Hari ini keadaan rumah Alya begitu sibuk padahal jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Hasan ayah Alya sedang sibuk mempersiapkan wisuda Fahmi hari ini begitu pula dengan Fahmi. Namun, seperti nya hal itu tidak berlaku bagi Alya. Ia justru masih memeluk gulingnya dan juga menutupi dirinya dengan selimut. Dan jangan lupakan dengan nyawanya yang masih ada dalam mimpi indah nya.
Fahmi saat ini sedang menyetrika pakaian yang akan ia pakai dalam acara wisudanya. Ia melakukannya sendiri karena memang di rumahnya tidak ada art. Ingin menyuruh istri ia tak punya. Jangankan istri pacar pun ia tak punya. Karena Fahmi ini tergolong pria yang sedikit cuek jika bersama wanita. Dan lebih parahnya lagi ia bahkan tak pernah sekali pun punya rasa yang lebih kepada seorang wanita. Entahlah wanita seperti apa yang menjadi kriteria nya.
Berbeda dengan Alya dan juga Fahmi, Hasan kini justru sibuk di dapur apalagi jika bukan memasak. Memang setelah istrinya meninggal dunia ialah yang menggantikan pekerjaan istrinya. Mulai dari memasak, membersihkan rumah mencuci pakaian dan masih banyak lagi. Walau begitu Fahmi juga terkadang sering membantu sang ayah. Selain melakukan pekerjaan rumah, Hasan juga ikut andil dalam mencari nafkah atau bahkan bisa dibilang ia adalah tulang punggung keluarga sebelum Dafa mendapatkan pekerjaan seperti sekarang.
"Fahmi udah selesai nyetrika nya nak? " Tanya Hasan dari arah dapur kepada Fahmi yang kebetulan tidak begitu jauh dari dapur dan sedang menyetrika pakaiannya.
"Bentar lagi Yah" Jawab Fahmi.
"Kalau sudah selesai ke dapur sarapan dulu" Perintah Hasan.
"Iya yah"
Fahmi kini menyetrika pakaiannya dengan begitu telaten. Bisa dibilang ia sudah begitu handal. Karena ia sudah terbiasa melakukannya sendiri. Memang ia dan juga Alya dan Dafa sejak kecil sudah di paksa mandiri oleh keadaan. Dan mau tidak mau mereka harus bisa menerimanya.
Sekitar beberapa menit kemudian Fahmi telah menyelesaikan kegiatan menyetrika tadi. Fahmi kini membereskan semua peralatannya tadi dan menyimpan nya di tempat semula. Setelah selesai ia pun beranjak hendak pergi ke dapur seperti perintah ayahnya tadi untuk sarapan terlebih dahulu setelah selesai menyetrika.
Fahmi saat ini telah sampai di dapur dan telah duduk di salah satu kursi yang memang berada di sana tepat di depan sebuah meja makan. Di atas meja makan itu Fahmi dapat melihat berbagai macam makanan yang di hidangkan walau mungkin hanya makanan sederhana saja tapi Fahmi tetap mensyukurinya.
"Fahmi Lia mana? " Tanya Hasan kepada putranya itu.
"Gak tahu, belum bangun kayaknya yah. Apa perlu Fahmi bangunkan? " Jawab Fahmi kemudian kembali bertanya.
"Tidak perlu kamu makan saja biar ayah yang bangunkan" Fahmi hanya menganggukkan kepalanya.
Hasan pun berlalu dari sana dan pergi menuju kamar sang putri yang selalu susah untuk bangun pagi itu. Memang diantara semua anak anaknya Alya lah yang paling susah untuk di urus. Padahal ia adalah seorang anak perempuan yang biasanya selalu nurut kepada orang tua tapi justru berbanding terbalik dengan kedua anak laki lakinya yang sangat penurut dan disiplin.
Hasan saat ini telah sampai di depan pintu kamar Alya dan sedang mengetok pintu kamarnya.
Tok... Tok....
"Lia ayo bangun nak" Seperti biasa tidak ada jawaban.
"Lia ayo bangun sarapan dulu ini sudah pagi"
"IYA ALYA UDAH TAHU, SANA JANGAN GANGGU ALYA TIDUR" Teriak Alya dari dalam kamarnya dan masih memejamkan matanya.
Hasan hanya bisa menyapu dadanya. Ia memang harus terus sabar menghadapi sikap putrinya itu.
"Ayah sudah siapkan sarapannya di meja nanti di makan ya Lia dan jangan lupa datang di wisuda kakakmu" Ucap Hasan sedangkan Lia hanya mendengarkan tanpa berniat menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGULANG KISAH [END]
RomanceAlya Habibah adalah seorang gadis yang begitu jauh dari agamanya. Ia pula terkenal begitu cuek dan pemarah jika kepada keluarganya. Hal tersebut di sebabkan karena suatu peristiwa di masa lalu yang menyebabkan ibunya meninggal dunia. Dan Alya mencur...