Suara tepuk tangan dari para pengunjung meramaikan suasana. Banyak lelaki yang memotret Almeera tanpa izin, ia menunduk ketika mendapati salah seorang pria mengarahkan kamera handpone ke arahnya
Ntah kenapa Juna ada di pikiran Almeera. Bahkan ketika ia hampir menyelesaikan lagu bintang kehidupan.
Almeera memejamkan matanya, bibirnya bergerak mengikuti alunan musik. Ia menarik nafasnya perlahan, kemudian melirikan matanya kesana kemari. Seperti merasakan kehadiran Juna di sini
Almeera, orang lain mungkin mengira kalau aku sedang sibuk mengejar mimpi, orang lain mungkin hanya tau dari apa yang mereka lihat.
Mengira bahwa aku bahagia dengan apa yang aku pilih sekarang. Namun apa daya, ketika mereka mengira jalan yang aku tempuh ini selalu mulus dan tak berdarah, ternyata masih menyimpan banyak luka yang aku tanam sedari kecil
Mimpi ku, mimpi ibu, dandam ku. Amarah yang aku simpan karena ingin membuktikan pada mereka, kalau seseorang yang mereka kira tidak akan berhasil menggapai mimpinya. Sekarang dia sudah jadi bagian dari anggota militer itu
Apa boleh buat, ketika mereka mengira aku selalu menunjukan tawa, padahal kehidupan aslinya hampir runtuh. Setiap hari aku merasa bahuku begitu berat, menanggung semua air mata yang kamu sembunyikan
Almeera berhasil menyelesaikan lagu bintang kehidupan. Jujur saja, menahan tangis di depan banyak orang ternyata lebih sulit dari apa yang aku bayangkan.
Bahkan ketika aku berjalan menghampiri meja Zatira dan Adnan. Air mata ini seperti ingin menetes, tapi tertahan oleh rasa sakit yang sulit untuk di jelaskan
"Hebat, Mir. Hebat"- pekik Zatira, ia mengarahkan dua jempol tangannya pada Almeera. Sementara yang di puji hanya menjawabnya dengan senyum
Matanya tertuju pada pria yang duduk di sebelah Adnan. Dia adalah pria yang memaksa Almeera memberikan semua sosial media yang Almeera punya
Tapi bukankah dia selalu berdua, dimana personil satunya? tidak terlihat.
Di saat yang sama, seorang pria tinggi, berbadan kekar beranjak dari kursi. Membawa sebagian luka dan tangis yang ia simpan sendirian
Pernikahannya dengan Esmeralda tinggal beberapa bulan lagi. Esmeralda menghubungi Juna, tetapi Juna justru mematikan ponselnya, ia menyimpan ponsel itu di dalam saku celana jeans yang ia kenakan. Tatapannya lurus ke Almeera, bahkan ketika ia berdiri di dekat meja itu.
"Aih. Komandan, kau dari mana saja"
Almeera menoleh, melihat pria yang menutup wajahnya dengan masker, topi dan juga hoodie berwarna merah. Tatapannya tak lepas dari pria itu, bahkan ketika dia menarik kursi kosong dan duduk di depan Almeera
Suka atau tidak, aku harus tetap menghadapi situasi ini. Situasi yang dia rencanakan sendiri untuk mendekatkan aku dengan pria yang ada di sampingnya
"Apa kabar, Mira"
Tunggu. Apa aku tidak salah dengar? dia baru saja menyapaku dengan menanyakan kabar. Apa dia tidak punya rasa malu?
Almeera menoleh. Memberanikan diri untuk menatap mata itu "Sangat baik, abang Juna"- katanya. Kemudian ia tersenyum, ntah itu senyum yang menunjukan kalau ia senang di sapa oleh Juna, atau senyum yang menunjukan kalau Almeera ingin balas dendam pada Juna
"Oh ya, mbak. Saya baru tau loh, kalo mbaknya bisa nyanyi. Saya kira cewek judes kaya mbak..."
Azrul belum menyelesaikan ucapannya, Almeera langsung menatapnya sinis. Membuat Azrul mengurungkan niatnya untuk mengajak Almeera bercanda
Jauh di lubuk hati Juna, dia tertawa. Azrul ini pelupa atau bagaimana, sudah tau kalau Almeera tidak suka basa-basi. Tapi Azrul terus mengajukan pertanyaan yang menuju ke arah sana
"Maaf mbak, saya gak maksud bilang kalo mbaknya judes, tapi memang iya sih"
Adnan tertawa, begitu juga dengan Zatira. Usaha Azrul untuk dekat dengan Almeera sepertinya tidak main-main. Buktinya, ia tidak kapok melihat tatapan mata Almeera yang sinis
"Gak papa kok. Dulu juga pernah ada yang bilang ke teman saya, kalau dia gak suka sama saya karena mata saya sinis, muka saya judes"
"Oh ya, memangnya siapa yang berani bilang gitu, mbak?"
Mata Almeera sekilas melirik ke arah Juna "Dulu pernah ada, tapi sekarang orangnya sudah pergi"
Juna tidak menunjukan ekspresi apapun. Tangannya bergerak melepas masker dan juga topi yang ia kenakan
Sementara Zatira dan Adnan hanya memberi kode. Mereka tidak menyahut ucapan Almeera kali ini. Biar saja ini menjadi urusan Juna dan Almeera
Tatapan Almeera tidak berhenti pada seorang pelayan yang baru saja mengantar dua minuman ke meja mereka. Red velvet milik siapa yang di bawa oleh pelayan itu
Azrul izin pergi ke toilet. Di meja hanya tersisa mereka berempat, tidak ada topik pembicaraan yang mengisi keheningan di sana
Almeera mengarahkan tangannya, mengambil gelas minuman miliknya. Tapi apa boleh buat ketika minuman itu baru saja tumpah di atas meja
Lirikan mata Juna membuat Almeera lagi-lagi tidak fokus dengan apa yang ia lakukan. Tatapan mata itu membuat Almeera luluh
"Yah. Jatuh"- pekiknya. Ia menunjukan sederet gigi putihnya ke arah Adnan dan Zatira. Mereka berdua sudah tau tingkah Almeera yang teledor jika memegang sebuah benda
Dulu, aku juga pernah tidak sengaja menumpahkan minuman, hingga gelasnya jatuh mengenai orang yang saat itu ada di dekatku. Tapi sekarang, dia begitu jauh, hingga tak bisa lagi untuk aku gapai
Setelah selesai membersihkan minuman miliknya. Juna mengarahkan red velvet ke Almeera "Ini. Red velvet kesukaan kamu, di minum"
Bukannya menerima minuman dari Juna, Almeera justru mengeluarkan senyum sinisnya. Almeera mengarahkan red velvet itu kembali ke pemiliknya
"Dulu. Ada yang pernah bilang sama saya, kalau red velvet ini mirip sekali dengan darah ular. Kemudian setelah saya minta dia untuk mencoba hal yang baru, dan dia menyukainya. Lalu setelah dia pergi, saya memutuskan untuk tidak menyukai apa yang dia suka. Karena itu akan selalu mengingatkan saya dengan orang yang tidak bertanggung jawab untuk luka yang sudah dia buat"
Tidak ada yang berani menjawab. Bahkan Adnan dan Zatira sekali pun. Juna menghela nafasnya. Menundukan pandangan, lalu memejamkan matanya
Dia menyukai hal yang Almeera suka, karena selama Juna hidup, ia tidak pernah menemukan hal-hal baru. Setelah bertemu dengan Almeera malam itu, ia memberanikan dirinya untuk menjelajahi dunia, bersama Almeera
"Ada apa ini. Kenapa kalian saling diam?"- Azrul datang tiba-tiba. Ntah dari mana asalnya sampai Almeera tidak menyadari keberadaannya
"Mbak. Kenapa mbak diem aja?"
"Nggak. Saya gak diem aja tuh, saya cuma lagi males ngomong aja"
"Oh ya, mbak. Menurut mbak, definisi pacaran itu apa?"
Juna menolehkan pandangannya ke arah Azrul. Ia menatap Azrul dengan sinis, berani-beraninya dia bertanya hal seperti itu pada Almeera
Sementara Azrul tertawa menyeringai. Almeera melihatnya, dan ini adalah kesempatan Almeera untuk memenangkan pertarungan
"Have fun"
Tatapan mereka tertuju pada Almeera. Mulut Adnan mengunyah kentang goreng, sedangkan matanya menatap Almeera seakan tidak percaya
"Have fun. Maksudnya, bersenang-senang karena kita bisa ngelakuin hal baru bareng-bareng"
Ketika Juna mendengar pernyataan Almeera barusan. Ia menendang kaki Almeera hingga Almeera meringis. Berani-beraninya Almeera menjawab pertanyaan bodoh dari Azrul
"Awh"- katanya
"Mbak. Mbaknya kenapa mbak"
"Di gigit monyet"- jawab Almeera. Monyet dari mana yang datang tiba-tiba
"Monyet? memangnya di sini ada monyet?"
Almeera menunjukan sederet gigi putihnya "E-enggak. Maksud saya, di gigit semut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romantizm"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...