Juna datang adalah untuk membuktikan kepada dunia kalau ia bukan seperti yang mereka katakan, walaupun masalalu Juna kelam. Tetapi ia bisa membuktikan keberhasilannya

Suara keributan yang berasal dari dalam ruangan pak Hartono membuat seluruh anggota kepolisian menghampiri suara itu

"Ada apa ini, pak?"- kata salah satu petugas kepolisian

Juna menoleh, ia menatap sinis petugas itu "Jangan ikut campur, ini masalah saya dengan bapak ini"

"Tapi, pak..."

"Kau mau lihat kantor ini saya buat hancur?"

Para petugas yang mengintip di luar ruangan pak Hartono mundur beberapa langkah ke belakang. Mereka lebih baik tidak ikut campur urusan pria itu dengan atasannya, daripada mereka lihat kantor mereka hancur karena ulah pria ini

Pak Hartono bangkit, ia menundukan kepalanya dan memohon pada Juna "Sebaiknya, kita membuka lembaran baru, pak. Karena itu kan sudah masalalu"

"Lupakan? jangan asal bicara kau, memangnya kau pikir saya bisa dengan mudah melupakan kejadian pahit waktu itu? tidak!"

Ponsel Juna berdering, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Kemudian ia melihat nama yang tertera di sana

Komandan

"...."

"Siap. Saya sedang menyelesaikan urusan, komandan"

"...."

"Siap. Segera"

Juna memutus sambungan telfon itu sepihak, kemudian menatap lurus pak Hartono. Tatapan mata Juna jelas membuat pak Hartono ketakutan.

"Kau ingat ini baik-baik. Selama saya ada di sini, saya tidak akan membiarkan kau berkeliaran dengan bebas"

Setelah mengatakan hal itu, Juna membalikan badannya, ia berjalan seraya mendobrak pintu ruangan pak Hartono sebelum Juna pergi dari sana.

Hari sudah semakin sore, matahari akan terbenam sebentar lagi. Juna memarkirkan motornya di lahan kosong angkatan laut.

Kemudian berjalan menuju pantai yang letaknya tak jauh dari sana. Pantai losari, Juna duduk di tepi pantai, menatap matahari yang terlihat jelas.

Tidak tau kenapa, hatinya tidak berhenti memikirkan Almeera. Bagaimana keadaannya sekarang?

Suasana di pantai sore ini mengingatkan Juna pada kejadian waktu itu, ketika hubungannya dan Almeera menjadi erat

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang