jealousy 2?

1.7K 180 56
                                    

Ini bagian dua dari jealousy. Awalnya mau di gabung tapi kayaknya bakalan kepanjangan.
Oh yaa, panggilan Syifa buat Ali di ubah di sini, kenapa? Biar enak aja.
So, happy reading:)


Ali memeluknya erat. Syifa terlalu terkejut untuk mencerna kejadian yang tiba-tiba menimpanya, dirinya bahkan tidak bergerak untuk sekeder melepaskan atau membalas pelukan itu.

"Kamu kemana aja Syif, aku merindukan mu"

Suara Ali seketika menyadarkannya dengan situasi tak pantas yang terjadi sekarang, perlahan Syifa meregangkan pelukan itu, merasa tidak nyaman dengan perlakuan Ali.

"Syif?" Ali melepaskan pelukannya tak rela, ditatapnya wajah gadis itu penuh kasih. Sedangkan Syifa, gadis itu benar-benar tidak tahu harus breaksi bagaimana. Astaga sekarang mereka masih berada di lobby kantor Rizky, dan dirinya kini menjadi tontonan dari seluruh karyawan maupun karyawati di sana. Namun Ali, laki-laki itu tidak perduli. Perintah ayahnya saja bisa di nomor sekiankan, apalagi hanya sekedar tatapan keingintahuan orang-orang asing di tempat itu. Untuk Syifa, dia mungkin bisa melakukan hal lebih gila dari ini.

Oh ya?! lalu kenapa dulu kau diam saja saat mama dan saudara mu menghujat nya habis-habisan?!

Ali menyesal, andai saja dulu dia berani membela saat keluarganya dengan tak senonohnya menghujat Syifa, andai dia tidak menjadi laki-laki pengecut yang bisa dengan tegas mengatakan bahwa dia mencintai Syifa saat itu. Mungkin Syifa tidak akan pergi.

"Syifa.." Lirihnya, tangannya terangkat untuk menyentuh Syifa, namun gadis itu justru mundur menghindari sentuhannya.

Gadis itu segera berlalu, bukan maksud untuk menghindar hanya saja fikirannya benar-benar kalut. Syifa mempercepat langkahnya saat sudah berada di luar gedung perusahaan Rizky. Sedangkan Ali, laki-laki itu tertegun, Syifa pergi darinya. Tanpa mengindahkan bisik-bisik dari para karyawan tersebut, Ali segera berlari menyusul Syifa, memastikan bahwa gadis itu tidak akan hilang lagi dari pandangannya.

Syifa menggigit bibirnya, pak Mon yang melihat nona mudanya itu begitu gelisah saat memasuki mobil tidak mengatakan apapun, itu bukan haknya.

"Pak?"

"Iya non?"

"Kembali ke gedung siaran ya"

Pak Mon hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut tentang wajah kalut Syifa.

.....

Prang

"Brengsek!"

Gelas kaca itu berhamburan kemana-mana. Penampilannya benar-benar berantakan, nafasnya terdengar memburu dengan wajah merah padam menahan amarah.

"Menjadi istri yang baik, eh?" Desisnya, dasinya sudah terseok tak berdaya di lantai.

Ingatannya kembali saat siang tadi, beraninya wanita itu berbuat seperti itu di kantornya.

"ARGHHHH, BRENGSEK KAMU SYIFA!"

Percayalah, jika saja ruangan itu tidak di pasang tekhnologi kedap suara, teriakan itu pasti sudah menggema di seluruh bagian gedung teratas itu.

"Kamu kenapa Rizky, cemburu?"

"Oh ayolah, lo gak mungkin cemburu kan ky, lo kan gak punya perasaan apa-apa sama dia"

"Berhenti dengan rencana busuk mu itu Rizky, kalau tidak dia bisa-bisa menjadi bumerang untuk dirimu nanti"

"Hey ingat, karna dia lo kehilangan cinta lo ky. Beri dia pelajaran agar jera dengan tingkahnya itu"

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang