forgive me

1.8K 184 45
                                    

Air mata salah satu bentuk perwujudan kata saat lisan tak sanggup lagi mengatakan alasan dari sebuah luka.
=============================





"Kak Rizky hiks.. lepaskan Syifa"

"Kak Rizky sakitt"

"Hiks... kak Rizky, dengarkan Syifa akhh"

"Kak Rizky, Syifa sakit hiks.. lepaskan Syifa, akhh kak Rizky berhenti"

"Kak Rizky hiks.. kak sakit hiks.. kak Rizky.."

Kelopak mata itu perlahan terbuka, membebaskan retina tajamnya membiasakan diri dengan bias cahaya lampu yang menerangi tempatnya. Memijit pelipis pelan, Rizky, laki-laki tampan itu bangkit perlahan, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, mengumpulkan kembali nyawanya yang masih melalang buana diiringi dengan kilasan-kilasan kejadian semalam, dia tidak lupa.

Tentu saja, bukankah dia sudah mengatakan dia tidak mabuk tadi malam?

Dia masih ingat dengan jelas bagaimana dirinya memaksakan kehendak terhadap gadis itu, merenggut dengan paksa sesuatu yang berharga yang telah di jaga olehnya, dia juga masih ingat bagaimana tangis dan penolakan Syifa terhadap dirinya.

Deg

Rizky tersentak seketika saat menyadari sesuatu, pandangannya menoleh ke sisi lain tempat tidurnya.

Kososng.

Syifa? Dimana dia?

Berdiri cepat, Rizky menghirauakan pakaiannya yang masih berserakan di lantai, menyambar dengan asal celana pendek selutut dan bergegas menuju kamar mandi kamarnya, lagi-lagi kosong. Syifa tidak ada disana.

Tak menyerah Rizky memilih keluar, mencari di dapur, tempat biasa dirinya menemukan Syifa yang berkutat dengan masakan yang sama sekali tak pernah di sentuh olehnya.

Syifa tidak ada disana, perasaan cemas melanda Rizky, membuat fikiran laki-laki itu bercabang kemana-kemana.

Apa Syifa pergi?!

Apa Syifa menyerah padanya?

Tidak boleh!

Syifa tidak boleh pergi, dia belum membuat Rizky mendapatkan kekasihnya kembali.

"Apa kau yakin kamu takut dia pergi karna alasan itu Rizky?"

"Damn! SYIFA?!" Suara Rizky menggelager di apartment luas itu, tidak ada sahutan. Dengan cepat lelaki tampan itu kembali ke kamar, mengambil kaos putih dan menyambar kunci mobilnya, tujuannya satu sekarang, Rumah.

Saat sampai di basemant, Rizky segera menghampiri mobilnya sebelum sesuatu yang terasa familiar menarik perhatiannya. Sebuah mobil putih yang di yakini milik keluarganya, mobil yang biasa di gunakan Syifa, mobil itu masih ada. Rizky berjalan dengan cepat menuju mobil putih itu, mengetuk kaca mobil, berharap seseorang yang di carinya ada disana.

"Tuan Rizky?"

Rizky mengernyitkan keningnya saat mendengar suara serak supir keluarganya itu.

"Dimana Syifa?" Tanyanya tanpa basa-basi.

"Bukannya nona Syifa ada di tempat tuan, saya fikir nona menginap tadi malam"

"Dia tidak mungkin berjalan kaki, kan?" Rizky berkata lirih. Tanpa menghiraukan wajah bingung pak Mon, Rizky bergegas pergi ke mobilnya. Mengendarai dengan cepat kendaraan roda empat itu. Hujan masih turun, namun tidak sederas semalam, fikirannya benar-benar kalut, lelaki itu tidak bisa menampik perasaan cemas dalam hatinya. Bagaimana mungkin gadis itu pulang dengan berjalan kaki di tengah ke adaan hujan deras semalam?!

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang