BAB 49: KABAR ALYA

177 6 0
                                    

BAB UNTUK CERITA MENGULANG KISAH TERSISA SATU LAGI YA. JADI PASTIKAN KALIAN TIDAK KETINGGALAN...

H A P P Y
R E A D I N G
-
-
-


Langit biru telah berganti jingga. Pagi telah berganti sore. Waktu pun telah berlalu mengganti dengan datangnya senja. Tak terasa ia sudah menghabiskan waktunya sekitar tiga jam duduk di stasiun.

Ia menunggu tanpa tahu kapan orang yang ia tunggu akan datang. Dibilang capeh sudah pasti. Tapi ia harus tetap sabar. Keadaan stasiun yang mulai sepi membuatnya sedikit ketakutan. Duduk seorang diri sambil menunduk memegangi kopernya.

"Kak Alya ya? "

Suara kecil nan lembut masuk ke dalam telinganya yang terasa penuh oleh ributnya suara sekitar. Dengan penuh keputusasaan ia menengadahkan kepalanya.

Dua orang gadis kecil berbeda umur berdiri di hadapannya. Dari tinggi badan dan wajahnya ia bisa menebak jika salah satu dari mereka berumur sembilan tahun dan lainnya berumur tiga belas tahun.

"Kak Alya kan? " Tanya si gadis tiga belas tahun.

"Iya, tahu darimana? " Alya masih terlihat kebingungan.

Gadis tiga belas tahun tadi menunjuk ke arah wajah Alya dengan ekspresi datar.

"Wajah kakak yang kebingungan" Ucapnya kemudian.

"Ha? "

"Wajah itu jarang ada disini. Ini bukan desa yang sering di datangi oleh orang asing"

"Kamu cucunya nenek Kamila ya? " Tanyanya kemudian kedua gadis di hadapannya mengangguk.

"Kenalin namaku Husna dan ini adik aku namanya Rania" Ucap gadis tiga belas tahun memperkenalkan dirinya dan juga adiknya.

Alya menghela nafas lega, akhirnya yang ia tunggu sejak tadi datang juga. Ia hampir putus asa dan sempat berpikir untuk kembali pulang dengan kereta besok pagi.

"Kakak nunggu lama ya? Maaf tadi nenek tiba-tiba sakit jadi gak bisa ditinggal"

"Ehh gak apa apa kok. Tapi nenek kamu gimana? Ditinggal sendiri di rumah? "

"Gak kok. Ada tentangga aku yang nemenin"

Alya hanya manggut manggut mendengar penjelasan dari Husna.

"Yaudah yuk kak" Ajak Husna kemudian mendahului jalan sementara Rania langsung nempel di samping Alya. Sepertinya ia menyukai Alya.

Selama perjalanan keluar stasiun Husna terus menceritakan tentang desanya dan juga neneknya. Cara Husna menceritakan desanya sudah seperti seorang tour guide yang sangat detail.

"Nenek itu seneng banget waktu kakak telpon dan bilang mau tinggal disini. Nenek sampai semangat banget beres-beres rumah makanya sampai sakit" Terang Husna sambil terus berjalan.

"Maaf karena kakak nenek jadi sakit" Alya menunduk merasa bersalah.

"Gak perlu minta maaf kak. Justru dengan kedatangan kakak, kami bisa melihat senyum nenek setiap hari dan gak murung terus"

"Oh ya? "

Husna mengangguk " Semoga betah ya tinggal di desa kami" Ucapnya dengan tersenyum begitu manis.

Alya sampai terharu. Pipinya memerah. Ia bahagia bisa diterima dengan baik disini. Ia juga berharap bisa betah tinggal di desa itu.

                             •••

Keadaan rumah Fiya kini begitu kacau. Semuanya tampak begitu khawatir. Berita mengenai hilangnya Alya membuat keluarga Fiya dan juga Alya berbondong-bondong mencari Alya. Sejak pagi hingga kini menjelang maghrib mereka masih belum menemukan titik terang.

MENGULANG KISAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang