BAB 33: HUJAN DERAS

126 6 0
                                    


HAPPY READING
-
-
-

Dua hari telah berlalu begitu saja. Namun, sekalipun hari telah berganti dan waktu terus saja berlalu tetapi tak sedikitpun merubah dan mengganti pemilik hati. Semuanya terus berjalan sebagaimana dahulu tanpa ada perubahan.

Ketika dua orang insan di satukan dalam sebuah ikatan namun tidak menyatu. Sekalipun tali telah terikat begitu kuat tetap saja terasa longgar. Hampa terasa saat cinta yang diberi dengan ketulusan tetapi bertepuk sebelah tangan. Upaya pun rasanya masih belum berhasil. Pasrah dengan takdir sepertinya menjadi pilihan yang diambil untuk saat ini.

Tangannya terus menengadah memanjatkan doa meminta kepada sang pemilik cinta. Di setiap doanya selalu terselip air mata pengharapan. Terkadang termenung menatap hujan adalah caranya untuk menenangkan hati.  Rasanya tentram dan damai.

"Eh Lim melamun aja lu dari tadi gue liatin" Sapa Angga lalu duduk di kursi yang berada di ruangan Alim.

Alim hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap jendela untuk melihat hujan yang terus turun begitu deras.

"Hujan gak bakalan bisa tahu isi hati lu kalau lu cuma diam menatap tanpa mengatakan apapun" Sambung Angga lagi menatap punggung Alim yang membelakanginya.

"Sekali pun di ucapkan hujan gak bakal bisa memberikan jawaban" Ucap Alim lalu berbalik dan tersenyum tipis ke arah Angga.

"Hujan mungkin gak bisa tapi gue bisa Lim. Cerita sama gue, lu kenapa? Dua hari loh Lim lu kayak gini"

Alim tersenyum. Ia tahu jika sahabatnya itu tengah khawatir terhadap diri nya.

"Gue... Gue cuma bingung Ga. Apa gue nyerah aja"

"Maksud lu? Apa ini karena Alya lagi, karena Alya masih belum ngelupain mantannya itu? "

"Gue bingung Ga. Kalau di pikir pikir rasanya gue cuma jadi penghalang untuk mereka"

"Loh loh... Lu bukan penghalang Lim. Lu suaminya lu lebih berhak atas cintanya Alya bukan mantannya itu"

"Tapi kalau gue gak pernah ketemu sama Alya sebelumnya pasti mereka bakalan masih sama sama sampai sekarang"

"Lu kok jadi pesimis gitu Lim. Lu bukan orang yang kayak gini. Ayo dong berusaha terus, ini cuma masalah waktu aja gue yakin akan ada hari dimana Alya akan sadar kalau cinta yang lu punya itu yang terbaik"

"Entahlah Ga. Gue cuma mau melihat kemana takdir membawa kami"

Hanya itu yang bisa Alim ucapkan. Ia bukannya ingin menyerah tetapi rasanya takdir memintanya begitu.

                           •••

"Waduh kok hujan sih. Ini gimana mau ke kampus" Kata Alya menatap hujan dari teras rumahnya.

"Yaudah deh gak usah ke kampus aja. Lebih baik lanjut tidur aja kan enak nih hujan hujan"

Bukannya mencari cara bagaimana agar ia bisa ke kampus. Alya justru lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya. Padahal saat ini ia sudah berpakaian begitu rapi dan tinggal berangkat saja.

Alya berbalik haluan lalu melangkah untuk kembali masuk ke dalam rumah. Namun baru saja ia sampai di depan pintu terdengar bunyi klakson mobil yang bersahutan dengan suara hujan.

Pippp....

Pippp....

"Ayo saya antar" Panggil Alim dengan membesarkan volume suaranya agar bisa terdengar oleh Alya karena hujan saat itu sangat deras.

Alim tadi tiba tiba saja teringat akan Alya yang ingin ke kampus namun cuaca saat ini tidak bagus.  Dan tanpa pikir panjang Alim langsung pulang dari rumah sakit menemui Alya untuk mengantarkannya ke kampus. Ya, walaupun saat ini hatinya sedang tidak baik baik saja tetapi ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya untuk selalu menjaga Alya seperti pesan ayah Alya dahulu.

MENGULANG KISAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang