because her

1.3K 158 37
                                    

Dalam hal ini sekuat apapun kalian coba mengerti, jika tak pernah mengalami maka jangan coba untuk mengatakan jangan seperti ini.
=============================









Angin malam menyapa wajah pucatnya. Matanya menatap sendu langit yang terlihat gelap, menyembunyikan sinar rembulan yang biasanya menemaninya jika sedang duduk di atas jendela kamar yang terbuka. Menghembuskan nafas pelan, liquit bening mengalir dari ujung mata indahnya tanpa permisi.

Padahal malam ini, dia ingin berbicara dengan sang mama, berbicara dengan status baru yang telah di sandangnya sejak dua minggu lalu. Banyak sekali yang berbeda sejak dia menyandang status baru itu. Di mulai dari pandangan mencemooh dari keluarga Satria

"Bukannya dia yang membuat onar di pernikahan Ina dan Satria waktu itu?!"

"Cih, lihatlah dia masih punya malu ada di acara berkabung oma Ning hari ini, apa dia mau mengacau lagi?"

"Oh astaga, aku tidak akan bisa membayangkan jika mempunyai anak sepertinya"

"Hiks.." sesak, tidak ada yang bisa di rasakan Syifa selain hal itu sekarang. Mereka hanya bisa berkomentar, tak mencoba memahami apa yang sebenarnya. Mereka hanya mengetahui Syifa sebagai pengacau, bagaimana jika mengetahui jika Syifa sekarang istri Rizky?

Oh mungkin mereka akan mencela Syifa sampai mati. Dia tidak tahu, harus bersyukur atau bagaimana karna Rizky menyembunyikan tentang pernikahan mereka. Untuk saat ini dia baik-baik saja, tidak tahu kedepannya. Rumah besar itu juga semakin sepi, setelah oma Ning meninggal, Ina tentu saja ikut dengan Satria, mama Ika juga memilih pergi ke Bali setelah pertengkaran hebatnya dengan Rizky, meninggalkan Syifa, lalu bagaimana dengan Rizky?

Laki-laki itu selalu berada di apartmen nya. Syifa benar-benar sendiri di rumah besar itu. Terkekeh miris, Syifa menyembunyikan kepala di lipatan tangannya, terisak sendiri, di temani gerimis yang mulai menyapa bumi.

.....

Helaan nafas lelah di hembuskan pria tampan itu, matanya melirik jendela kantor yang langsung menampilkan pemandangan kota yang terlihat gemerlap dengan gerimis yang mulai turun, bangkit dari kursi kebesarannya, kakinya melangkah mendekati jendela besar tersebut, menerawang segala hal yang terjadi dalam hidupnya semenjak gadis itu kembali.

Menyesal?

Tentu saja. Andai dia tidak mudah memutuskan untuk berdamai dengan gadis itu. Andai saja dia tidak mudah tertipu dengan wajah polos bak bayi itu. Andai dia tidak pernah bertemu dengannya sejak awal. Andai saja tidak pernah ada nama Syifa dalam hidupnya. Dia membenci Syifa. Sungguh. Bahkan kebenciannya bertambah berkali-kali lipat dari semenjak terakhir kata benci itu terucap dari mulutnya. Dia tidak akan melepaskan Syifa, tidak sebelum gadis itu menyesal telah mengusik kehidupannya, tidak sebelum gadis itu berhasil menjadi alat untuk mendapatkan gadisnya kembali.

"Kamu tidak akan pernah membayangkan bagaimana menyakitkan hari mu Syifa. Aku bersumpah, jangan memanggil ku Rizky jika aku tidak bisa membuat mu menderita"

Dert dert dert

Getaran ponselnya membuat Rizky mengalihkan pandangannya dari jendela, nama Al terpampang di layar handphone itu.

"Hm?"

"Ky, lo dimana?"

Terdengar suara bisisng dari seberang. Rizky bertaruh, sahabatnya itu sedang ada di club sekarang.

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang