BAB 3: SURAT YASIN

273 20 0
                                        

Pagi sekali Alya telah bangun, bahkan sang cakrawala belum menampakkan dirinya. Langit pun masih begitu gelap. Tanpa takut Alya keluar dari rumahnya dengan mengendap ngendap takut jika orang rumah mendengarnya.

Perlahan tapi pasti Alya bisa keluar dari rumahnya dengan aman tanpa ketahuan sedikit pun. Alya kali ini berniat untuk ke rumah Fiya sahabatnya. Ia ingin curhat kepada Fiya mengenai kejadian kemarin dimana ayahnya tiba tiba saja kembali mendatang kan seorang guru untuk mengajarkan ia ilmu agama. Padahal sejak awal Alya sudah mengatakan jika ia tidak mau tapi ayahnya seakan tidak mendengarkan.

Seperti biasa Alya kali ini berdiri di depan motor scoopy kesayangannya tersebut. Ia mengeluarkan motornya dengan cara di dorong sampai sedikit jauh dari rumahnya. Setelah telah sedikit jauh dari rumahnya Alya pun menyalakan mesin motornya lalu pergi dari sana menuju rumah Fiya.

Tak perlu waktu lama Alya pun telah sampai di depan rumah Fiya dan sedang berdiri di depan gerbang besar rumah Fiya. Fiya memang anak orang kaya antara Alya dan juga Fiya mereka berbeda derajat, namun walau begitu Fiya tak pernah sekali pun mempermasalahkan hal tersebut.

Alya berinisiatif untuk menelpon Fiya agar membukakan gerbang karena satpam di sana sedang tidur dan ia juga tidak berani untuk membangunkan. Soal Alya yang datang ke rumah Fiya pun sama sekali belum di ketahui oleh Fiya. Bisa di bilang ini dadakan.

Setelah tiga kali melakukan panggilan akhirnya Alya dapat tersambung juga dengan Fiya.

"Ya ampun Al, ngapain sih lu telfon gua subuh subuh gini" Kesal Fiya di sebrang sana.

"Hehe sorry Fi, gua cuma mau curhat sama lu" Ucap Alia cengengesan.

"Ya Allah Alya, cuma mau curhat doang lu nelfon gua parah gak penting banget tahu gak"

"Ini penting buat gua Fi"

"Ya tapi kan bisa sebentar di kampus, gua ngantuk Al mau tidur"

"Eh jangan dulu, gua udah terlanjur ada depan rumah lu ini"

"APA? LU GAK BERCANDA KAN" Teriak Fiya yang mampu membuat kuping Alya serasa tuli dadakan. Bahkan yang tadinya Fiya berbaring kini ia berdiri di atas ranjangnya.

"Ya biasa aja kali gak usah teriak teriak, cepat bukain gua mau masuk dingin ini"

"Oke tunggu bentar.. " Fiya pun langsung berlari turun dari kamarnya. Saat telah sampai depan pintu depan rumahnya ia berhenti sejenak "Al lu gak bohongin gua kan" Tanya Fiya memastikan takut takut jika Alya membohongi nya.

"Ya enggaklah, cepat keluar makanya biar percaya"

Tut.. Tut..
Panggilan di putuskan sepihak oleh Fiya. Fiya pun membuka pintu depan rumahnya lalu berlari ke arah gerbang yang lumayan jauh dari rumahnya karena halaman rumah Fiya bisa di bilang sangat besar.

Betapa kagetnya Fiya ketika melihat Alya yang berdiri di depan rumahnya dan tengah tersenyum sambil memperlihatkan giginya tersebut. Fiya pun pergi ke pos satpam rumahnya lalu membangunkan satpam tersebut untuk menyuruhnya membukakan gerbang.

"Pak Sugi bangun pak" Sugi satpam Fiya pun mengerjapkan matanya dan kemudian menatap Fiya kaget.

"Eh non Fiya ngapain subuh subuh begini ada di luar" Tanya Sugi ramah.

"Itu pak ada teman saya datang, tolong bukain gerbangnya"

Sugi belum beranjak dari sana. Ia justru masih berusaha mencerna ucapan majikannya tersebut. "Non Fiya serius ini subuh loh non"

"Iya Pak Sugi Fiya serius, kalau gak percaya tu lihat" Tunjuk Fiya pada Alya yang kini tengah mengangkat kedua jarinya membentuk huruf v.

"Oalah, sebentar ya non saya ambil kuncinya dulu" Sugi pun mengambil kunci gerbang lalu pergi menuju gerbang utama dan membukanya.

MENGULANG KISAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang