Hari ini matahari bersinar sangat terik. Membuat suhu udara menjadi lebih tinggi membuat Jisoo mengurungkan niat untuk pergi ke pantai. Ia lebih memilih duduk di teras belakang vila ditemani segelas ice americano sambil menikmati pemandangan pantai dari jauh.
Yoongi menemani Rosè pergi keluar untuk membeli dress yang akan dikenakan di acara besok. Karena Rosè lupa membawa dress dari Seoul. Tadinya Rosè bersikukuh ingin mengajak Seokjin, namun Seokjin menolak dengan alasan malas keluar dan akhirnya Yoongi lah yang menemani adik sepupunya itu.
Seokjin menghampiri Jisoo yang sedang duduk di ayunan berbahan rotan itu.
"Kau sedang apa, Jisoo?" Tanya Seokjin yang ikut duduk di kursi kayu di sebelah ayunan yang di duduki Jisoo.
"Oh.. Oppa. Aku hanya sedang bersantai saja."
"Kau tidak ke pantai?"
Jisoo menggeleng. "Mataharinya terlalu panas. Aku tidak mau kulitku terbakar."
Seokjin terkekeh dengan jawaban dari Jisoo.
"Rosè dan Yoongi Oppa belum pulang?"
"Belum."
Keadaan hening sejenak. Mendadak ada rasa canggung yang timbul di antara mereka berdua. Padahal dulu saat kecil hingga remaja mereka menghabiskan waktu bersama dan tidak pernah ada rasa canggung atau sungkan di antara mereka. Namun entah mengapa sejak pertemuan kemarin mereka berdua merasakan ada kecanggungan. Mungkin ini efek karena sudah sepuluh tahun mereka tidak bertemu.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Seokjin yang memecah keheningan. "Sejak kemarin aku belum sempat menanyakan kabarmu."
"Aku baik, Oppa. Bagaimana dengan Oppa? Apa Amerika sangat menyenangkan hingga kau baru kembali setelah sepuluh tahun disana?"
"B-bukan begitu." Seokjin agak terkejut dengan pertanyaan dari Jisoo. "Setelah Eomma Kim meninggal dan panti asuhan berpindah kepemilikan, aku sudah tidak ada alasan lagi untuk kembali ke Korea. Dan..." Seokjin menjeda ucapannya. "Dan juga aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Aku pikir kau sudah tidak mau bertemu denganku lagi. Jadi aku memutuskan untuk tinggal disana."
Jisoo tercenung dengan penuturan Seokjin.
Mereka berdua terhanyut dengan percakapan panjang. Seokjin menanyakan perihal Jisoo yang ternyata menyusulnya ke bandara dan ponselnya yang hilang hingga Seokjin yang tidak bisa menghubunginya. Ia juga menceritakan tentang bagaimana ia bisa bertemu dan dekat dengan Yoongi. Seokjin pun mengatakan bahwa dirinya tidak bisa datang di hari pemakaman Ny. Kim pengasuh sekaligus bibinya karena ia ada ujian akhir di universitasnya yang tidak bisa ia tinggalkan.
Jisoo juga menceritakan pada Seokjin tentang pertemuannya dengan keluarga kandungnya. Dan ia juga berjanji akan mengenalkan Seokjin pada kakak dan ibu kandungnya nanti saat di Seoul.
"Lalu.. apa hubunganmu dengan Rosè, Oppa? Tanya Jisoo.
"Karena dia sepupu dari sahabatku, jadi aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri." Jawab Seokjin.
"Tapi yang aku lihat Rosè menganggapmu lebih dari kakak, Oppa. Bahkan dia mengatakan padaku dan teman-temannya bahwa kekasihnya berada di Amerika. Kau kah itu yang dimaksud Rosè?"
Seokjin agak terkejut dengan penuturan Jisoo. Pasalnya Rosè memang selalu menempel padanya tapi ia tidak pernah mengira bahwa Rosè juga bilang pada teman-temannya bahwa dirinya adalah kekasih Rosè.
"Hubunganku dengan Rosè hanya sebatas teman. Tidak lebih!" Jawab Seokjin tegas. "Ya.. Memang dulu Rosè pernah menyatakan cintanya padaku. Tapi aku menolaknya."
Jisoo hanya mengangguk.
"Apa para gadis masih banyak yang mengejarmu, Oppa?"
Seokjin hanya menatap Jisoo tak menjawab pertanyaan darinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS (Complete)
FanfictionKim Jisoo dan Kim Seokjin dibesarkan bersama-sama di sebuah panti asuhan. Saat masih remaja, Seokjin selalu melindungi Jisoo jika ada orang lain yang menggoda atau mengejek Jisoo. Tapi saat dewasa, mereka harus terpisahkan oleh jarak dan waktu. Baga...