Kau tau kenapa kebanyakan manusia lebih menyukai senja dari pada fajar?, karna untuk memulai hal yang baru terasa sangat menyulitkan untuk mereka
=============================
Cerita Ratu masih terngiang di kepala Syifa, gadis itu adalah sahabat Azela. Bagaimana mungkin dunia sekecil ini? jika Ratu mengenal Azela, dia juga pasti mengenal Rizky bukan? Syifa menghembuskan nafas pelan, kenapa hidupnya seperti tak pernah lepas dari masa lalu, kenapa segalanya seperti tertarik ke masa sebelumnya dan disini lagi-lagi dia yang harus menjadi pemerannya? Apa akhir kisah ini nanti juga sama, dia yang harus mengalah, pergi? Dan menjadi seseorang yang paling di benci?
"Non Syifa?"
"Eh?" Syifa menoleh saat mendengar suara pak Mon dari balik kemudi
"Non Syifa tidak apa-apa?"
Syifa menggeleng pelan "Syifa tidak kenapa-napa pak"
Pak Mon mengangguk "Kita sudah sampai non"
"Eh, benarkah?" Syifa segera melirik jendela, membenarkan perkataan laki-laki paruh baya itu.
"Tunggu sebentar ya pak" ujarnya di tanggapi anggukan kecil supirnya itu. Syifa sudah berada di depan gedung kantor Rizky dengan kotak bekal untuk makan siang di tangannya. Kaki nya melangkah menaiki lift yang akan mengantarnya ke gedung paling atas, tepat pemimpin perusahaan itu berada.
"Apa kau kau tahu gadis itu?"
"Siapa maksudmu?"
"Itu, yang selalu pergi ke ruangan pak Verrel"
"Oh, gadis yang selalu membawa kotak bekal itu?"
Syifa berhenti saat mendengar pembicaraan dua karyawati yang tidak terlalu jauh darinya, pembicaraan mereka menarik indra pendengar Syifa. Gadis yang selalu membawa kotak bekal dan ke ruangan pak Verrel, bukankah itu dirinya?
"Aku kira dia kekasih pak Verrel"
"Apa mungkin?, aku justru mengira dia kekasih pak Rizky"
"Hush, mana mungkin gadis itu kekasih pak Rizky, aku dengar kekasih pak Rizky itu model terkenal"
"Tapi aku pernah mendengar pak Verrel mengatakan gadis itu membawa bekal untuk pak Rizky"
"Mungkin saudara pak Rizky"
"Pak Rizky hanya dua bersaudara, dan kakaknya nona Rizkina, bukan gadis muda seperti itu"
"Lalu, dia siapa? Apa mungkin dia pembantu di rumah pak Rizky?"
"Atau malah hanya mainan pak Rizky?"
Karyawati itu terkekeh, mengundang senyum miris di wajah Syifa. Kakinya kembali melangkah, di iringi dengan setetes kristal bening di pipinya.
Syifa menghembuskan nafas, berusaha menguasai diri ketika sampai di lantai atas, matanya mengerjap beberapa kali menghalau kristal selanjutnya yang mendesak keluar. Ruangan Verrel sudah nampak, namun pintu ruangan itu tidak terbuka. Syifa mengangkat tangannya, mengetuk pintu beberapa kali. Merasa tidak ada jawaban, Syifa memutuskan untuk pergi sebelum celah kecil pintu ruangan Rizky terlihat olehnya. Berjalan perlahan, Syifa hanya berniat melihatnya sekilas, namun niatnya terganti saat mendengar namanya di sebut di dalam sana.
"Ya, tawaran lo bakalan ngasih Syifa ke Verrel kalau dia udah balik"
Deg
Syifa mengenal suara itu, walaupun hanya beberapa kali mendengarnya, dia tau betul bahwa itu suara Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only one (End)✔
RomancePilihan ada ditangannya. Menunggu malam datang. Atau menyambut datangnya fajar. Memiliki kesempatan mendapatkan kembali cinta pertamanya? dengan mengorbankan cinta yang lain? atau memperjuangkan perasaan yang seharusnya hanya dirasakan pada cinta pe...