BAB 11: KECELAKAAN

204 8 0
                                    

Selamat membaca....

Semoga suka...
-
-
-




"Assalamu'alaikum" Salam Alim saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah.

"Wa'alaikumsallam, ya Allah nak ini muka kamu kenapa? " Jawab Hanifah bibi Alim lalu kembali bertanya ketika melihat Alim datang dengan wajah lebamnya.

Setelah kejadian ia di hadang oleh segerombolan geng motor itu Alim memilih untuk menemui Hanifah di panti karena ada yang harus ia bicarakan bersama bibinya itu. Alim datang dengan lebam di wajahnya. Walau begitu Alim tidak ingin ke rumah sakit karena ia merasa lebam di wajahnya itu tidak parah.

"Ini cuma lebam biasa aja bi" Jawab Alim dengan begitu lembut dan santai seakan akan lebam di wajahnya itu bukanlah perkara yang besar.

"Lebam biasa gimana ini mukanya sampai biru gitu" Hanifah menarik tangan Alim untuk duduk lalu ia ambil kotak p3k yang berada di lemari tak jauh dari tempat mereka berada lalu ikut duduk bersama Alim dengan posisi Hanifah di samping kanan dan Alim di samping kiri.

"Coba sini bibi lihat" Alim pun semakin mendekat agar sang bibi dapat menjangkau lebam di wajahnya.

"Kamu habis berantam ya nak"

"Nggak bi tadi jatoh di depan"

"Aww.. Sakit bi" Ringis Alim merasakan sakit di ujung bibirnya yang lebam karena sang bibi menekannya dengan begitu keras.

"Sakitkan, makanya jangan suka bohong. Kamu pikir bibi tidak bisa membedakan mana lebam karena jatuh dan mana lebam karena berantam"

Alim menyengir. Memang berbohong kepada bibinya adalah hal yang percuma karena bibinya yang satu itu tidak akan mudah untuk di bohongi.

"Sekarang jawab bibi. Kamu berantam sama siapa? " Tanya Hanifah dengan nada tegasnya.

"Kamu mukulin orang di jalan" Ucap Hanifah asal. Sebenarnya niatnya hanya untuk memancing Alim agar berbicara yang sejujurnya kepadanya.

"Gak bi, Alim gak pernah mukulin orang" Sanggah Alim dengan ekspresi tak terimanya.

"Ya terus ini muka kenapa begini"

"Itu karena tadi Alim di pukul sama geng motor"

"Kok bisa? "

"Alim gak tahu bi. Mereka tiba tiba saja menghadang Alim di jalan"

Hanifah menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya " Lain kali kamu harus berhati hati. Bibi tidak mau melihat kamu pulang dalam keadaan seperti ini lagi. Kamu itu amanah dari orang tuamu. Kalau sampai mereka tahu anaknya terluka seperti ini bagaimana. Bibi tidak mau mengecewakan mereka nak" Ucap Hanifah dengan sendu. Sungguh ia sangat menyayangi Alim dan juga sangat menghormati orang tua Alim terutama ibunya yang merupakan saudaranya.

"Maaf bi, lain kali Alim akan lebih berhati hati"

Sejenak keduanya hening tak ada yang berbicara kembali sampai pada akhirnya Hanifah yang kembali membuka suara.

"Kamu tumben datang ke panti. Apa kamu tidak sibuk di rumah sakit? " Tanya Hanifah penasaran karena keponakan nya itu selalu sibuk di rumah sakit.

Ya, selain sebagai ustadz Alim juga berprofesi sebagai seorang dokter di sebuah rumah sakit besar. Ia merupakan seorang dokter yang sangat handal dan sering mengoprasi begitu banyak pasien sehingga waktunya lebih sering ia habiskan di rumah sakit. Ia akan pulang malam hari dan terkadang pula ia lembur. Itupun juga jika ia pulang ia tidak pulang ke panti melainkan di rumah pribadinya yang dekat dengan rumah sakit tempat ia bekerja. Karena memang Alim semenjak menjadi seorang dokter tidak lagi tinggal bersama bibinya itu dan akan datang sesekali ke sana ketika ia tidak sedang sibuk.

MENGULANG KISAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang