25. Affair

421 41 7
                                    

Hari sudah berganti. Mentari tak malu menampakkan sinarnya hingga mengganggu seorang gadis cantik yang tengah pulas di atas ranjangnya. Kim Jisoo mengerjapkan netranya ketika terkena sinar yang berhasil menembus tirai jendela yang setengah tertutup dan membangunkannya.

Senyum merekah terbit dari bibir love ketika mengingat kejadian semalam bersama pria yang telah menguasai hatinya itu.

"Apa semalam itu hanya mimpi?" Tanya Jisoo pada diri sendiri sambil menyentuh bibirnya. "Tidak! Semalam bukan mimpi. Kami benar-benar berciuman!" Semburat merah muncul dari pipinya.

Jantungnya berdetak dengan kencang ketika mengingat kejadian semalam bersama Seokjin. Bahkan kini senyumnya masih saja terukir dari bibir indahnya ketika ia sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

Saat Jisoo menikmati sepotong sandwich sayuran, ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Tangannya meraih ponsel dan membuka pesan itu.

Jin oppa
Selamat pagi tuan putri
Jangan lupa sarapan sebelum berangkat ke kantormu

Lagi-lagi ia tersenyum setelah mendapat pesan ucapan selamat pagi dari Kim Seokjin.

Mungkin ini pertama kali bagi Jisoo merasakan kebahagiaan seperti ini. Hanya sebuah pesan bisa membuat seorang Kim Jisoo tak henti-hentinya tersenyum. Sebelumnya pun ia sering kali mendapatkan pesan ucapan selamat pagi dari Yoongi, namun entah mengapa ia tidak sebahagia seperti saat ini. Meski kini ia sudah berada di pabriknya, senyumnya masih saja terlihat dari bibirnya.

Banyak karyawan di pabriknya menyadari ada yang berbeda pada bosnya itu. Memang hari-hari sebelumnya Jisoo selalu ramah pada setiap karyawan yang dijumpainya. Namun kali ini berbeda. Senyumnya selalu merekah enggan sirna dari bibir plum nya.

"Selamat pagi, Kim Bujangnim." Sapa Park Jimin ketika Jisoo memasuki ruang pembuatan sample product.

"Selamat pagi, Jimin-ssi. Selamat pagi semuanya." Sapa Jisoo ramah tanpa menghilangkan senyum dari bibirnya.

Setelah acara sapa pagi, Jisoo menanyakan progres sample yang sedang dikerjakan oleh Jimin dan timnya. Dan hasilnya tentu saja sesuai dengan keinginan Jisoo.

"Aku sangat bangga padamu Jimin-ssi, sekarang kau sudah paham dengan gambar desain yang aku berikan padamu tanpa merevisi lagi seperti pertama kali dulu. Kau sudah seperti Tn. Choi."

Jimin tersenyum malu karena telah dipuji oleh atasannya. "Saya mulai mengenal dan memahami karakter dari gambar desain anda Nona Kim. Jadi untuk menuangkannya menjadi sample product sangatlah mudah. Ya.. meski masih ada revisi sedikit. Tapi itu wajar kan."

"Kalau kau sudah paham dengan gambar desainku, aku bisa kembali ke Seoul dengan tenang tanpa harus mengecek langsung hasilnya."

"Apa kau akan kembali ke Seoul, Nona?"

Pertanyaan Jimin membuat Jisoo berpikir. Apa yang akan terjadi jika dirinya kembali ke Seoul? Yang pasti ia tidak akan bisa bertemu dengan Kim Seokjin setiap saat lagi. Dia akan berjauhan dengan pria itu lagi. Padahal baru saja ia menikmati momen kembalinya kedekatan mereka setelah sekian lama berpisah. Haruskah ia berpisah kembali dengan Seokjin?

***

Dengan cukup pertimbangan dan sedikit kebohongan, akhirnya Kim Jisoo memutuskan untuk tetap tinggal di Busan sementara ini. Ia terpaksa berbohong dengan memberi alasan pada Ny. Song, Namjoon, dan Yoongi jika pabriknya masih membutuhkannya. Padahal kenyataannya Park Jimin sudah bisa menghandle pekerjaan Tn. Choi tanpa bantuan Jisoo sekalipun. Semua itu Jisoo lakukan karena satu alasan. Ia masih ingin menghabiskan hari-harinya bersama teman prianya saat masa kecil hingga remaja itu. Siapa lagi kalau bukan Kim Seokjin.

ABYSS (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang