Syifa menatap sendu rumahnya. Ah, mungkin lebih tepatnya bekas rumahnya sekarang.
Tekadnya sudah bulat. Dia akan pergi, dia tidak melarikan diri dari semuanya, dia hanya ingin mencoba mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Semenjak dua hari yang lalu, saat dia meminta Megan untuk membiarkannya sendiri, dia menghindar dari sahabatnya itu.
Dia tidak marah
Kecewa? Ya, mungkin sedikit.
Tapi bukan itu alasannya, dia hanya mencoba hidup tanpa bayang bayang rasa sakit yang telah menerpanya, mencoba berdamai dengan kesakitannya yang tak pernah kunjung usai.
Bukankah kehidupannya begitu lucu,
Kehilangan orang orang yang dikasihi
Dicap sebagai pembawa sial
Lalu apalagi nanti?
Melangkahkan kaki menjauh dari pekarangan rumah tersebut, ransel lusuh disampirkan di bahunya.
Udara kota Bandung masih dingin, bahkan cahaya orange yang biasanya muncul di ufuk timurpun belum nampak sama sekaliKemana tujuannya? dia juga tidak tahu
Dia hanya akan berjalan, mengikuti setiap dentangan waktu yang mengiri langkahnya, berjalan pada jalur yang akan mengantarkan pada takdirny
.....
"Dek, bangun udah nyampe" guncangan pelan pada bahunya menyadarkan Syifa, mengucek sebentar, matanya lalu memperhatikan kernet bus yang dinaikinya tadi
"Ini dimana bang?" Tanyanya sambil menengok kanan kirinya,
Sepi
Tinggal dia sendiri disini
"Jakarta lah dek, masak Jepang" katanya melucu yang benar-benar tidak lucu menurut Syifa, tampang garang dari kernet tersebut membuat aneh guyoan yang dilontarkan.
Syifa merogoh saku jeans nya, mengeluarkan uang seratus ribuan dan memberikannya kepada kernet tersebut
"Makasi bang" ucapnya lalu segera turun dari bus.
Panas ibu kota menyambut kedatangan Syifa, entahlah dia juga tidak tahu kenapa bisa berada di kota metropolitan ini. Sudah dia katakan bukan, dia hanya mengikuti suara hatinya
Ingatannya melayang kemasa lalu, kehidupan manisnya, kehidupan bahagianya. walaupun mamanya telah tiada sejak ia lahir, Syifa tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang seorang ibu, papanya selalu memberikan kasih sayang melimpah kepadanya, kedua saudaranya juga,
dan orang itu,
Orang itu, sudah lama Syifa tidak mengenangnya.
Senyum tipis terlukis dibibir mungilnya
Apakah dia merindukan orang itu?,
Tentu saja,
Orang yang akan selalu masuk dalam daftar list kerinduannya,
Orang yang selalu menjaganya saat papa dan saudaranya tidak bersamanya
Orang yang selalu menjadi sandrannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Only one (End)✔
RomancePilihan ada ditangannya. Menunggu malam datang. Atau menyambut datangnya fajar. Memiliki kesempatan mendapatkan kembali cinta pertamanya? dengan mengorbankan cinta yang lain? atau memperjuangkan perasaan yang seharusnya hanya dirasakan pada cinta pe...