36. Memulai dari Awal

481 48 18
                                    

Setelah Jisoo memberikan coat pada Seokjin, tanpa mengatakan apapun lagi ia meninggalkan Seokjin begitu saja.

Baru beberapa langkah kakinya menjauh, Jisoo merasakan Seokjin memeluknya dari belakang. Tentu saja pelukan erat dari pria itu membuatnya terdiam. Ia bisa merasakan nafas Seokjin menerpa kulit lehernya.

Tanpa mereka berdua sadari, kedua pasang netra Namjoon dan Rosè melihat mereka dari balik jendela dari dalam rumah.

"Kau lihat itu, Oppa?" Tanya Rosè pada suaminya. "Mereka berdua itu saling mencintai. Apa kau tega melarang Seokjin untuk bertemu dengan Jisoo?"

"Aku tau mereka berdua saling mencintai.." Namjoon menjeda ucapannya. "Tapi aku tidak ingin Jisoo kembali menjadi Jisoo setahun ke belakang, Jisoo yang selalu merasa cemas dan selalu mimpi buruk setiap malam. Aku tidak ingin hal itu terulang lagi, sayang."

"Aku paham bagaimana kekhawatiranmu itu, Oppa. Tapi Jisoo juga berhak memutuskannya sendiri. Jika ia mengijinkan Seokjin Oppa untuk menemuinya biarkan saja. Tapi jika ia memang tidak ingin menemui Seokjin Oppa, dia pasti tau bagaimana harus bertindak." Tutur Rosè mencoba membujuk Namjoon agar tidak terlalu mengekang keinginan Jisoo.

"Tapi bagaimana jika nanti Jisoo kembali---"

Rosè menempelkan jari telunjuknya pada bibir Namjoon untuk memotong ucapan Namjoon. "Sssttt.. Kau harus percaya pada Jisoo, Oppa. Aku yakin ia bisa memutuskan sendiri apa yang terbaik untuknya. Kau sebagai kakaknya harus mendukung apapun keputusannya."

Namjoon pun tersenyum manis hingga memperlihatkan dimple nya. "Kau tau, sayang? Aku sungguh beruntung memiliki dirimu sebagai istriku."

Rosè hanya mengernyitkan dahinya.

"Kau bisa mengingatkanku apa yang seharusnya aku lakukan pada Jisoo. Kau memang istriku yang terbaik!" Ucap Namjoon yang kemudian mengecup kening istrinya itu.

"Istrimu hanya aku, Oppa." Ucap Rosè sambil memeluk suaminya dari samping. "Ayo kita tidur. Aku sudah mengantuk."

Namjoon memalingkan wajahnya pada dua orang yang masih di luar sana.

"Sudahlah, Oppa. Biarkan saja mereka menyelesaikan urusan mereka."

Namjoon pun menuruti perkataan Rosè dan kemudian sepasang suami istri itu meninggalkan Jisoo dan Seokjin di luar.

Sedangkan di luar rumah, Seokjin masih saja memeluk tubuh Jisoo dari belakang.

"Kumohon Jisoo.. Maafkan aku. Aku sungguh-sungguh."

Tidak ada sepatah kata apapun yang keluar dari bibir Jisoo.

Seokjin melepas pelukannya dan membalikkan tubuh Jisoo agar bisa berhadapan dengannya. Jisoo hanya menundukkan kepalanya ketika berhadapan dengan Seokjin. Seokjin pun menyampirkan coat pada pundak gadis itu karena terlihat tubuhnya mulai menggigil karena hawa dingin menerpa tubuh ringkihnya itu.

Perlahan tangan kiri Seokjin meraih dagu Jisoo agar ia dapat menatap wajah Jisoo. Kini Seokjin bisa melihat dengan jelas wajah cantik milik gadis yang ia rindukan selama satu tahun ini.

Sesaat kedua netra mereka saling menatap sendu. Seokjin dapat melihat di dalam mata Jisoo ada sebuah keraguan dan ketakutan. Dan ia pun tau ketakutan Jisoo itu muncul karena perbuatannya.

Dengan penuh keberanian, Seokjin mendekatkan wajahnya pada wajah Jisoo dan mengecup bibir Jisoo. Awalnya ia mengira Jisoo akan menolak ciuman darinya, namun ternyata Jisoo sama sekali tidak menolaknya bahkan ia melihat Jisoo menutup matanya. Perlahan tapi pasti ia mulai melumat lembut bibir Jisoo. Air mata Jisoo pun turun dan membasahi pipinya. Seokjin melepas ciumannya ketika Jisoo tak kunjung membalas lumatannya.

ABYSS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang