Seokjin kini seperti mencoba untuk menata kembali gelas yang sudah pecah. Meski sudah dirangkai namun bentuknya sudah tidak bisa kembali utuh seperti semula. Begitu juga dengan keadaan Jisoo, bagaimana pun ia mencoba untuk menebus kesalahannya, itu tidak akan membuat Jisoo bisa kembali seperti sedia kala. Hati gadis itu sudah terlanjur hancur karena perbuatannya.
Dengan pantang menyerah, Seokjin akan mencoba melakukan apapun agar Jisoo mau memaafkannya dan trauma pada diri Jisoo bisa sembuh.
Sooya
Tunggu aku, sooya.
Sebentar lagi meetingku selesai.
Aku akan segera menemuimu di rumahmu.Seokjin meletakkan kembali ponselnya setelah mengirimkan pesan untuk Jisoo.
Baru saja Seokjin keluar dari gedung 'LY Grup' klien yang ada dalam daftar kunjungannya ke Korea. Seperti janjinya semalam, setelah ini ia akan langsung menuju ke rumah gadis yang sangat ia cintai itu.
Seokjin menghentikan mobilnya ketika lampu lalu lintas menampakkan warna merah. Ia tak sengaja menatap ke arah sebuah videotron yang ada di seberang jalan. Videotron menampilkan iklan sebuah merk perhiasan ternama dengan seorang model yang sedang naik daun. Melihat ini Seokjin mendapatkan sebuah ide.
Setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Seokjin langsung menancapkan gasnya menuju ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli sebuah cincin yang akan diberikan untuk Jisoo. Disana ia langsung menuju ke stan penjual perhiasan dan memilih sebuah cincin yang dirasa cocok untuk Jisoo. Setelah membeli sebuah cincin Seokjin langsung bergegas menuju ke rumah Jisoo. Namun sebelum ke rumah Jisoo, Seokjin lebih dulu mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebuah buket bunga mawar.
Seokjin sudah memakirkan mobilnya di halaman rumah Jisoo. Seorang Ahjumma menyambut kedatangannya dan langsung mempersilakannya untuk menemui Jisoo di halaman samping rumah.
Dari pintu samping, Seokjin bisa melihat Jisoo sedang duduk di kursi di samping kolam renang ditemani Rosè. Ia melihat kedua wanita itu tampak sedang berbincang. Dari kejauhan Seokjin bisa melihat Jisoo sesekali tersenyum. Entah kenapa Seokjin merasa asing dengan senyuman Jisoo itu. Masih ada keraguan pada senyuman Jisoo. Kembali ia teringat dengan perkataan Lisa tempo hari bahwa selama Seokjin pergi, Jisoo sudah tidak lagi menunjukkan senyumannya apalagi keceriaannya.
Lagi-lagi Seokjin merutuki dirinya sendiri!
Namun dengan sebuah tekad, mulai saat ini Seokjin akan mencoba untuk membawa kembali senyum dan keceriaan Jisoo seperti sedia kala meski akan sulit nantinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan melakukan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Saat hendak melangkahkan kakinya untuk menghampiri Jisoo, Seokjin tidak sengaja mendengar perbincangan Rosè dan Jisoo.
"Aku tau kau masih sulit untuk menerimanya kembali. Tapi berilah satu kesempatan lagi untuknya. Aku lihat dia bersungguh-sungguh mencoba untuk memperbaiki semuanya denganmu." Ucap Rosè.
"Ya.. Kau benar. Aku juga tau itu. Tapi aku takut nanti dia akan meninggalkanku lagi--"
"Tidak akan.. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi." Sahut Seokjin.
Jisoo dan Rosè menengok ke sumber suara dan melihat siapa itu. Dan ternyata itu Kim Seokjin.
"Jin Oppa.."
Rosè kemudian beranjak dan meninggalkan Seokjin dan Jisoo agar bisa berbicara empat mata. Sebelum benar-benar meninggalkan mereka berdua, Rosè lebih dulu menepuk bahu Seokjin untuk memberinya semangat. Seokjin pun tersenyum menanggapinya.
Seokjin berjalan mendekat ke arah Jisoo dengan satu tangannya yang ia sembunyikan ke belakang. Setelah sampai di hadapan Jisoo, ia menekuk satu kakinya agar bisa mensejajarkan wajahnya pada Jisoo. Kemudian ia menyerahkan sebuket bunga mawar merah yang ia sembunyikan di balik punggungnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS (Complete)
FanfictionKim Jisoo dan Kim Seokjin dibesarkan bersama-sama di sebuah panti asuhan. Saat masih remaja, Seokjin selalu melindungi Jisoo jika ada orang lain yang menggoda atau mengejek Jisoo. Tapi saat dewasa, mereka harus terpisahkan oleh jarak dan waktu. Baga...