45•laporan selesai

494 17 12
                                    

"Memangnya dengan begitu, kamu pikir, saya bisa melupakan kamu?"

"Memang tidak, tapi kalau kita memang tau kenyataannya kalau kita tidak di takdirkan untuk bersama. Apa salahnya jika kita berteman?"

Almeera menghela nafasnya "Jadi, sampai di sini perjuangan kamu untuk saya?"

Juna diam

"Ayo bicara. Kamu masih ingin memperjuangkan saya atau tidak?"

Juna tidak menjawab, keputusannya sudah bulat. Dia memilih perempuan yang sudah berhubungan lama dengannya

"Jawabannya tidak"- pekik Almeera "Karena kalau iya, kamu tidak akan membiarkan saya berada di batas pilihan abu-abu, antara iya dan tidak"

Kenapa kamu mengambil keputusan secepat itu, ibu dewan? bukankah kita sudah berjanji sejak pertemuan, kalau kita akan saling menggenggam tangan satu sama lain?

Kenapa kamu membuat hatiku hancur, dengan berpura-pura mengikhlaskan hubungan saya dengan perempuan lain?

Padahal saya tau kalau di dalam batin kamu berteriak. Saya tau kamu bersedih, hanya saja kamu tidak menunjukannya di sini

Ibu dewan...
Jika saja kamu tau apa yang ada di pikiran saya saat ini, dan jika saja kamu tau tentang siapa nama yang ada di hati saya sekarang. Mungkin kamu akan datang dan memeluk saya sambil bilang "Aku mencintaimu, aku mencintaimu, mas Juna"

Tapi ibu dewan...
Satu hal yang harus kamu tau,
jika saya membiarkan kamu berada di sini dan memeluk duri yang ada di tangkai bunga mawar,
kamu tau itu akan melukaimu, dan saya tidak ingin hal itu terjadi padamu

Satu hal yang saya inginkan sekarang, melihat kamu bahagia,
walaupun dengan cara menyakitkan seperti ini

Melepaskanmu,
membiarkan kamu berkenala dengan laki-laki yang jauh lebih baik dari saya.
Laki-laki yang tidak akan pernah membiarkan kamu sampai menjatuhkan air matamu,
seperti apa yang sudah saya lakukan.

"Kamu pasti datang, kan?"- tanya Juna

Setelah Almeera diam beberapa detik, dia memutuskan untuk berkenala dengan Almeera yang baru.

Almeera dewasa yang mencoba untuk menerima kenyataan bahwa apa yang ada di depan mata, tidak selalu sama dengan apa yang ada di kepala

"Ya, tentu. Saya pasti akan datang"-jawabnya "Mana mungkin saya tidak ikut serta dalam kebahagiaan kamu, teman."

Kalau saja waktu itu, kamu bilang pada ku kalau kamu ingin pergi,
aku pasti akan mempermudah kepergianmu dari hidupku, Juna.
dan semuanya akan baik-baik saja,
tidak ada pembenaran,
tidak ada air mata sia-sia seperti apa hang aku lakukan sekarang.
walaupun rasanya memang sakit,
tapi jika saja waktu itu kamu bilang,
rasanya mungkin tidak akan sesakit ini.

Juna, kamu bahkan tau kalau kita tidak bisa menghentikan rasa sakit ini..
tapi, sudah tidak ada waktu lagi untuk kita, walaupun sebenarnya kita tidak harus memperbaikinya.
tapi kita juga tidak harus bertahan di dalan situasi yang tidak memungkinkan kita untuk bersama,
aku mencintaimu, Juna.
Apapun yang terjadi

"Mir. Kamu ingat bunga mawar yang pernah kamu kasih ke saya?"

"Ya, bunga mawar yang sudah kamu rusak. Saya sudah tidak lagi menyukainya, saya membencinya"

"Saya tidak merusaknya, Mir. Saya menyimpannya dengan baik, jadi kalau kamu izinkan saya, saya akan membawa bunga mawar itu pergi bersama saya"

Lalu, bunga mawar yang aku lihat malam itu?

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang