jealousy?

1.4K 163 56
                                    

The amount of happiness that needs to go down the road turns into unfathomable pain.
=============================






Brak

Suara pintu yang terbuka keras tidak mengalihkan atensi pemuda tampan yang duduk di atas jendela, menatap kosong senja yang nampak di sebelah barat. Keadaannya benar-benar kacau, bulu-bulu tipis bahkan mulai tumbuh di sekitar rahangnya.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini?!" Pemuda itu tidak menghiraukan suara seorang laki-laki setengah baya di belakangnya.

"Jangan kekanakan Ali, orang tua mu sedang bicara sekarang!"

Lagi-lagi hanya keheningan yang mengisi jarak kosong antar mereka.
Laki-laki setengah baya itu sepertinya benar-benar emosi, terbukti dari kepalan tangannya yang memutih.

"Jangan membuat kesabaran papa habis Ali!"

Tak ada tanggapan. Menghembuskan nafas, laki-laki setengah baya itu mencoba meredam emosinya, perlahan dia mendekat menepuk bahu putranya itu pelan.

"Papa tau kamu tertekan"

Ali hanya diam, terlalu malas meladeni sikap setiap orang yang keluar masuk dari apartmen nya.

"Papa dan mama hanya ingin yang terbaik untuk mu, dan gadis itu--"

"Gadis itu punya nama, apa terlalu berat untuk menyebut namanya?"

Ali mengalihkan pandangannya kepada sang papa, menatap laki-laki yang dia anggap sangat di kaguminya.

"Al--"

"Kalian yang tidak pernah mengerti perasaanku" Ujarnya datar memotong perkataan papanya

"Ini untuk kebaikan mu nak"

Ali terkekeh sinis, memandang papanya penuh kecewa.

"Kebaikanku?, bukankah itu untuk kebaikan kalian? menukarku dengan sebuah perjanjian bisnis. Menjijikan!"

"ALIANDO!"

Nafas laki-laki setengah baya itu tampak terengah, Tidak menyangka hal tersebut akan meluncur bebas dari mulut putranya.

"Papa tidak mau tahu, kau harus ke Jakarta besok. Ini sudah menjadi tugas mu!"

"Aku tidak mau" Ali beranjak meninggalkan sang papa yang menatapnya tajam.

"Berhenti di tempat mu Ali!"

Ali tidak menoleh, tetap melanjutkan langkahnya keluar kamar, dia benar-benar muak, namun saat kakinya baru saja akan keluar dari pintu, perkataan papanya seketika membuat tubuhnya menegang, kakinya otomatis berhenti saat kalimat itu di tangkap oleh telinga nya.

"Papa dengar gadis itu disana, di Jakarta".

.....

Matahari sudah mulai beranjak ke arah barat, cahaya kemerahan senja juga sudah menghiasi cakrawala, dan yang dia lakukan sekarang duduk di kursi kebesarannya mengarahkan tatapannya ke arah kaca raksasa yang menampilkan suasana sore ibu kota.

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang