Mataku terbuka lebar di sepanjang perjalanan menuju rumah. Di sini hanya ada aku dan Juna. Beberapa kali judul lagu di radio mobil terganti dengan sendirinya.
Kenapa rasanya begitu ngantuk sekali? tapi, aku tidak ingin tidur di perjalanan. Aku juga tidak pernah memberikan izin pada diriku sendiri untuk terlelap dalam mimpi.
Melihat Juna fokus menyetir, membuatku kasihan kalau aku tidak mengajaknya ngobrol. Tapi, itu hanya kalimat tipu untuk diriku sendiri.
Aku tidak ingin kalau aku tertidur lelap, lalu bangun tanpa aku ketahui. Dasar gadis bodoh. Sok tau, selalu memikirkan jika nanti ia mati dalam keadaan tertidur, mulutnya tidak sempat mengucapkan kalimat selamat tinggal, atau mengucapkan nama seseorang yang ia cintai
Bodoh. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana jika ia mati sekarang. Padahal perjalanan hidupnya mungkin masih panjang, buktinya saja, tuhan masih memberikan ia hidup sampai usianya delapan belas tahun, walau jalannya penuh dengan darah. Payah
Juna sadar kalau Almeera mengantuk, ia melihat mata gadis itu, mulutnya menguap dari tadi
"Hei. Kamu mengantuk?"
Almeera menggelengkan kepalanya "Nggak tuh"
"Tidur saja"- umpat Juna
"Lalu kamu bagaimana?"
Juna mengeluarkan bungkus rokok, ia menyelipkan satu batang rokok di antara bibirnya. Kemudian membakar rokok itu dengan alat pematik, tangannya menekan tombol untuk membuka kaca mobil.
"Kamu tidur saja. Saya mau merokok"-begitu katanya. Tidak, aku ingin tidur, akan aku paksa diri ini untuk tetap bangun.
Almeera tidak mengantuk, tidak mengantuk dan tidak mengantuk. Ya, walaupun beberapa kali sempat tertidur di perjalanan, tetapi kali ini akan aku paksakan diri ku agar ia tetap terjaga di sepanjang perjalanan.
"Kamu gak mau ngobrol dengan Almeera?"
Juna menoleh "Kamu kalau mengantuk suka melantur, Almeera. Kalau tidak melantur, selalu mengoceh tidak jelas"- kata Juna. Menyebalkan. Memangnya dia pikir dia sudah tau semua tentang ku, begitu
"Jadinya mau mengobrol denganku tidak?"
Juna mengangguk pelan "Boleh, kalau kamu mau"
Almeera bergumam. Memikirkan topik apa yang akan ia bahas dengan Juna, aneh ya, semua yang awalnya di rencanakan selalu berada di ambang bimbang.
Tapi ketidaksengajaan justru selalu membuahi hasil yang bagus. Seperti pertemuan Juna dan Almeera contohnya.
"Kak Juna. Seandainya kak Juna sedang memancing, lalu umpan kak Juna di makan oleh ikan yang kalau di jual, harganya sangat mahal. Apakah kak Juna akan mencari ikan lain yang harganya lebih mahal dan melepaskan ikan itu?"
Juna menoleh. Almeera selalu bertanya hal di luar dugaan. Ide bodoh selalu Almeera tanyakan pada Juna
"Untuk apa saya mencari ikan yang lebih mahal lagi, kalau ikan yang saya dapatkan itu sudah lebih dari cukup"
Almeera memainkan bibirnya "Ya, seandainya itu belum cukup, bagaimana?"
"Saya akan menabur umpan yang lebih banyak"
"Tapi gimana caranya kalau ikan yang mahal tadi masih ada di pancingan itu"
"Ya, saya akan menaruh lebih banyak pancingan lain"
"Gimana bisa, sedangkan kamu aja masih memegang satu pancingan itu di tangan kamu"- kata Almeera. Ia membantah perumpamaan yang Juna berikan padanya.
Ucapan Almeera barusan itu memang ada benarnya. Bagaimana bisa ia menaruh pancingan lain kalau ia masih memegang pancingan di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)
Romance"satu atau dua tahun lagi, pasti kamu akan lupa denganku, Almeera" Almeera si keras kepala ini menjawab "Mas Juna tau dari mana kalau satu atau dua tahun lagi aku akan lupa sama mas?" "Karena nanti akan ada laki laki lain yang datang ke hidup kamu s...