Aku tidak berubah, hanya saja ini aku. Aku yang sebenarnya. Diriku yang tanpa sadar hanya kuperlihatkan padanya
Prang
"Arghhhhhh" Suara pekikan itu terdengar begitu putus asa, air mata bahkan tak henti hentinya mengalir dipipi putih itu. Pecahan kaca berserakan dimana mana. Bahkan ada beberapa yang menggores kulit mulusnya. Matanya terlihat begitu sembab, dia terlihat begitu berantakan
"Kenapa?" Lirihnya, ingatannya kembali saat kejadian tadi
"KENAPA KY, KENAPA?!" Teriaknya putus asa, "Kenapa harus dia, kenapa ky, kenapa harus dia?!!"
Kakinya melangkah ke jendela, menatap langit malam yang tampak gelap tanpa bintang
"Kamu bohong ky," lirihnya pelan, air mata itu tak berhenti keluar dari mata indahnya.
"Aku kangen kamu" suaranya begitu lirih, seolah berbisik pada angin malam, berharap akan disampaikan kepada yang dirindu.
.....
Matanya menatap fokus setiap deretan kata yang tertera di benda persegi panjang itu, seolah sedetik saja dia mengalihkan pandangannya maka kata yang terlampir ditempat itu akan menghilang. Matanya menyipit saat melihat kejanggalan dari setiap laporan yang diterimanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari benda itu, tangannya menggenggam gagang telpon dan segera mengangkatnya
"Verrel, keruangan saya sekarang" perintahnya mutlak,
Ceklek
"Ada apa pak?" Verrel tiba dihadapan Rizky, memandang sopan sahabat sekaligus atasannya itu
"Apa Anrez keluar?"
"Eh, maksudnya apa pak?"
"Apa Anrez keluar,?" Tanyanya sekali lagi. Verrel menelan ludahnya gugup menerima tatapan tajam Rizky
"Pak Anrez memang beberapa hari ini tidak hadir di kantor pak"
Rizky menyeringai mendengarnya,
"Kabur rupanya," tatapannya beralih kedepan, menatap Verrel"Masukan namanya dalam black list disemua perusahaan, dan pastikan dia tidak mendapatkan pekerjaan dimanapun" Sambungnya, dengan nada tak ingin dibantah
"Baik pak" Verrel undur diri, meninggalkan Rizky yang kembali berkutat dengan pekerjaannya
"Huft, jantung gue" gumam Verrel saat sudah berada diluar ruangan Rizky, dengan cepat dia berbalik dan duduk dikursinya sebelum suatu hal menarik perhatiannya. Disana, diatas meja Verrel, diantara tumpukan berkas berkas penghasil uang itu, ada benda merah berpita yang dengan segera ditarik oleh Verrel
"Loh, ini kan" Verrel membualatkan matanya saat persis mengingat apa itu. Benda itu, benda itu adalah undangan pernikahan perempuan yang dicintai oleh Rizky. Tapi tunggu dulu, undangan ini diberiakan beberapa bulan yang lalu bukan, tapi kenapa tidak pernah ada kabarnya lagi?
Dengan menimang berbagai kemungkinan akhirnya Verrel membuka undangan itu, dan seketika wajahnya tercengang saat melihat nama siapa yang tertera disana
KAMU SEDANG MEMBACA
Only one (End)✔
RomancePilihan ada ditangannya. Menunggu malam datang. Atau menyambut datangnya fajar. Memiliki kesempatan mendapatkan kembali cinta pertamanya? dengan mengorbankan cinta yang lain? atau memperjuangkan perasaan yang seharusnya hanya dirasakan pada cinta pe...