end the game

575 87 44
                                    

Tak ada alasan dari rasa sakit yang kau rasakan melebihi dari rasa sakit karena dirimu sendiri.
=====================================

Semua tampak berantakan, serpihan kaca berserakan, beberapa bunga hias yang awalnya tertata cantik, hancur mengenaskan di lantai marmer yang terlihat mahal, Verrel dan Al masih memegang kuat bahu Rizky, menahan amarah lelaki itu yang baru sedikit terlampiaskan.

"Dengar, anda mungkin berpikir saya diam, maka anda bisa bertindak seenaknya kepada istri saya!" Suara Rizky menggema di ruangan yang hanya di isi oleh isak lirih dari oma Lidya yang menangisi pigura photo milik mama Annisa yang baru saja di hancurkan oleh Rizky.

"Saya bertanya dengan baik kepada anda, karena masih menghormati anda selaku keluarga kandung dari istri saya, tapi apa yang anda katakan?!" Verrel dan Al melihat satu sama lain, bertanya apakah yang dikatakan oma Lidya sehingga membuat Rizky begitu murka seperti sekarang.

"ANAK SIALAN ITU MEMANG HARUSNYA MATI SEJAK DULU!" Oma Lidya berteriak kalap, wanita tua itu menatap Rizky penuh kemarahan. Rizky menyentak tangan Al dan Verrel yang menahan tubuhnya, berlutut mencengkram wajah oma Lidya.

"Dengar aku wanita tua, aku bisa saja membunuh mu sekarang, aku bisa saja merobek mulutmu yang selalu menyakiti istri ku dan membuat hidup mu menderita, aku bukan seorang pemaaf Lidya Adipati! Kau menyayangi mama Annisa seperti orang tidak waras, cih! Aku bersumpah, di atas sana mama Annisa begitu menyesal terlahir dari wanita berhati busuk seperti mu!"

Verrel segera kembali menarik Rizky, dia tidak bisa membiarkan lelaki ini kehilangan kendali dan melenyapkan wanita tua yang terlihat cukup tidak berdaya di depannya.

"Ky, cukup. Kita gak bakal nemuin apapun di sini."

"Rizky!"

Rizky menoleh ketika mendengar suara Mario, lelaki itu menyeringai menatap Mario yang mengepalkan tangannya.

"Aku bisa membantu mu."

Seketika Rizky menatapnya datar, mencari tahu apa yang direncanakan lelaki yang masih memiliki hubungan keluarga dengannya dan juga Syifanya.
Mario menatap kearah oma Lidya sekilas, lalu kembali beradu tatap dengan Rizky.

"Syifa adalah sepupuku, dia putri tante Annisa"

"Gue gak butuh bantuan--"

"Aku tau di mana Azela, aku tau!"

.....

Krakk

Syifa melarikan matanya kearah pintu yang terbuka, perempuan itu menelan ludahnya kasar ketika melihat Azela muncul dengan senyum manis dan tongkat kayu di tangannya. Syifa beringsut menjauh, perempuan malang itu berusaha menekuk kaki, mencoba melindungi perutnya.

Azela terkekeh geli, wanita itu bersimpuh, mensejajarkan dirinya dengan Syifa.

"Hihi, lo takut ya Syif?"

Syifa tidak menjawab, matanya menatap Azela lekat, tak melewatkan bagaiamana bibir itu menyunggingka senyum jahat untuknya.

"Lo tenang aja, gue kesini niatnya baik kok, gue cuma mau ngasik lo minum, lo pasti haus kan?"

Syifa kembali beringsut, menciptakan jarak di luar jangkauan Azela ketika melihat wanita itu meneteskan cairan ke dalam air yang di yakini dibawa Azela untuknya, dia memang tidak tahu caira apa itu, namun Syifa yakin, itu bukan sesuatu yabng baik.

"Nih, minum"

"Tidak!"

"GUE BILANG MINUM!"

"Tidak, aku tidak akan meminumnya!"

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang