game of destiny

1.4K 180 67
                                    

Tunggu bentar, eh jangan jangan di gulir dulu, jangan skip quotes ini. Plisss. Jadi para reades yang budiman, tidak lelah dan tidak bosan saya ingatkan untuk absen dulu, jadi jangan lupa mampir ke tombol pojok kiri paling bawah ya. Kasik tanda bahwa anda memang hadir untuk membaca cerita abal-abal saya. Peach😊

Bahkan belum selesai satu bagian dari daftar rasa sakit itu, bagian yang baru dari daftar yang lain pun sudah bergabung.

=============================




Syifa tertunduk di kursi tunggu rumah sakit, mama Ika berada di pelukan Rizky, sedangkan Ina, lihatlah, perempuan yang harusnya sedang bahagia sekarang, justru harus menangis pilu di pelukan suaminya. Dan ini karna siapa, karna dirinya bukan?

Pesta pernikahan yang seharusnya meriah justru harus berakhir mengenaskan seperti ini, dan kenapa hal yang selalu berakhir menyedihkan akan berkaitan erat dengannya? Apa hidupnya memang di tulis berjalan dan berakhir sad ending?

Bahkan kurang satu tahun yang lalu dia juga berada di kondisi seperti ini, sendirian dan kedinginan.

Flashback

Lorong rumah sakit terasa begitu mencekam, tak ada lampu di ujung sana, suhu udara semakin dingin. Malam semakin larut, hujan di luar pun semakin deras, Syifa mengeratkan jacket maron yang di kenakan, sesekali melihat ke arah pintu bercat putih yang menyembunyikan orang terkasihnya di sana. Air mata tak henti-henti menyambangi pipi pucatnya.

Harusnya dia tidak pergi tadi pagi!

Harusnya dia mengaktifkan ponselnya!

Harusnya, hanrusnya, harusnya! Hanya kata itu yang terngiang di kepala Syifa

Ceklek

Seorang perempuan mengenakan jas dokter ke luar dari ruangan, membuat Syifa segera menghampiri perempuan itu.

"Bagaimana dengan papa kak. Nia?

Dokter perempuan yang di panggil Nia  menatap Syifa menyesal, tampak sekali raut sedih di wajah cantiknya.

"Maaf kan kakak Syif" perempuan itu meremas bahu Syifa lembut, seolah memberi kekuatan akan fakta yang di yakini akan menghancurkan gadis manis itu.

"Tapi tuhan berkehendak lain, dia lebih menyayangi papa mu"

Bagai ada palu besar yang memukul hati Syifa, hancur tak bersisa sedikitpun.

Papanya, seorang yang begitu di cintai meninggalkannya, sandaran terakhirnya pergi.

Lalu di mana lagi dia akan bersandar sekarang?

Lalu siapa lagi tempatnya akan mengadu sekarang?

Mengapa tuhan begitu tega mengambil satu-satunya alasannya untuknya bahagia?

Tak bisakah tuhan mengambilnya juga?

Tak bisakah?

.....

Flashback

"Hiks.."

Rkzky melihat ke arah Syifa, setelah sang mama mulai tenang, netranya menangkap gadis mungil itu di ujung kursi tunggu, pundaknya tampak gemetar. Satu keyakinan Rizky bahwa gadis itu sedang menangis sekarang, tak jauh berbeda dengan keadaan sang mama dan kakak nya. Fikirannya meyakini bahwa gadis itu lah yang bersalah, sebelum kedatangannya sang oma tak pernah seperti ini, pesta pernikahan Ina juga tidak akan berantakan, siapa yang pantas di salahkan untuk kejadian ini?

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang