23•pergi

117 4 0
                                    

Esmeralda tidak mengangkat telfon itu. Ia berjalan ke kamar Juna, mengambil barang miliknya.

Sementara seorang perempuan memarkirkan mobilnya di depan mess Juna. Tapi ia memberhentikan langkahnya ketika melihat mobil asing terparkir di sini.

Mobil siapa ini? Almeera keluar dari mobil dan berjalan memasuki area mess. Mungkin saja teman-teman Juna ada di sini.

"Baiklah. Aku pulang dulu, mungkin besok aku akan datang lagi ke sini"- katanya. Hati Juna teriak, ia senang mendengar kabar baik itu.

Almeera bersembunyi di balik pohon yang ukurannya cukup untuk menutup tubuhnya. Ia menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat seorang perempuan baru saja memeluk tubuh Juna.

Juna pun sebaliknya, ia memeluk perempuan itu beberapa detik sebelum akhirnya Esmeralda berjalan keluar dari mess.

Almeera menarik nafasnya perlahan, ia mendekat ke arah pintu. Juna membelakangi tubuhnya, ia sepertinya sedang menghubungi seseorang

"Nan. Kau dimana? aku akan datang ke tempatmu, tapi aku mau jemput Almeera dulu"

"..."

"Tidak perlu khawatir, dia baru saja pulang ke rumah orang tuanya. Jadi aku bisa menemui Almeera sekarang"

"Nan? Adnan?"

Apa Adnan mengetahui ini? tapi ia tidak memberi tau kepada Almeera? kenapa? apa alasan mereka melakukan hal yang menjijikan seperti ini? untuk membuat aku menangis?

Almeera melirikan matanya ke bunga mawar yang berada di lantai. Bunga mawar yang pernah ia berikan pada Juna, tapi bentuknya sudah tidak sempurna.

Juna menaruh ponsel ke dalam saku, kemudian ia membalikan tuhuhnya.Ia terkejut melihat Almeera ada di hadapannya.

Almeera tersenyum. Kemudian ia membungkuk dan mengambil bunga mawar itu.

"Almeera"

Tanpa di sadari, air mata mulai keluar membasahi kelopak mata Almeera. Sedih sekali gadis kecil ini, ia memetik bunga mawar dan memberikannya kepada pria yang ia cintai, tetapi pria ini justru malah membuangnya.

Almeera tersenyum. Cara menanggapi seseorang yang  selingkuh harus dengan cara yang elegan. Tidak boleh menggunakan emosi, karena orang yang di selingkuhi harus lebih tenang dari dia yang sudah berani selingkuh.

Almeera menghampiri Juna, tatapan mereka bertemu. Sudah tidak ada lagi tatapan cinta dari Almeera untuk Juna. Semua berubah menjadi kebencian.

"Siapa?"

Sepertinya, hari ini adalah hari dimana kamu harus mengetahui segalanya tentang aku. Tentang aku yang tidak hanya memiliki kamu, tapi ada dia juga yang ikut serta di dalam hubungan kita.

Dia sudah lama singgah di hatimu, jauh sebelum kamu bertemu dengan aku. Dan kalau kamu bilang dia ikut serta di dalam hubungan kita, sepertinya kamu salah, Juna

Aku lah yang ikut serta di dalam hubungan kalian. Dan aku sadar, kalau aku tidak bisa selamanya ada di dalam bayangan hubungan itu

Juna menarik nafasnya, ia seakan siap menerima resiko kalau setelah ini Almeera pergi dan meninggalkannya.

"Dia tunangan saya, namanya Esmeralda"

Rasanya seperti tersambar petir di malam hari. Ketika aku mengetahui bahwa kamu ternyata mencintai orang lain, dan yang aku dengar dari mulutmu sendiri, bahwa ternyata kamu sudah bertunangan dengan perempuan itu.

Almeera memundurkan langkahnya kebelakang. Ia mengepal jari jemarinya. Almeera kira kalau dia yang di selingkuhi oleh Juna, ternyata Almeera yang menjadi selingkuhan Juna.

Luka yang hampir sembuh, kini di ciptakan kembali oleh seseorang yang Almeera kira bisa menjadi obat. Ternyata benar kata mereka, kita tidak bisa mengikutsertakan orang lain, apalagi berharap seseorang itu menjadi penyembuh lukanya juga. Luka di tubuh memang bisa di sembuhkan, tetapi melihat Juna menyakiti hati, itu menimbulkan luka yang berlangsung seumur hidup.

Almeera menghela nafasnya, mencoba menerima kenyataan yang ia dengar dari mulut Juna, kebahagiaan yang selama ini ia kira selamanya, ternyata hanya berlangsung sementara. Cinta kadang membawa luka, tapi bukankah luka tidak pernah membawa keindahan?

Gadis kecil ini bukanlah malaikat sesungguhnya. Dan yang sesungguhnya, gadis kecil ini bukanlah perempuan satu-satunya.
Dia hanya salah satu dari mereka yang pernah singgah, namun tidak di sungguh-kan.
Dia datang dari dunia yang sudah terbakar oleh api. Dia tersesat, tidak tau arah pulang.
Ku dengar katanya, rumah yang selama ini ia tempati, ternyata bukanlah rumah sesungguhnya.
Dan ku dengar katanya, dia hendak berjalan keluar tanpa menggunakan alas kaki, dia ingin pergi ke rumah yang sebenarnya.
Tapi ku dengar juga, rumahnya ada dua, yang pertama sendirian, dan yang kedua adalah kematian. Jadi, rumah yang mana yang harus dia pilih?

"Almeera. Dengarkan saya dulu"

"Kamu datang dan membuat saya seolah menjadi perempuan paling bahagia di dunia, tapi kenyataannya kamu sudah bertunangan dengan perempuan itu tanpa sepengetahuan saya. Jadi, kenyataan pahit yang mana lagi yang harus saya dengar?"

Perjalanan panjang ini baru saja aku akhiri. Asanya hampir pupus di makan oleh tangis.
Senyum yang jarang sekali terlihat, sepertinya sudah tidak akan pernah aku lihat lagi.
Pipinya hilang rona, dan dia bukan perempuan ceria yang aku kenal dulu, karena aku yang sudah merenggut keceriaan itu.
Kisah ini juga sepertinya sudah berada di penghujung lembar halaman terakhir.
Dan jika memang iya, aku akan berterima kasih kepada Almeera, karena dia pernah hadir dan membuat buku kosong ini menjadi warna-warni.

Dia Almeera. Cintaku yang pergi meninggalkan aku tanpa pamit, tanpa meninggalkan senyuman terakhir seperti ketika aku mengantarnya sampai depan rumah , dia pergi dengan air mata yang bahkan tidak pernah aku lihat sebelumnya. Aku tau hatinya tergores, aku tau hatinya sesak, tapi aku tidak akan pernah bisa mengerti, sebab aku tau kalau lukanya tidak akan pernah dia bagi.

Aku berjalan menyusuri jalan, menangis di bawah bintang yang bertebaran di atas langit. Menyebalkan, mereka bersinar, bahkan di saat aku sedang terpuruk dan tersungkur di tanah. Dunia tetap sama, mereka tidak akan pernah perduli dengan aku yang sedang tidak baik-baik saja.

Maka akan aku putuskan kalau mulai sekarang aku membenci Juna. Aku membenci lampu kota yang menyala pada malam hari, aku membenci pantai dan cumi goreng tepung. Aku benci red velvet, aku benci bunga mawar. Aku membenci hal yang mengingatkan aku pada Juna, aku membenci semuanya.

Pria berwajah teduh yang aku kira dia datang untuk menyembuhkan luka, justru malah menambah luka baru. Aku membencinya, rasanya seakan tersambar petir ketika aku tau kalau aku bukan satu-satunya.

Kemudian logika ini mulai mengambil alih semua yang ada di dalam diri, tapi kenapa hati tidak pernah berhenti bertanya kenapa dia tidak bisa menutup rapat hubungan dia dengan perempuan itu. Setidaknya agar aku bisa bahagia lebih lama lagi, walaupun bahagianya hanya pura-pura.

Tidak, tidak, kenapa hati ini selalu membenarkan bahwa perempuan yang Juna cinta adalah Almeera. Mengingat senyuman itu, rayuan Juna yang selalu membuat hatiku melambung tinggi. Tapi miris ketika aku tau kalau semuanya palsu, karena pada kenyataannya, Juna datang hanya untuk menciptakan luka baru.

Dia tidak benar-benar mencintaiku, ya? kenapa dia lebih memilih diam dan tidak menahan aku untuk tidak pergi dari sana? setidaknya dia menarik tanganku, atau peluk aku dan bilang kalau hanya Almeera perempuan yang Juna cinta. Agar aku bisa berbalik dan memeluknya juga.

Ah. Almeera, kamu ini bicara apa. Jangan membenarkan cinta yang tidak pernah ada di dalam diri Juna. Yang kamu harus tau sekarang adalah semuanya hanya pura-pura.

Juna sama saja dengan pria lain, sama-sama menyakiti. Hanya beda cara menyakitinya saja. Lalu sekarang harus apa? berada di dalam kesendirian lagi, begitu?

Menyebalkan.

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang