Hari ini adalah hari Minggu, hampir semua anak-anak di panti menghabiskan waktu libur mereka hanya sekedar bersantai di taman bahkan ada yang belajar.
Tak terkecuali Kim Seokjin. Ia menghabiskan waktu liburnya dengan belajar di kamarnya. Apalagi sebentar lagi akan ada ujian akhir dan ujian masuk universitas. Ia harus belajar lebih giat lagi agar bisa mendapat nilai sempurna dan mendapat beasiswa masuk ke universitas.
Ny. Kim menghampiri Seokjin yang sedang serius belajar.
"Kau sedang belajar?" Tanya Ny. Kim pada Seokjin.
Seokjin pun mendongak. "Ya, Eomma. Aku harus mendapat nilai sempurna agar bisa mendapat beasiswa."
"Kau kan sudah mendapat beasiswa di universitas. Jadi kau hanya perlu fokus untuk ujian akhirmu minggu depan."
"Aku tidak tau apa aku akan mengambil beasiswa itu." Wajah Seokjin berubah muram.
"Kenapa? Apa kau tidak ingin meninggalkan Jisoo disini?" Tanya Ny. Kim. "Kau sudah memberitahunya?"
Seokjin menghela nafasnya kasar. "Aku tidak tega untuk memberitahukannya. Aku tidak ingin meninggalkan Jisoo sendiri disini, Eomma."
"Jisoo tidak akan sendirian. Disini dia memiliki banyak teman. Jadi kau tidak usah khawatir. Lagipula kesempatan itu tidak datang dua kali. Kau akan menyesal jika tidak mengambil beasiswa itu."
"Apa aku masuk universitas disini saja?"
"Eomma tidak akan memaksamu. Kau sudah dewasa. Kau pasti paham sendiri apa yang terbaik untukmu."
Ny. Kim mengelus pundak Seokjin lalu meninggalkannya.
Seokjin masih bingung apa ia akan mengambil beasiswa itu atau tidak. Jika ia mengambil beasiswa itu, ia akan jauh dari Jisoo. Tapi jika ia menolak, ia tidak yakin akan bisa mendapat kesempatan itu lagi. Terlebih disana adalah universitas impiannya sejak dulu.
Saat Seokjin masih berpikir tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
"Oppa, kau sedang apa?" Ternyata yang mengetuk pintunya adalah Jisoo.
"Aku sedang belajar." Jawab Seokjin.
Jisoo mendengus. "Padahal aku ingin jalan-jalan dengan Oppa."
"Ayo kita pergi." Ajak Seokjin.
"Tidak. Kau lanjutkan belajar saja."
Jisoo melangkahkan kakinya keluar dari kamar Seokjin dengan wajah kecewa. Akhir-akhir ini ia jarang sekali menghabiskan waktu dengan Seokjin karena Seokjin sibuk belajar. Ia hanya bisa bersama Seokjin saat pulang sekolah dan itu jika Seokjin tidak ikut tambahan pelajaran di sekolah. Meski begitu Jisoo memahaminya.
Seokjin yang melihat raut wajah kecewa Jisoo merasa tidak enak hati. Tapi mau bagaimana lagi? Ia memang harus belajar.
"Maafkan aku, Jisoo. Kalau kau seperti itu bagaimana bisa aku menerima beasiswa itu?"
***
Setelah bel pulang berbunyi, Jisoo mengemasi buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tasnya.
"Jisoo.. aku pulang dulu ya. Aku ada les piano. Aku sudah terlambat." Ucap Jennie.
Jisoo hanya mengangguk. Kemudian ia pun keluar ke kelas dan berjalan menuju kelasnya Seokjin. Tadi Seokjin sudah berjanji akan pulang bersama Jisoo hari ini. Namun saat tiba di kelasnya Seokjin kosong.
"Apa Oppa sudah pulang?" Gumam Jisoo.
Saat Jisoo membalikkan badannya. Ia dihalangi oleh satu geng gadis yang mengejar Seokjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS (Complete)
FanfictionKim Jisoo dan Kim Seokjin dibesarkan bersama-sama di sebuah panti asuhan. Saat masih remaja, Seokjin selalu melindungi Jisoo jika ada orang lain yang menggoda atau mengejek Jisoo. Tapi saat dewasa, mereka harus terpisahkan oleh jarak dan waktu. Baga...