Jangan mudah terperdaya, lihat saja, nikmati, dan terima akhirnya bagaimana.
Dentuman musik yang begitu keras menjadi backround ruangan yang penuh dengan manusia yang melepas penat dengan meliukan badan tanpa berpikir apa saja yang bisa terjadi. Ada yang memilih menikmati minuman minuman yang disediakan oleh bertender bertender cantik, ada pula yang hanya menikmati suasana didalam ruangan kaca sambil melemparkan pandangannya kearah ruangan penuh sesak yang menggairahkan itu. Sekelas privatlah istilahnya.
Seperti yang dilakukan dua pemuda tampan itu, menikmati minuman mahal yang tersedia dimeja kaca, sambil melemparkan pandangannya kearah sahabat mereka yang sedang sibuk mengatur kebisingan yang mengandung gairah tersendiri dan dikelilingi wanita-wanita sexy lewat pembatas kaca yang dikhususkan untuk kalangan atas seperti mereka.
"Jadi lo beneran sama Syifa sekarang ky?" Pertanyaan itu sukses membuat Rizky menoleh ke sumber suara, menaikan alisnya sebelah memberikan gestur tak mengerti. Yang ditatap hanya memutar mata bosan, meletakan gelas kaca yang telah tandas entah untuk yang keberapa kalinya diatas meja lalu memfokuskan pandanganya kearah Rizky
"Lo sekarang sama Syifa, lo beneran udah bisa move on?"
Setelah mengerti maksud dari sahabatnya itu, semirik kecil timbul diujung bibirnya
"Lo kayak gak kenal gue" ujarnya setelah meneguk minuman digelas kecil itu. Mendengar jawaban Rizky seketika membuat Verrel menatap laki laki itu tak percaya
"Ky, jangan bilang kalau-"
"Yeah, semasih bisa, why not?"
Verrel menghempaskan punggungnya kesandaran sofa, mengusap wajahnya frustasi
"Ky, lo bener-bener gila huh?!"
Rizky hanya menyunggingkan senyum miringnya mendapati respon Verrel
"Lo bilang lo mau berdamai sama masa lalu lo" Verrel menatap sinis Rizky "Tapi kenapa sekarang kayak gini?!" Sambungnya
"Kayak gini apa?"
"Lo cuma manfaatin Syifa?!"
"Exactly"
"Brengsek!"
Bukannya marah, Rizky justru terkekeh kecil mendengar umpatan sahabatnya itu
"Lo marah, naksir sama dia, stay calm dude gue bakalan serahin pas urusan gue selsesai"
"Lo bilang lo anggep dia adek lo, gak ada kakak yang bakalan jadiin adeknya alat ky!" Bukannya menanggapi perkataan Rizky, Verrel justru menyerukan keresahannya
"Tepat" Rizky memperbaiki duduknya "Karna dia gue anggep adek, gue rasa gak ada salahnya jadiin dia alasan ngebalikin punya gue" Ujarnya
"Ya tapi gimana kalau dia malah punya perasaan gara-gara sikap manis busuk lo itu?!"
Rizky menghentikan kegiatan menuangkan kembali minuman kegelasnya sejenak, lalu mengerdikan bahu tak peduli
"Thats her problem, i dont care"
"Setan lo!"
Rizky tak menanggapi umpatan Verrel, dia kembali meneguk minumannya. Sedangkan Verrel, laki-laki itu mengalihkan pandangannya. Menghindari menatap sahabatnya yang sejak tadi ingin dia hantam habis. Entahlah, ada rasa sakit saat mengetahui bahwa Rizky hanya bersifat fake terhadap Syifa. Bersikap yang memiliki makna sama seperti kepada para mantannya yang lain hanya untuk mengembalikan sang pujaan hati. Tapi ini berbeda, Rizky keterlaluan, bahkan siapapun tidak akan bisa menduga jika melihat sikap manis lelaki itu terhadap Syifa. Sikap manis yang diperlihatkan hanya untuk membuat gadis itu sebagai alat. Bukan, bukan Verrel menaruh hati terhadap gadis manis itu, hanya saja ada rasa keposesifan seorang kakak dalam dirinya saat pertama kali melihat wajah lugu dan polos Syifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only one (End)✔
RomancePilihan ada ditangannya. Menunggu malam datang. Atau menyambut datangnya fajar. Memiliki kesempatan mendapatkan kembali cinta pertamanya? dengan mengorbankan cinta yang lain? atau memperjuangkan perasaan yang seharusnya hanya dirasakan pada cinta pe...