Para perawat mendorong brankar yang baru saja turun dari mobil ambulance. Mereka mendorongnya ke ruang operasi dengan tergesa-gesa agar sang pasien segera mendapatkan pertolongan karena akan segera melahirkan.
Setelah pintu ruang operasi tertutup, tidak boleh ada keluarga pasien yang masuk kecuali para tenaga medis yang harus melakukan tindakan.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar.
"Apa suami Nyonya Kim ada disini?" Tanya dokter itu.
"Suaminya sedang dalam perjalanan kemari, dokter. Mungkin sebentar lagi sampai." Ucap Namjoon yang tadi ikut mengantar Jisoo ke rumah sakit.
"Tapi.. pasien membutuhkan suaminya.."
"Saya suaminya, dokter." Ucap Seokjin dengan nafas terengah dari ujung lorong rumah sakit. "Bagaimana keadaan istri dan anak saya, dokter?"
"Ikut saya ke dalam."
Seokjin kemudian mengekor dokter untuk masuk ke dalam ruang operasi.
Selang tiga puluh menit kemudian suara tangisan bayi terdengar membuat Namjoon dan Ny. Song lega dan bahagia.
"Keponakanmu sudah lahir, Namjoon." Ucap Ny. Song yang menangis haru karena bahagia.
"Iya, Eomma. Seokjin junior sudah lahir." Sahut Namjoon dengan antusias.
***
Jisoo kini sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani proses persalinan dengan normal. Setelah bayinya minum asi kolostrum dari Jisoo, bayi itu kemudian dibawa ke ruang bayi untuk mendapat penanganan lebih lanjut bagi bayi yang baru lahir.
Seokjin dengan setia menemani Jisoo saat proses persalinan tadi. Melihat perjuangan yang Jisoo lakukan untuk melahirkan Kim Seokjin junior, membuat rasa cinta dan sayangnya pada istrinya bertambah berkali-kali lipat. Bahkan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi.
"Terima kasih, sayang. Kau telah berjuang untuk melahirkan putra kita. Aku sangat mencintaimu."
Kecupan hangat dari Seokjin mendarat mulus di kening Jisoo.
"Terima kasih juga, Oppa.. karena mau menemaniku selama ini. Mau menghadapiku dengan sabar. Meski terkadang permintaanku terlalu aneh. Kau tetap mau menemaniku."
Seokjin dan Jisoo tertawa bersama mengingat sembilan bulan ke belakang. Jisoo yang sangat posesif. Jisoo yang ingin selalu dlberada di dekat suaminya. Jisoo yang terkadang memiliki pemikiran yang konyol. Dan hal-hal lainnya yang bukan merupakan sifat Jisoo sebenarnya.
Beberapa saat kemudian seorang perawat masuk ke dalam ruang rawat Jisoo dengan menggendong bayi mereka. Perawat itu memberikan bayi pada Jisoo. Jisoo pun menggendongnya dengan posisi duduk dan bersandar pada headboard ranjang.
Seokjin dan Jisoo sama-sama menatap darah daging mereka yang baru saja lahir ke dunia.
"Sayang.. hidung dan mulutnya persis punyaku." Celetuk Seokjin.
"Kau benar, Oppa." Sahut Jisoo. "Kenapa dia lebih mirip denganmu daripada denganku? Aku kan yang sudah mengandung dan melahirkannya."
Seokjin terkekeh. "Tidak, sayang. Lihatlah! Matanya persis dengan punyamu."
"Apa kau sudah memiliki nama untuk bayi kita?"
"Kenapa tidak kau saja yang memberinya nama? Kau kan yang sudah melahirkannya."
"Tapi dia lahir karena perbuatanmu, Oppa."
![](https://img.wattpad.com/cover/305865357-288-k43597.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ABYSS (Complete)
FanfictionKim Jisoo dan Kim Seokjin dibesarkan bersama-sama di sebuah panti asuhan. Saat masih remaja, Seokjin selalu melindungi Jisoo jika ada orang lain yang menggoda atau mengejek Jisoo. Tapi saat dewasa, mereka harus terpisahkan oleh jarak dan waktu. Baga...