butterfly effect

872 103 21
                                    

Bias cahaya surya yang menyelip diantara celah tipis jendala kamar itu tak membuat atensi Rizky terganggu. Tangannya masih dengan lembut, menyusuri pipi gembil yang menempel nyaman pada dada bidangnya. Perlahan, takut sang pemilik terbangun, Rizky memindahkan kepala bersurai kelam itu kelengannya, memeluk pinggang sempit itu posesif lalu menaikkan selimut guna menutup tubuh polos mereka.

Mata itu perlahan bergerak, mencoba membuka sedikit demi sedikit, Rizky masih menatapnya lekat, menunggu binar mata polos itu menatapnya.

"Kak Rizky.."

"Hn?"

Rizky membenarkan anak rambut yang sepertinya sedikit mengganggu Syifa, senyum tipis terukir di bibir lelaki itu ketika melihat semburat merah di pipi gadisnya, Syifa selalu seperti ini, merona dengan segala bentuk sikap hangat Rizky padanya, dan Rizky menyukai itu.

Tidak kuasa merasakan panas di pipinya karena perlakuan Rizky, Syifa mencoba untuk bangun, dia benar-benar akan mati muda dengan jantung yang terus-menerus bertalu cepat.

Rizky mengernyitkan kening saat merasakan pergerakan Syifa, seolah ingin melepaskan pelukannya.

"Mau kemana?"

Rizky mengeratkan pelukannya dipinggang gadis itu, tidak membiarkan Syifa meninggalkannya sendiri diranjang besar, dan dingin milik mereka.

Syifa merasakan napasnya tersendat saat Rizky meremas pinggngnya lembut, kaki lelaki itu menindih kedua kaki Syifa, kepalanya dengan pasti menyusup dileher gadis itu, menghirup rakus aroma Syifa yang dari dulu selalu menjadi candunya.

Cup

Tubuh Syifa meremang saat Rizky meninggalkan kecupan basah dilehernya, tubuhnya terasa panas. Tidak, dia harus bangun sekarang, dia tidak akan membiarkan Rizky kembali membuat mereka harus melewatkan sarapan.

"Syifa mau mandi, kak Rizky"

Rizky tak mendengar, atau lebih tepatnya pura-pura tak mendengar, dia masih bertahan pada posisinya.

"Kak Rizky..."

Rizky tersenyum, dia suka mendengar Syifa yang mulai merengek seperti ini, perlahan dia mengangkat kepalanya, menemukan Syifa yang menatapnya cemberut dengan rona merah pekat di pipi gembilnya.

"Kenapa?"

"Syifa mau bangun"

"Untuk apa?"

"Syifa harus mandi, dan juga Syifa lapar, Syifa harus masak untuk sarapan kita, kak Rizky.."

"Sarapanku, ada didepanku sekarang"

"Kak Rizky...."

Rizky terkekeh kecil, baiklah sepertinya gadis nya itu sangat lapar, terkutuklah dia dan hormonnya yang membuat mereka selalu melewatkan sarapan sejak seminggu yang lalu.

Cup

Safu kecupan ringan mendarat di bibir Syifa, gadis itu segera menarik selimut, namun pergerakannya kembali ditahan oleh tangan sang suami.

"Kenapa membawa selimut?"

Syifa menatap Rizky dengan wajah yang memelas, oh dan jangan lupakan wajahnya yang lagi-lagi memerah sempurna.

"Aku sudah melihat semuanya, dear. Bahkan tidak sekali dua kali"

"Kak Rizky..."

Rizky terkekeh, dengan cepat dia menyambar tubuh gadis itu, membuat Syifa memekik kecil.

"Kau ingin ke kamar mandi, kan? aku antar, tidak perlu repot membawa selimut, dan ya kita bisa mandi bersama untuk menyingkat waktu"

Sepertinya Syifa harus benar-benar melupakan segala bentuk sarapan nya sekarang, Rizky dan istilah mandi bersama yang menyingkat waktu.

Only one (End)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang